Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Ketua Komisi II DPRD Balikpapan, Fauzi Adi Firmansyah mengungkapkan temuan mengejutkan terkait kapasitas air baku yang disediakan oleh PT Kaltim Kariangau Terminal (KKT).
Dalam kunjungan ke lokasi, komisi menemukan bahwa kapasitas air yang diproduksi oleh empat sumur bor milik PT KKT jauh lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.
Awalnya, PT KKT mengklaim bahwa sumur bor mereka mampu menghasilkan 300 liter per detik. Namun, pengecekan yang dilakukan dengan alat milik PDAM Balikpapan menunjukkan hasil yang sangat berbeda, yakni hanya 40 liter per detik.
“Setiap sumur hanya mampu menghasilkan 10 liter per detik, dengan PT KKT sendiri sudah mengalokasikan 20 liter per detik untuk kebutuhan internal mereka. Ini jelas sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," jelas Fauzi.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi pemenuhan kebutuhan air baku di Balikpapan, terutama untuk PDAM yang bergantung pada suplai air tersebut.
Fauzi menekankan, bahwa mengingat kapasitas yang terbatas dan izin operasional yang hanya memungkinkan sumur bor beroperasi 8 jam per hari, PT KKT tidak dapat menjadi solusi jangka panjang untuk masalah kekurangan air di kota ini.
"Jika sumur bor hanya bisa beroperasi dalam waktu terbatas, sementara PDAM membutuhkan air selama 24 jam, jelas ini bukan pilihan yang bisa diandalkan," tambahnya.
Meskipun begitu, Fauzi menegaskan, bahwa pemerintah dan DPRD tetap berkomitmen untuk mencari solusi atas krisis air baku yang terus berkembang. DPRD masih menunggu hasil laporan lebih lanjut dari PDAM terkait kemungkinan adanya kerjasama atau alternatif lain dalam penyediaan air baku untuk Balikpapan.
"Ini adalah bagian dari upaya kita untuk menemukan jalan keluar dari persoalan air yang semakin mendesak di kota Balikpapan," pungkasnya. (rie)