BANGKOK, denai.id – Tiga dekade penantian itu akhirnya terbayar tuntas. Persib Bandung menulis ulang sejarah di tanah Bangkok setelah menaklukkan Bangkok United 2-0 dalam laga kedua Grup G AFC Champions League Two (ACL Two) 2025/26 di Stadion Pathum Thani, Rabu (1/10).
Kemenangan ini bukan sekadar tambahan tiga poin. Lebih dari
itu, kemenangan ini menjadi simbol lepasnya beban panjang sejak terakhir kali
Pangeran Biru menaklukkan tim asal ibu kota Thailand, saat menumbangkan Bangkok
Bank 2-0 di ajang Piala Champions Asia 1995/96 — tepat 30 tahun silam.
Kini, sejarah berulang dengan skor yang sama. Andrew Jung
membuka keunggulan pada menit ke-42, sebelum Uilliam Barros Pereira memastikan
kemenangan lewat gol cantiknya di menit ke-71. Dua gol, dua penyerang, dan satu
malam yang akan selalu diingat oleh publik Bandung.
Sejak menit awal, anak asuh Bojan Hodak tampil agresif.
Guaycochea sempat menguji kiper Khammai lewat tendangan bebas di awal babak
kedua, tapi upaya itu masih bisa ditepis. Dominasi Persib makin terasa setelah
jeda. Hodak memasukkan Julio Cesar menggantikan Matricardi untuk memperkuat
lini tengah yang sempat ditekan.
Gol kedua yang ditunggu akhirnya datang. Lewat skema
serangan balik cepat, Barros menerima bola dari sisi kiri dan melepaskan
tembakan keras tanpa pikir panjang. Bola melesat deras, menembus gawang
Khammai. Hodak mengepalkan tangan di pinggir lapangan — tanda kelegaan
sekaligus kebanggaan.
“Saya senang dengan semangat dan mental pemain. Mereka tahu
betapa pentingnya pertandingan ini,” ujar Hodak seusai laga.
Persib kini mengoleksi empat poin, sejajar dengan Lion City
Sailors yang menang 4-2 atas Selangor FC. Posisi itu membuka peluang besar bagi
Maung Bandung untuk melangkah ke babak berikutnya.
Namun, kemenangan ini lebih dari sekadar urusan klasemen.
Ini adalah tentang bagaimana Persib membuktikan bahwa sejarah bisa diulang
dengan cara yang lebih indah — lewat disiplin, determinasi, dan rasa percaya
diri.
Di bangku cadangan, beberapa pemain muda seperti Kakang
Rudianto dan Saddil Ramdani ikut merayakan dengan senyum lebar. Tidak ada yang
tahu apakah mereka sadar sedang menjadi saksi sejarah. Tapi satu hal pasti:
malam itu, kutukan tiga dekade di Bangkok resmi patah, dan PERSIB kembali
menemukan jati dirinya sebagai tim besar Asia. (nad)
Tulis Komentar