NUSANTARA, Denai.id — Kalimantan Timur (Kaltim), termasuk Kota Balikpapan, menghadapi tantangan besar dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan. Salah satu hambatan utama adalah kondisi geografis, terutama karakteristik tanah yang didominasi oleh jenis podzolik.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Balikpapan, Sri Wahjuningsih, menjelaskan bahwa jenis tanah ini memiliki kandungan hara yang sangat rendah, sehingga tidak mendukung pertanian secara optimal.
"Tanah podzolik memiliki sedikit unsur hara dan tidak subur. Warna tanahnya cenderung merah kekuningan dan bertekstur lempung," ungkap Sri, Kamis (9/10/2025).
Jenis tanah ini terbentuk akibat curah hujan tinggi dan suhu rendah dalam jangka panjang. Perlu biaya besar untuk meningkatkan kesuburan tanah tersebut agar cocok bagi pertanian. Hal ini sangat berbeda dengan wilayah lain seperti Jawa atau Sulawesi yang memiliki tanah vulkanik subur.
Upaya Inovatif Hadapi Keterbatasan Alam
Meski menghadapi tantangan berat, upaya untuk menciptakan lahan produktif tetap dilakukan. Pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan kini fokus pada pengembangan tanaman pangan strategis, seperti jagung.
Langkah konkret yang tengah diupayakan adalah riset terhadap bibit unggul yang mampu tumbuh pada tanah podzolik. Para peneliti dan akademisi pertanian dilibatkan untuk menciptakan varietas jagung adaptif terhadap kondisi lokal Kaltim.
"Tujuannya adalah menemukan bibit super yang tetap bisa tumbuh optimal meskipun di tanah yang miskin unsur hara," ujar Sri.
Transformasi Lahan Bekas Tambang dan Perkebunan
Strategi lain yang mulai diterapkan adalah pemanfaatan lahan bekas tambang dan kebun sawit. Melalui kerja sama antara pemerintah daerah, perusahaan tambang, dan sektor swasta, lahan-lahan ini akan direklamasi dan diubah menjadi kawasan pertanian jagung.
Pola tanam terpusat diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pengelolaan dan hasil panen. Selain itu, pendekatan ini membuka peluang pemanfaatan lahan yang sebelumnya dianggap tidak produktif.
"Ini adalah pertarungan besar melawan keterbatasan alam. Namun dengan inovasi dan sinergi, kami yakin bisa mengubah tanah merah ini menjadi lumbung jagung baru bagi Indonesia," pungkas Sri. (sh)
Tulis Komentar