Tulis & Tekan Enter
images

Ampalam yang dijual di pasar Brunei.

Ampalam dan Nasi Katok dari Brunei

Catatan Rizal Effendi

SEORANG teman baru saja tiba dari Brunei. Dia kaget di sana ada jual buah ampalam. Padahal dia juga baru dari Banjarmasin. Sempat beli ampalam di pasar terapung. Selain ampalam dia juga sempat membeli buah kuini. Saya suka dengan kedua buah tersebut.

Buah ampalam dijual Rp10 ribu sekilo di Banjarmasin. Sedang di Brunei 3 dolar Brunei. Sekitar Rp50 ribu. Maklum di Brunei orangnya kaya-kaya. Tiga dolar terbilang murah.

Beberapa hari ini ampalam dan kuini itu saya bawa ke mana-mana. Masuk ke dalam mobil. Bau ampalam tidak terlalu menyengat, tapi kuini aromanya sangat tajam. Ada yang tidak suka dengan baunya. Tapi suer saya suka dengan aroma buah kuini. Pengharum alami ketimbang beli pengharum kaleng.

Ampalam dan kuini terbilang jenis mangga asli dari Kalimantan. Dari hutan tropis. Wajar kalau pohonnya tumbuh selain di Kalimantan bagian wilayah Indonesia, juga di Kalimantan (Borneo) yang masuk wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam.

Suasana di Gadong Night Market Brunei yang relatif lebih ramai.

Ampalam disebut mangga pari karena buahnya kecil-kecil. Orang Banjar menyebutnya hampalam. Tapi orang Malaysia bilang empelam atau empelem. Di Thailand disebut mamuang kaleng. Sedang di Filipina disebut apali. Nama botanis ampalam cukup menarik, Mangifera laurina.

Ampalam sudah jarang ditemukan di Kaltim. Apalagi di Balikpapan. Tapi di Kalsel masih banyak. Generasi milenial sudah pasti tidak terlalu kenal dengan ampalam. Buah ampalam cenderung masam, tapi kalau masak citarasanya menarik karena ada manisnya.

Buah ampalam muda sangat nyaman dibuat pemasam sambal. Jauh lebih enak dibanding mangga muda. Ada juga yang dibuat rujak atau manisan. Tapi kalau sudah masak enak di-emut dengan kecap manis dan cabai. Ampalam termasuk jenis buah berserat.

Jualan Nasi Katok Kambing, makanan terkenal di negeri Sultan Bolkiah.

Kuini atau kuweni nama ilmiahnya Mangifera odorata. Tuh, ada odor alias baunya. Karakternya antara mangga dan bacang. Di Sabah buah itu disebut huani atau wani. Sedangkan di Filipina dinamai uani atau juani. “Orang Bugis menyebutnya mangga macang,” kata Ketua BPD Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Balikpapan Adam Sinte ketika saya beri sebuah kemarin.

Souvenir Sultan Hasanal Bulkiah

Buah kuini agak unik. Walaupun kulitnya mulus, di dalamnya bisa ada piranya. Yang dimaksud pira adalah ulat. Padahal jenis mangga lain juga manis, tapi tidak ada ulatnya. Mungkin ulat masuk ke dalam karena aromanya.

Pohon ampalam dan pohon kuini sama-sama tinggi. Di atas 20 meter. Tapi buahnya banyak. Bisa ratusan bahkan ribuan biji. Waktu kecil saya suka melempari dengan potongan kayu. Jatuh ke tanah, saya bikin rujak dengan teman-teman. Bumbunya cukup garam dan lombok.

KOTANYA SANGAT SEPI

Wisatawan Indonesia termasuk dari Balikpapan kaget. Ternyata ibu kota Brunei, Bandar Seri Begawan relatif sepi. Populasi penduduknya cuma sekitar 400 ribu orang. Separuh penduduk Balikpapan. Tapi luas wilayah Brunei 5.765 kilometer persegi, 10 kali lebih besar dari Balikpapan.

Jangankan di jalan, di mal pun juga sepi. Orang Brunei kalau shopping ke Kuala Lumpur atau Singapura. Brunei secara ketat menjalankan syariat Islam. Jadi jangan berharap ada tempat hiburan malam di kota ini termasuk karaoke. Merokok juga dilarang.

