Iklan Dua

DPRD Kutim Temui Petani BulukumbaAjang Sharing Dan Perjalanan Pengalaman Hidup

$rows[judul] Keterangan Gambar : DPRD Kutim, H Kidang terus studi banding luar daerah, salah satunya di Kabupaten Bulukumba, asah wawasan

Makineksis.com , Kutai Timur - Sekembalinya dari Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, anggota Dewan  Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)  Kabupaten Kutai Timur (Kutim), H Masdari  Kidang, SE membagikan. Kisahnya selama di Kabupaten tersebut.


Keterangan foto : Kunjungan legislatif Kidang ke area sawah kelompok tani Bulukumba, saling bertukar ilmu bertani

H Kidang take off dari bandara Udara internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan landingnya, di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, lantas melanjutkan  perjalanan darat  untuk menuju ke  Bulukumba

Berbeda dari kebanyakan anggota legislatif, H Kidang yang tampil apa adanya serta menjiwai dunia pertanian, maka tak heran setiap menikmati perjalanan ke luar daerah, apabila
melihat area sawah, spontanitas langsung tertarik, menyinggahi langsung lahan pertanian.

Begitu juga disaat "otewe" ke Bulukumba, kendaraan roda empat yang ditumpangi spontanitas berhenti, ingin bergegas ke sawah tersebut.

"Apa kabar bapak dan ibu tani Bulukumba? Wah semangat yah menggarap lahan sawahnya," sapa legislatif, H Kidang ditemani istri tercintanya, Ny Hj Rusmini.


Keterangan foto : Kelompok tani Bulukumba saat menggarap lahannya

H Kidang langsung memperkenalkan diri sebagai anggota DPRD Kutim, sekaligus tamu di Bulukumba.

"Di luar kedinasan sebagai legislatif, saya juga bertani, tak jauh  seperti bapak dan ibu tani di Bulukumba ini," terang politisi Demokrat

Di Kabupaten Kutim, dirinya  memberitahukan para petani Bulukumba juga memiliki lahan sawah berhektar - hektar .

Puas saling sharing  dengan kalangan petani di Bulukumba terkait seputar tekhnis penggarapan padi sawah, lantas dewan petahana, itu peduli dengan memberikan makanan dan buah. "Pasti bapak ibu tani, laparkan setelah seharian bekerkerja di sawah, ini ada sedikit  rejeki berupa makanan dan buah rambutan, jangan dilihat dari nilainya," kata H Kidang

Petani antusias menerima makanan dan buah rambutan.

"Terima kasih bapak dewan dari Kabupaten Kutim, kami bangga sekaligus iri rasanya didaerah Kutim, memiliki legislatif yang peduli dengan kami walau beliau tidak ada kepentingan dengan pemerintah maupun DPRD Bulukumba, mau mampir melihat-lihat sawah kami," beber salah satu perwakilan petani di Bulukumba

Bahkan para petani itu menegaskan di kabupatennya, sangat langka mendapati kepala daerahnya dan segenap dewannya, meluangkan waktu menyambangi serta berbincang-bincang.

"Kami terharu juga, ternyata
pak H Kidang seorang petani,  andai saja bapak menjadi anggota dewan disini pastilah bekerja amanah serta mampu memperjuangkan aspirasi pertanian," ucap H Kidang

H Kidang menguraikan kembali mengapa senantiasa tertarik pada sektor pertanian, terutama padi sawah.

"Baik pada awalnya saya lebih condong ke bisnis sarang burung walet disaat Kutai Timur belum di mekarkan. Berkat keuletan merintis bisnis walet, akhirnya dimasa - masa tahun 90 - an, merupakan kejayaan "keemasan"

"Pqda jaman itu, tidak semua pengusaha, mencapai puncak kesuksesan, meraup keuntungan penjualan sarang walet, lhingga mencapai Rp  10 miliar. Bahkan  keberhasilan sebagai miliader walet, membanggakannya lagi, suatu ketika semasa masih hidup, mantan Bupati Kutai Kertanegara, almarhum Syaukani sempat menunjuknya menjadi ketua Golkar ranting Kecamatan Bengalon.

"Tak sebatas itu saja, sampai - sampai mantan bupati Kukar, almarhum, Syaukani juga menunjuk langsung sebagai anggota DPRD," ulas H Kidang terkenang kembali.

Akan tetapi H Kidang menolaknya. " Sebenarnya saya belum kepikiran menjadi legislatif Kutim, " jelasnya.

