Tulis & Tekan Enter
images

Jualan pohon natal di toko-toko Jeddah.

Natal di Arab Saudi

Catatan Rizal Effendi

PERAYAAN Natal di Indonesia sudah biasa. Negeri berideologi Pancasila ini memang membuka ruang yang lebar bagi semua umat beragama melaksanakan kegiatan ibadah termasuk hari-hari raya atau hari besar seperti Natal. Tapi di Arab Saudi tentu hal baru. Maklum ini negara yang mutlak memberlakukan hukum Islam dan hampir semua penduduknya beragama Islam.

Tapi putra mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), yang sangat berkuasa pada saat ini membuka babak baru. Dengan visi 2030-nya, banyak hal tabu yang mulai dikendurkan. Termasuk perayaan hari besar seperti natalan diperbolehkan. Setidaknya sudah tiga tahun terakhir. Tapi diperkirakan Natal tahun ini lebih meriah karena sebelumnya warga melakukannya sangat terbatas lantaran badai Covid-19.

Wanita Mesir melintas di depan Santa Claus yang bermain saksofon.

Kita menangkap nuansa lain di beberapa kota di Arab Saudi pada bulan Desember ini. Misalnya di Jeddah, kota yang menjadi pintu gerbang orang yang datang melaksanakan ibadah haji atau umrah ke Makkah.

Jeddah memang sudah lama menjadi kota terbuka. Pendatang dari mana saja bisa masuk ke wilayah ini. Soalnya hanya Makkah dan Madinah, yang masuk kategori kota suci. Tertutup selain umat Islam. Sedang Jeddah ahlan wa sahlan dengan siapa saja, meski jaraknya hanya 70 km dari Makkah.

Mengutip laporan The National News, saat ini banyak warung semacam kafe dan restoran di kota berpenduduk sekitar 4 juta jiwa itu dihiasi suasana Natal. Starbucks yang ada di sana secara khusus menawarkan minuman liburan Natal.

Begitu juga toko roti artis asal Prancis Paul Café secara khusus menjual kue berbentuk kayu yule. “Beberapa toko dan sekolah lokal kami juga merayakan Natal,” tutur Rana Sabbah, warga Lebanon yang tinggal di Jeddah. Supermarket Saudi juga menjual pohon natal dan perlengkapan dekorasi Natal lainnya.

Warga Indonesia merayakan Natal di Qatar.

Bahkan Homegrown, sebuah toko terkenal di Arab mengadakan acara meriah pada Natal tahun ini. “Suasana seperti ini mengingatkan saya pada London dan salju. Apalagi koleksi beludrunya. Saya mendapatkan gingerbread latte dan teman saya mendapatkan hot chocolate dengan s’mores,” kata Hatoon, yang sedang menikmati minuman di toko Jeddah.

Beberapa warga nonmuslim di Jeddah mengaku benar-benar happy dengan suasana yang dibangun pemerintah Arab Saudi sekarang. Mereka tidak segan-segan lagi merayakan Natal secara terbuka. Tidak ada lagi polisi moral yang berkeliaran.

Itu diakui juga oleh Moka Monesterial, ekspatriat yang sudah tinggal 8 tahun di Jeddah. “Sudah dua tahun terakhir kita bahagia sekali dan saya bisa melihat ornamen Natal terpasang di pusat perbelanjaan di Jeddah,” katanya dengan wajah semringah.

Selain di Jeddah, suasana yang sama juga terlihat di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Sydney Tumbbul, warga Amerika Serikat yang sudah 7 tahun tinggal di Saudi mengaku terjadi perubahan yang luar biasa berkat Putra Mahkota MBS.

“Anda dengar cerita-cerita orang menyelundupkan pohon natal dan merayakan secara pribadi, tapi Anda tak pernah melihat dekorasi atau festival lampu penuh warna di luar seperti di Amerika. Sekarang sudah berubah, suasana Natal sudah bisa kita temukan di pusat perbelanjaan di sini,” katanya seperti dikutip Arab News.

Sydney juga menerima tawaran dari restoran terkenal di Riyadh, yang menawarkan perayaan Malam Tahun Baru dengan suasana Natalan. “Ini tidak pernah terdengar dan kita alami beberapa tahun yang lalu,” tambahnya.

Kebijakan Pangeran MBS sebenarnya ditentang warga konservatif. Mereka tak setuju ada perayaan Natal secara terbuka. Tapi MBS jalan terus dan ini disambut hangat oleh warga dan pendatang nonmuslim di negara tersebut.

