Tulis & Tekan Enter
images

Turun langsung anggota DPRD Kutim Masdari Kidang memonitoring hasil gabahnya

Hasil Gabah Petani Kutim Tak Semanis Gula-Gula Perlu Bimtek Promosi oleh Pemerintah

KaltimKita.com, BENGALON - Minimnya penyerapan hasil gabah “padi beras” di Kabupaten Kutai Timur, ditengah Pemkab Kutim menggaungkan baik stake holder, PNS, ASN beli beras petani lokal ternyata tak semanis gula-gula sesuai harapan dan kenyataan dilapangan.

Hal ini dipertegas langsung oleh anggota DPRD Kutim Masdari Kidang yang menegaskan produksi hasil gabah tidak akan mungkin memenuhi permintaan masyarakat luas pada umumnya.

“Walau banyak kita lihat di 18 kecamatan banyak bersawah padi gunung dan padi sawah kebanyakan kurang berporiduksi dengan maksimal,” beber anggota dewan.

Teori dan praktek berjalan "seimbang" anggota dewan Kidang tularkan ilmu pertanian yang diserapnya

Mengapa bisa demikian? Hal ini menurut Kidang salah dari awal sejak beberapa kali memasuki masa dekade kepemimpinan didaerah ini tidak terarah oleh pemerintah setempat yang hanya mampu memotivasi sebatas slogan, imbauan tanpa dibarengi praktek nyatanya di lapangan.

“Bagaimana petani lokal dapat sukses kalau hanya dilepas begitu saja tanpa adanya pembekalan, studi ke luar daerah termasuk mendatang para pakar pertanian memberikan pendidikan tekhnis sektor pertanian,” ucapnya.

Anggota DPRD Kutim fraksi Berkarya menjelaskan mengapa dirinya secara mandiri berhasil budidaya padi sawah yang kebanyakan menurut sebagian orang tidak akan dapat diterapkan dengan kondisi alam Kutim yang kurang cocok bertani padi sawah selain padi gunung?

“Karena saya sering ke luar daerah ingin belajar bagaimana cetak padi sawah dapat berhasil di tanam Kutim banyak ilmu yang terserap saat studi ternyata ada beberapa indikator yang saya pelajari baik dari penggarapan lahannya, mencari jenis kontur tanah yang cocok, sistem pengairannya dan sebagainya,” beber Kidang.

Menurut Kidang jika saja pemkab Kutim peduli mendorong petani lokal tidak menutup kemungkinan produksi hasil pertanian meningkat.

“Jangan kelompok tani pemula ini berbondong – bondong di gaungkan namun setelah rame – rame membudidayakannya tidak ada kelanjutannya apa dari sisi promosi,” ungkap Kidang.

Kidang menungkapkan kebanyakan petani di Kutim berproduksi hasil gabahnya hanya diproduksi untuk komsumsi pribadi saja bersama keluarga. “Jika pun dipasarkan hasilnya sama sekali tidak maksimal. Kutim ini saya katakan masih mengandalkan pertanian luar. Mengapa pertanian tidak berproduksi tanah tidak gembur karena mudahnya pemberian ijin pertambangan batu bara serta industri-industri besar lainnya tanpa nemperhatikan aspek keramahan lingkungannya,” tutup Kidang.(adv/aji/rin)


TAG

Tinggalkan Komentar