Suasana kompleks pertokoan yang sepi di Bandar Sri Begawan.

Mengutip Wikipedia, Brunei disebut memilik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura. Sehingga negeri ini diklasifikasikan sebagai negara maju.

Menurut IMF, Brunei memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Di sana lumayan sulit mencari transportasi umum. Maklum orang Brunei rata-rata memiliki mobil. Bukan satu, tapi 3 sampai 5 unit. Rasio kepemilikan kendaraan di Brunei tertinggi di negara ASEAN, yaitu sekitar 997,8 kendaraan per 1.000 penduduk.

Rajanya saja, Sultan Hassanal Bolkiah yang sudah naik takhta sejak 57 tahun silam memiliki koleksi mobil mewah mencapai 7.000 unit. Mulai Rolls-Royce, Ferrari, Bentley sampai jenis lainnya. Ada beberapa mobil berlapis emas. Total nilai mobilnya mencapai 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp82 triliun lebih. Bayangkan 3 kali lebih besar dari APBD Kaltim.

Istana Nurul Iman Sultan Bolkiah, yang disebut-sebut terbesar di dunia.

Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas. Ada yang bilang kalau dulu Kaltim juga “merdeka,” niscaya kayanya sama dengan Brunei bahkan bisa lebih.

Warga Brunei tidak dikenai pungutan pajak PPh dan PPN. Warga hanya diwajibkan menyumbang 5 persen dari pendapatannya ke dana tabungan yang dikelola negara.

Pesawat Royal Brunei terbang kembali ke Balikpapan. Berangkat tiap Rabu malam. Sedang dari Brunei tiap Sabtu dinihari. Jarak penerbangan sangat dekat, hanya ditempuh sekitar 90 menit. Harga tiketnya bervariasi antara Rp1,5 juta sampai Rp2 juta. Dari Balikpapan, Royal Brunei juga terbang ke Singapura.

Ada travel di Balikpapan menawarkan paket wisata ke Brunei. Berangkat Rabu pulang Sabtu. Harga paketnya sekitar Rp6 juta. Pelancong dibawa jalan-jalan di antaranya mengunjungi Pantai Jerudong, Gadong Night Market, Jumatan di Masjid Omar Ali Saifuddin, menikmati kampung air seperti di Marga Sari, Balikpapan Barat sampai melihat Istana Nurul Iman, kediaman Sultan Hassanal Bolkiah beserta keluarganya.

Istana Nurul Iman menyandang gelar sebagai istana terbesar di dunia menurut Guinness Book of World’s Records. Dibangun di atas lahan seluas 50 hektare dengan biaya sekitar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp16 triliun. Bangunan istana tersebut berisi sebanyak 1.788 kamar. Bayangkan butuh waktu berapa hari untuk mengelilinginya.

Sedang Jerudong Park adalah taman hiburan terbesar di Asia Tenggara. Dibangun oleh pemerintah Kerajaan Brunei pada tahun 1994 juga dengan dana sekitar 1 miliar dolar AS.

Menurut para wisatawan, hanya di Gadong Night Market, suasana cukup ramai. Sebagian besar pengunjung berbelanja berbagai makanan, minuman, dan buah-buahan. Termasuk Ampalam. Bahasa yang digunakan di situ bisa Melayu, bisa juga Inggris.

Makanan terkenal di negeri ini namanya “Nasi Katok.” Katok itu artinya ketuk. Berawal dari orang yang mau membeli ditandai dengan mengetuk pintu warung si penjual. Jadi disebut nasi katok. Isinya tidak terlalu beragam. Hanya nasi dengan lauk ayam goreng dan sambal. Harganya 1 dolar 20 sen. Tapi sekarang ada nasi katok kambing. Harganya 3 dolar Brunei. Berarti hampir Rp50 ribu. Kabarnya kalau sudah makan nasi katok, tidurnya bisa bermimpi jadi Raja Brunei. Apa betul? Silakan tidur dan bermimpi dulu.(*) 


TAG Catatan, Opini

Tinggalkan Komentar