Dengan berjalannya waktu,   perang Teluk pecah dengan penuh gejolak, yang berdampak, kebangkrutan bisnis sarang burung walet yang telah lama dirintis

"Peperangan Irak, atau akrab ditelinga kita di jaman itu, yakni perang teluk. Akibatnya berimbas pada bisnis walet,  sampai-sampai tidak ada nilainya lagi," jelas H Kidang

H Kidang mengungkapkan saat bisnis waletnya, jatuh menyebabkan dirinya tidak memiliki uang sepeser pun."Segalanya habis, sampai-sampai tabungan saja tidak punya," tuturnya.

Saat jatuh usaha sarang waletnya, dari yang awalnya sukses kantongi Rp 10 Miliar, pada akhirnya tidak memiliki uang sepeserpun.

Dari pengalaman, jatuh bangun itu, menjadikan jati dirinya, kian kuat, terlatih dan tahan banting untuk terus menapaki roda kehidupan yang terkadang "keras"

"Bagi saya, berada di titik fase ekonomi terendah, kembali ke nol bukan akhir segalanya, apalagi berputus asa. Justru kondisi demikian sarana motivasi sekaligus tantangan bangkit kembali dari ketepurukan," ulas H Kidang

Setelah usaha sarang walet, tidak menjanjikan lagi, ia pun langsung banting setir mengeluti sektor pertanian. "Terus terang, walau buyut, kakek, nenek, orang tua memiliki latar belakang skill bertani ? Akan tetapi belum tentu mengikuti jejaknya.Jujur sebenarnya sayapun begitu, saat memulai bertani tidak memiliki bekal tekhnik bercocok tanam  mumpuni," katanya

Akan tetapi, untuk memperdalam, mengasah ilmu bertaninya, H Kidang  terus belajar, bertanya-tanya kepada  para petaninya langsung, yah seperti kunjungan di Bulukumba lalu.

"Sebenarnya lahannya, bukan kontur (dasar) tanah untuk bersawah, mirip dengan area yang saya miliki, di Bengalon, yakni padi gunung," ujar H Kidang

Namun menurut H Kidang, bedanya, dirinya selama ini menanami benih padi diatas gunung, sementara petani di Bulukumba untuk menjadikan kawasan persawahan oleh kelompok tani disana gunung dibelah "ratakan" sehingga menjadi hamparan datar, walau ada sedikit menyisakan, puing-puing bebatuan gunung.

"Tekhnik proses pembuatan lahan sawah, yang.tadinya gunung dan diratakan untuk sawah, membuat saya takjub dan mendapatkan tambahan wawasan lagj," imbuhnya

H Kidang, menegaskan terlebih di Bulukumba, kelompok taninya mendapatkan banyak dukungan dari pemerintah, legislatif setempat, melalui dinas pertanian disana, tak henti-hentinya mengalir aspirasi alat pertanian secara lengkap, memadai. "Petani di Bulukumba menceritakan kepada saya, kelompoknya terus mendapatkan pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) , bahkan dibangunkan saluran irigasi secara permanen, sedangkan saya sendiri semua lahan dikerjakan manual dengan menggunakan cangkul," kata H Kidang

Dirinya beberapa kali, mengasah edukasi pertanian berkat belajar diluar daerah, pernah juga mengunjungi sawah yang dilengkapi irigasi di Kabupaten Pinrang, dipriode pertama menjadi dewan saat menghadiri HUT Kabupatennya saat itu.

Singkat cerita, pada akhirnya, H Kidang ekonomi, derajatnya terangkat kembali sukses dalam  bertani, sampai-sampai sering mendapatkan bantuan lahan dari PT Kaltim Prima Coal (KPC). "Alhamdulillah keuntungan bertani dapat diandalkan ditambah lagi dari hasil berkebun sawit akhirnya usaha berkembang, bisnis rental dump truck, serta dua unit excavator," tukasnya.

Tentunya dari hasil wawancara, seputar kehidupan anggota DPRD Kutim, H Kidang dapat menjadi insipirasi, bahkan di usia senjanya terus semangat menjadi, tulang punggung keluarganya

Politisi Demokrat itu membeberkan, menggeluti profesi petani, berkebun sawit lebih menjanjikan. "Sementara di legislatif, disisa umur ini sepenuhnya mengabdikan diri, membantu masyarakat. Sehingga suatu saat jika tak lagi menjabat, ataupun tutup usia, anak-anak saya akan mendengar langsung serta memberikan kenangan, nama harum dimata masyarakat inshaallah," tutup H Kidang.(aji/rin)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)