Kaltimkita.com, TANJUNG REDEB – Program Makanan Bergizi (MBG) resmi dimulai di Kabupaten Berau. Sebanyak 1.693 siswa dari empat sekolah menjadi penerima tahap awal melalui dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Karang Mulyo.
Distribusi makanan sehat ini menjangkau siswa dari TK hingga SMA. Empat sekolah pertama yang menerima manfaat adalah TK Az Zahro dengan 145 siswa, SDN 020 Tanjung Redeb sebanyak 476 siswa, SMPN 3 Berau 662 siswa, dan SMA PGRI Berau 410 siswa.
Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menyampaikan bahwa program ini merupakan langkah nyata pemerintah dalam mempercepat penurunan angka stunting serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Bumi Batiwakkal. Ia menyebut MBG sebagai bentuk dukungan langsung terhadap program nasional yang saat ini tengah digencarkan.
“Ini adalah langkah awal yang penting. Kita ingin memastikan anak-anak kita mendapat asupan gizi yang baik dan sehat setiap hari. Pemerintah Kabupaten Berau sangat mendukung program ini karena sesuai dengan visi kami dalam peningkatan kualitas SDM,” ujarnya usai meresmikan dapur SPPG Karang Mulyo, Senin (1/9).
Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan bahan pangan lokal dalam penyediaan menu MBG. Menurutnya, Kabupaten Berau memiliki potensi besar sebagai penghasil pangan, sehingga tidak perlu mengandalkan pasokan dari luar daerah.
“Semua bisa dipenuhi dari Berau. Kita punya banyak komoditas pertanian, perikanan, dan peternakan. Artinya, kualitas bahan lebih terjaga dan ekonomi lokal juga ikut bergerak,” lanjutnya.
Bupati menambahkan, program MBG dan juga B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) perlu terus diperkuat. Selain dari sisi penyediaan makanan, ia juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap kualitas makanan yang disalurkan. Ia meminta keterlibatan aparat keamanan seperti kepolisian dan TNI dalam memastikan pengawasan yang ketat.
“Kita tidak ingin ada penurunan kualitas makanan hanya karena ingin mencapai target. Ini menyangkut kesehatan anak-anak. Saya tekankan harus ada pengawasan ketat. Jangan sampai ada anak yang sakit karena makanan,” tegasnya.
Di sisi lain, pelaksana teknis di lapangan memastikan bahwa proses produksi dan distribusi makanan dilakukan sesuai prosedur. Mitra pelaksana dari SPPG Karang Mulyo, Ryan Gozali, menyebut seluruh bahan baku yang digunakan berasal dari Kabupaten Berau dan seluruh proses produksi dilakukan oleh tenaga kerja lokal.
“Kami mengutamakan bahan lokal. Selain karena lebih segar, ini juga bentuk kontribusi terhadap pelaku usaha di Berau. Tenaga kerjanya juga semua dari sini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, proses distribusi dilakukan setiap pagi hari saat jam sekolah, dengan waktu tempuh maksimal 15 menit dan jarak tidak lebih dari dua kilometer untuk menjaga kualitas makanan tetap segar. Untuk pengaturan jumlah porsi, pihaknya berkoordinasi langsung dengan petugas PIC di setiap sekolah yang mencatat kehadiran siswa. Sedangkan harga untuk satu porsi tetap mengikuti sesuai ketentuan, yakni Rp 15 ribu per porsi.
“Jumlah porsi kami sesuaikan setiap hari. Jadi tidak ada makanan terbuang atau kekurangan. Kami juga diawasi oleh tim ahli gizi agar semua sesuai dengan ketentuan dan pertanggungjawaban anggaran,” jelasnya.
Dalam evaluasi awal, Ia menyebut masih ada beberapa catatan ringan seperti peningkatan kebersihan dan membuat ruangan yang nyaman bagi karyawan, namun secara umum tidak ada koreksi besar dari Bupati Berau selaku pihak pengawas.
“Yang paling kami jaga adalah kualitas makanan, kebersihan, dan nilai gizinya,” katanya.
Saat ini, kapasitas produksi harian dapur SPPG Karang Mulyo bisa mencapai 4.000 porsi per hari. Meskipun saat ini baru menyalurkan 1.693 porsi, ke depan jumlah itu bisa meningkat secara bertahap.
“Untuk sekolah-sekolah lain, akan ditangani dapur lain. Kami dapat info di Berau ada sembilan dapur MBG,” terangnya.
Pihaknya memastikan kegiatan akan terus berjalan selama program nasional MBG masih dilaksanakan. Ia juga berharap dukungan dari semua pihak, termasuk media dan masyarakat, agar pelaksanaan program ini bisa maksimal dan benar-benar menekan angka stunting di Kabupaten Berau.
“Selama program ini berjalan, kami akan terus berproduksi dan menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan,” tutupnya. (han/adv)