Kaltimkita.com, Jakarta - Harga emas terus merangkak naik dan beberapa kali menembus rekor. Posisi tertinggi emas Antam terakhir bahkan mencapai Rp 1.065.000 per gram.
Dengan posisi ini, apa yang harus dilakukan investor? Jual atau beli emas?
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga emas saat ini memang terlalu tinggi. Dia bilang, berdasarkan survei yang ia lakukan pada beberapa calon investor menunjukkan jika mereka cenderung akan melepas emas sehingga mendapat untung.
Menurutnya, bagi masyarakat yang gemar investasi emas sebaiknya menunggu harga emas turun.
"Kalau bisa menunggu harga logam mulia itu di bawah di angka Rp 800 ribuan. Tapi kalau seandainya internasional apabila menyentuh kembali di level US$ 1.700 per troy ounce," ujarnya.
Dia menjelaskan, emas sendiri merupakan investasi jangka panjang. Dia menuturkan, pada tahun 2011 emas sempat mencapai US$ 1.920 per troy ounce setelah terkoreksi dalam dan kembali tertembus level tersebut setelah 9 tahun.
Dengan demikian, ia meminta masyarakat agar hati-hati di saat emas telah mencapai level tertinggi.
"Artinya untuk mencapai level tertinggi harga emas memerlukan waktu cukup lama kalau saat ini relatif lebih tinggi itu sangat wajar, itu 9 tahun penantian di mana harga emas kembali mengalami kenaikan itupun bersama pandemi virus Corona," terangnya.
"Harus berhati-hati para masyarakat, investor yang suka mengoleksi logam mulia terutama fisik kalau mau cuan lebih banyak bermainlah di hedging, yaitu saham atau derivatif karena di situlah keuntungan jangka pendek," sambungnya.
Sementara, Analis Emas Monex Investindo Ariston Tjendra menuturkan, dalam kondisi seperti investor bisa melapas sebagian emas untuk mendapat untung dan sebagian di tahan.
"Investor yang sudah memiliki emas mungkin bisa melepas sebagian untuk mengamankan profit. Sebagian ditahan untuk mengikuti potensi penguatan harga emas selanjutnya," ungkapnya. (dtc/tim)