KaltimKita.com, BALIKPAPAN - Poltekba kembali melakukan pendampingan di 2023 untuk ketiga kalinya terhadap enam SMK Pusat Keunggulan yang tersebar di wilayah Kalimantan. Enam sekolah tersebut meliputi SMKN 3 Samarinda, SMKN 1 Berau, SMKN 4 PPU, di SMKN 3 Tanjung Selor Kaltara, SMKN 3 Palangkaraya dan SMKS Ma’arif di Kebumen, jawa Tengah untuk kompetensi keahlian Kuliner dan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif.
Bersama Ketua Tim pendamping Yogiana Mulyani, MM. Par dengan enam pendamping serta Ketua Tim Pengelola (Manajemen) yakni Direktur Poltekba Ramli, SE., MM, kegiatan pendampingan dilakukan mulai bulan September-Desember 2023.
Yogiana Mulyani mengatakan program pendampingan kepada pelaksana program SMK Pusat Keunggulan merupakan kegiatan pendampingan kepada SMK pelaksana Program SMK Pusat Keunggulan dalam melakukan manajemen perubahan SMK yang berbasis pada kebutuhan dunia kerja/dunia industri. Tentunya dengan merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi, kegiatan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan Program SMK Pusat Keunggulan
Dalam kegiatan pendampingan ini tim pendamping dari Poltekba melakukan beberapa tugas yakni melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas terkait lainnya serta DUDI yang akan diajak untuk melakukan kerjasama dengan SMK PK yang didampingi dan melakukan pendampingan pelaksanaan dan/atau pengawasan pembelajaran berbasis proyek (Teaching Factory).
“Juga melakukan pendampingan penguatan dan perluasan jejaring dengan DUDI untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek (Teaching Factory), Praktisi Industri mengajar, guru magang, dan penyerapan lulusan,” jelas Yogiana Mulyani.
Tak hanya itu, lanjut dia tugas tim pendamping yakni melakukan pendampingan penyusunan panduan penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana (sarpras) SMK PK bersama industri atau UMKM.
Pun melakukan pendampingan pengisian dan memanfaatkan hasil penelusuran lulusan (Tracer study) dalam memperkuat penatakelolaan SMK PK melalui penguatan Bursa Kerja Khusus (BKK) serta mendampingi sekolah dalam melaksanakan survei kepuasan industri terhadap lulusan.
“Termasuk melakukan pendampingan perencanaan dan pelaksanaan fokus diskusi grup terpumpun (Focus Group Discussion) atau Sosialisasi pengembangan kerjasama industri bersama komite sekolah,” katanya.
Tim pendamping, juga melakukan pendampingan pelaksanaan pembelajaran dan proses evaluasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pihak industri (praktisi mengajar/guru tamu).
Dijelaskan, sebagai output dari kegiatan pendampingan yang dilakukan didapatkan luaran-luaran seperti bertambahnya jumlah kerjasama dengan DUDI di tingkat nasional, meningkatnya pemahaman terhadap Tefa dan adanya produk inovasi serta digital marketing dalam pelaksanaan Tefa.
Tak hanya itu, tersedianya dokumen panduan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan khususnya yang didapakan dari pendanaan SMKPK, meningkatnya kinerja tim tracer studi dalam menjaring partisipasi alumni dan DUDI dalam pengisiannya serta luaran-luaran lainnya yang memebrikan kontribusi dalam peningkatan atau transformasi dari SMK PK.
Pada akhir kegiatan didapatkan bahwa pihak SMK PK yang didampingi merasa sangat senang dengan program ini. Karena sangat memberikan manfaat dan peningkatan, terutama perluasan jaringan DUDI dan Tefa. “Berharap, walaupun kegiatan pendampingan sudah berakhir, namun masih bisa terus melakukan komunikasi dan kerjasama untuk kegiatan lainnya,” harapnya.
Pihak Poltekba juga sangat mengapresiasi dengan perhatian dan kerjasama yang diberikan oleh pihak sekolah selama kegiatan pendampingan. Berharap apa yang sudah diberikan selama pendmapingan, bisa memberikan kontribusi besar dalam peningkatan atau transformasi SMK PK yang didampingi.
Pun begitu, ia mengaku dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala yang dihadapi pada awal pendampingan. Didapatkan permasalahan waktu pelaksanaan program pendampingan SMK PK yang dilakukan setelah pihak sekolah sudah banyak melaksanakan atau menyelesaikan kegiatan-kegiatan penguatan pembelajaran dari pendanaan SMK PK.
Sehingga ada beberapa kegiatan pendampingan yang seharusnya bisa diselaraskan dalam satu waktu, harus dilakukan secara terpisah. Hal ini mengakibatkan pihak sekolah harus menyediakan waktu sendiri untuk pelaksanaannya dan tim pendamping tidak bisa secara langsung mendampingi serta mendapatkan secara langsung hasil luaran kegiatan. (*/and)