SastraLoka 2025: Merayakan Sastra Kalimantan Timur sebagai Pusat Gagasan Nusantara

$rows[judul] Keterangan Gambar : Flayer kegiatan SastraLoka 2025. (rri.co.id)

SAMARINDA, Denai.id — Festival sastra lintas disiplin SastraLoka 2025 akan digelar pada 10–12 September 2025 di Samarinda, Kalimantan Timur. Mengusung tema “Suara Sastra dari Kalimantan Timur untuk Nusantara”, festival ini hadir sebagai ruang pertemuan antara tradisi lokal dan pemikiran sastra kontemporer Indonesia.

SastraLoka membuka ruang bagi sastrawan, seniman, akademisi, hingga komunitas lokal untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan memproduksi karya-karya baru yang berakar pada budaya Kalimantan Timur.

Dari Pinggiran, Sastra Menantang Dominasi Pusat

Kalimantan Timur merupakan rumah bagi sejumlah tokoh penting dalam sejarah sastra Indonesia, seperti Korrie Layun Rampan dan Syafruddin Pernyata. Karya mereka tidak hanya mencerminkan kekayaan lokal, tetapi juga menjadi kritik terhadap dominasi budaya pusat dalam kesusastraan nasional.

“Karya-karya Korrie Layun Rampan bukan hanya teks sastra, tapi juga lanskap pemikiran yang merekam daya hidup kebudayaan lokal,” kata Rahmad Azazi Rhomantoro, penggagas SastraLoka dari Tirtonegoro Foundation.

Melalui SastraLoka, panitia berupaya menjembatani kesenian dan literasi sebagai alat afirmasi identitas lokal dalam percakapan budaya yang lebih luas.

Pelatihan Menulis dengan Akar Budaya

Festival ini akan menggelar lokakarya penulisan puisi dan cerpen selama tiga hari, difasilitasi oleh sastrawan dan akademisi nasional. Lokakarya difokuskan pada pentingnya unsur lokalitas, dialek, lanskap, ingatan kolektif, sebagai fondasi karya sastra yang otentik.

Salah satu sesi istimewa adalah respon kreatif terhadap karya Korrie Layun Rampan, berupa reinterpretasi dan penulisan cerpen sebagai dialog imajinatif terhadap pemikiran-pemikirannya.

Panggung Akhir: Perayaan Sastra dan Seni

Acara puncak pada 12 September 2025 di Taman Cerdas Samarinda akan menampilkan beragam pertunjukan, mulai dari musik Sape, tarian tradisional dan kontemporer, monolog, musikalisasi puisi, hingga pembacaan karya peserta.

Festival ini juga menghadirkan pameran literasi dan permainan tradisional, menciptakan suasana edukatif sekaligus interaktif bagi pengunjung dari berbagai kalangan.

Antologi dan Dokumenter: Merawat Jejak Festival

Dari seluruh proses kreatif tersebut, panitia akan menerbitkan Antologi Cerpen dan Puisi serta Film Dokumenter SastraLoka 2025 yang merekam perjalanan festival, sekaligus menjadi arsip budaya penting dari gerakan ini.

SastraLoka sebagai Gerakan Literasi Kritis

Lebih dari sekadar festival, SastraLoka dimaknai sebagai gerakan literasi kritis yang berangkat dari kesadaran bahwa sastra adalah alat untuk menjaga identitas, menata bahasa, dan memahami perubahan sosial.

“Kami ingin sastra kembali menjadi milik masyarakat, bukan hanya sebagai teks elitis, tapi sebagai bagian dari hidup sehari-hari,” tutur Azazi.

SastraLoka 2025 diharapkan melahirkan penulis muda yang tidak hanya menulis untuk didengar, tetapi juga membawa suara tanah kelahiran mereka ke panggung sastra nasional. (sh)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)