NATAL DI QATAR

Selain di Arab Saudi yang masih terbilang baru, perayaan Natal juga berlangsung semarak di negara Islam lainnya seperti Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Maroko, dan Bahrain. Tempat-tempat umum seperti toko, café, mal hingga hotel juga bebas memasang dekorasi Natal.

Bahkan di Dubai, ada hotel memajang pohon natal termahal di dunia seharga 11 juta dolar AS. Pohon Natal ini berhiaskan emas, batu delima, berlian, dan batu-batu berharga lainnya.

Pohon natal di Maroko.

Semarak Natal di Dubai ditandai dengan berbagai pernak-pernik dan ornamen Natal yang menghiasi wajah kota. Terlihat sejumlah warga berkostum kurcaci saat mempersembahkan atraksi bagi pengunjung yang datang di depan pohon natal di Global Village Dubai.

Meski menampilkan wajah Islam yang kental dalam perhelatan Piala Dunia 2022, perayaan Natal tetap ada di Qatar. Umat Kristen di negara ini berkumpul di Gereja International Full Gospel Fellowship. Mereka telah menyebar undangan acara perayaan Natal terutama untuk anak-anak yang berlangsung di Religious Complex.

Umat Kristen datang dari berbagai negara yang tinggal di sini, di antaranya Filipina, Kenya dan bahkan ada warga negara Indonesia. Itu diungkapkan oleh wartawan KOMPAS.com, yang tengah meliput Piala Dunia beberapa minggu lalu.

Dia bertemu Aghwan Doddy dari Indonesia, yang juga menjadi panitia Natal. Aghwan mengungkapkan tak ada larangan dari penguasa Qatar soal merayakan Natal, meski negeri ini kerajaan Islam. “Terima kasih kepada Pemerintah Qatar yang sudah memfasilitasi kami,” jelasnya.

Hal yang sama pula diungkapkan Petrus, juga warga Indonesia yang bekerja di Qatar. Dia mengatakan, bukan hanya Piala Dunia yang meriah, bahkan perayaan Natal juga semarak di sini. Dekorasi gereja dihiasi dengan pohon natal dan manusia salju.

Di Maroko yang masih merayakan pesta kegemilangan timnasnya di Piala Dunia, juga mempersilakan warganya yang beragama Kristen merayakan Natal. Malah di Marrakech, umat Kristiani merayakan Natal menggunakan pohon natal yang unik karena berwarna oranye. Karena itu, banyak orang berkunjung ke Marrakech selama musim liburan.

Di negeri ini, umat Kristen tertutama Katolik hanya sekitar 22 ribu orang atau 0,07 persen dari jumlah penduduk 32,7 juta. Maroko adalah negara Islam, tapi tetap menghargai umat lain menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.

Menurut catatan sejarah, Kristen menyebar ke daerah sebagai akibat imperialisme Prancis dan Spanyol. Karena itu ada beberapa gereja ditemukan di kota-kota seperti Tangier atau Tetouan. Di sini umat Kristen dapat menghadiri misa tengah malam bernuansa tradisional.

Buche de Noel adalah kue Prancis yang dipanggang selama musim Natal. Ini sajian sangat menarik dan populer di pasar Maroko.

Perayaan Natal di Indonesia tahun ini bisa dilaksanakan terbuka. Bahkan Menteri Agama mempersilakan gereja membuka tenda sampai ke halaman jika tidak cukup menampung umat di dalam gereja. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI menetapkan temanya dikutip dari kitab Matius 2:12 “…Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain.”

Sewaktu masih wali kota, biasanya saya bersama Forkompida selalu melakukan pengecekan situasi keamanan dan kelancaran Natal. Pada Natal terakhir Desember 2020 saat saya bertugas, suasananya masih dilanda Covid-19. Jadi perayaan sangat terbatas. Sebagian kebaktian dan misa dilakukan secara daring.

Saya jadi teringat keakraban dengan Pendeta Dr Samuel di Bethany dan Pastor FX Huvang Huran MSF di Gereja Katolik Santa Theresia, Prapatan Balikpapan, Pendeta Elmun Rumahorbo yang sekarang bertugas di Kalbar, Pendeta Hiras Tambunan, Pendeta Abriantinus serta pendeta lainnya. Selamat Natal 2022. Damai dan cinta kasih untuk umat Kristiani.(*)

 

 

 

 

 

 


TAG

Tinggalkan Komentar