TENGGARONG, denai.id – Regenerasi petani, peternak, dan nelayan di Kutai Kartanegara (Kukar) mulai mendapat perhatian serius. Melalui deklarasi Sekolah Pemberdayaan Rakyat (SPR) bidang pertanian, peternakan, dan perikanan yang digelar di Pendopo Odah Etam, Kamis (17/7), pemerintah daerah ingin menyiapkan tenaga muda yang mampu menjadi penggerak sektor pangan.
Sekda Kukar, Dr H Sunggono, menegaskan bahwa SPR bukan
sekadar program pelatihan biasa. Ia hadir sebagai jawaban atas tantangan
berkurangnya rumah tangga petani dan nelayan, serta fakta bahwa mayoritas
pelaku usaha pangan kini sudah berusia di atas 50 tahun.
“Kita butuh generasi baru yang lebih tangguh. Anak-anak muda
harus yakin bahwa masa depan pertanian menjanjikan. Bukan sekadar pekerjaan
yang dianggap kotor atau berlumpur,” katanya seperti dikutip dari keterangan
resmi Pemkab Kukar.
Program yang digagas Yayasan Karya Bhakti Bumi Indonesia
(KBBI) ini memang dirancang untuk mengubah cara pandang. Selama enam bulan, 27
peserta akan ditempa, mulai dari teori, praktik, hingga pendampingan usaha.
Harapannya, mereka bisa menjadi penyuluh pertanian swadaya sekaligus pelaku
usaha yang mampu menularkan semangat ke lingkungannya.
Kukar sendiri memiliki posisi strategis di Kaltim sebagai
lumbung pangan. Data BPS 2024 mencatat, dari 57.143 hektare luas panen padi di
Kaltim, hampir separuhnya berasal dari Kukar, yakni 26.744 hektare.
Produksi padi gabah kering giling di Kukar juga menyumbang
lebih dari 50 persen untuk provinsi. Angka ini dipastikan akan semakin penting
ketika Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara benar-benar beroperasi dan menampung
jutaan penduduk baru.
Karena itu, Sunggono menyebut SPR sejalan dengan visi Kukar
Idaman Terbaik 2025–2030 yang dicanangkan Bupati Aulia Rahman Basri dan Wakil
Bupati Rendi Solihin. Transformasi ekonomi dari sektor tambang menuju sektor
terbarukan harus dimulai dari penguatan fondasi pangan. “Kukar harus siap
sebagai penyangga IKN. Itu peluang sekaligus tantangan besar,” ucapnya.
Selain membangun pola pikir, SPR juga mendorong mekanisasi
pertanian dan penerapan smart farming. Sistem konvensional akan diganti dengan
penggunaan alat modern agar lebih efisien. Dukungan insentif dan modal usaha
pun disiapkan, sehingga generasi muda tidak ragu terjun ke sektor pangan.
Sunggono mengingatkan peserta agar serius mengikuti proses
pembelajaran. Mereka adalah yang terbaik, terpilih melalui seleksi. “Jadikan
ini bekal untuk usaha yang lebih profesional dan berkelanjutan. Kelak kalianlah
yang jadi agen perubahan di desa,” pesannya.
Program ini tidak berhenti di satu titik. Pemerintah
berharap model SPR bisa direplikasi ke desa-desa lain, hingga membentuk
ekosistem usaha rakyat yang kuat. Dengan cara itu, Kukar bukan hanya menjaga
gelar lumbung pangan Kaltim, tapi juga melahirkan generasi baru yang siap
mengawal masa depan pangan IKN. (adv/nad)
Tulis Komentar