Catatan: Kassubag Komunikasi Pimpinan Setkab Paser, Abdul Kadir Sambolangi
BUMI DAYA TAKA seolah-olah bangun dari mimpi saat dikejutkan dengan penampilan kumpulan pekerja seni yang menamakan diri Kreasi Seni Anak Paser (Kress AP). Mengapa tidak, komunitas ini berhasil menyisihkan 400an peserta se-Indonesia melalui rangkaian seleksi secara online lalu mausklah mereka di 5 besar bersama komunitas seni dari Jember, Nias, Papua dan Kulon Progo.
Lalu apakah mereka memang tahu-tahu muncul begitu saja lalu tiba-tiba terpilih secara acak untuk tampil di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf Jakarta, mewakili Pulau Kalimantan? Siapakah mereka ini? Berikut beberapa catatan terkait Kres_AP, semoga penampilannya di malam puncak lomba Cipta Karya Lagu Nusantara 2021 bisa memberitahu kita semua bahwa Paser punya potensi seni budaya yang memiliki daya saing tinggi.
Pertama, Kres_AP merupakan sebuah organisasi yang didirikan di Tana Paser pada tahun 2010, dari sekumpulan pelaku seni dan bergerak di bidang seni dan budaya, khususnya musik dan tari, baik modern maupun tradisional. Personilnya di anatranya ada yang sudah malang melintang di dunia seni budaya Paser. Di dalam kepengurusannya, ada Sultan Paser sebagai pembina.
Kedua, apakah memang benar-benar baru muncul, bisa ya, bisa juga tidak. Waktu didirikan pada tahun 2010 mungkin tidak ada yang tahu siapa mereka. Bahkan saat mendaftar di lomba ini 1 Maret 2021 pun tidak ada yang tahu, kecuali mereka sendiri dan kalangan di sekitarnya. Meskipun sebenarnya media sudah memberitakan mereka sejak masuk di 15 besar. Mungkin berita itu tidak dibaca luas, atau mungkin juga karena sudah dianggap biasa. Bukankah selama ini, seni budaya Paser sering kali jadi finalis di level nasional.
Ketiga, istilah ‘mewakili Pulau Kalimantan’ disematkan sendiri oleh personil Kres_AP karena hakikatnya, setelah melewati seleksi yang panjang selama 2 bulan lebih, dari 419 komunitas yang mendaftar, lalu terpilih 260 karya yang lolos administratif. Kemudian terpilih lagi 15 karya dan Kress AP lolos di 5 besar. Di titik ini, Kres_AP menjadi satu-satunya dari Pulau Kalimantan.
Keempat, saat tampil di malam puncak, kemenangan memang ditentukan oleh para juri. Namun ada namanya juara favorit yang ditentukan dari hasil like di Youtube. Kres_AP hanya memerlukan 5.201 like untuk bisa jadi juara favorit, namun itu tak mereka dapatkan. Artinya dukungan dari masyarakat yang mendiami pulau yang diwakilinya bisa disebut minim.
Kelima, beberapa jam jelang penampilan mereka, beritanya diblow up sedemikian rupa di media sosial, demi mendapatkan dukungan secara online. Tentu saja komentar warganet beragam. Yang mendukung dan bangga amat banyak. Yang mengkritik juga tak sedikit. Di antara kritikan itu, yang paling mencolok adalah masalah kostum. Kres_AP yang membawa nama Paser ternyata tidak tampil dengan kostum Paser, namun ada yang menyebut kostum mereka sebagai kostum Dayak Malinau. Ada satu komentar yang unik, dari seorang pekerja seni yang menyebut dirinya dengan akun Leo Augusta, mencoba untuk lebih realistis dengan Kres_AP. Dia menyebut bahwa seharusnya kostum tidak menjadi perdebatan seandainya Kres_AP didukung dari awal sebelum tampil di Jakarta. ‘Di mana kita saat mereka berjuang mencari dukungan’ begitu salah satu kalimat yang ditulisnya.
Keenam, faktanya Kres_AP sangat sulit memenangkan hati masyarakat yang diwakilinya. Hampir saja mereka batal tampil di malam puncak karena kendala di biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi. Pada akhirnya mereka bisa tampil karena mendapat dukungan moril dan materil dari Bupati Paser dr Fahmi Fadli, Wakil Bupati Paser Hj Syarifah Masitah Assegaf SH, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Hj Ina Rosana SPi MM dan Bankaltimtara.
Ketujuh, dukungan juga ditunjukkan Pemerintah Kabupaten Paser, yaitu Wakil Bupati yang hadir di Jakarta untuk menyaksikan langsung penampilan mereka. Sayang seribu sayang, ada miskomunikasi dengan pihak penyelenggara sehingga Wabup Paser tidak diperkenankan masuk. Dari 5 perwakilan, hanya Bupati Jember yang bisa masuk di acara. Bahkan seperti disampaikan oleh pembawa acara, dia bisa masuk bersama istrinya. Lalu berkembanglah spekulasi bahwa Paser bisa juara II seandainya Wakil Bupati masuk ke tempat acara. Faktanya, mereka finis sebagai juara harapan I.
Kedelapan, komentar para juri bisa jadi motivasi yang luar biasa khususnya bagi Kres_AP, dan juga bagi pekerja seni di Paser pada umumnya. Melly Goeslaw mengatakan bahwa musik adalah salah satu sarana memperkenalkan budaya nusantara. Seharusnya Paser bisa pertajam aksennya, dan juga menyelipkan unsur modern agar semua kalangan bisa menerimanya. Sementara itu Helmy Yahya mengaku terharu dengan keindahan seni budaya. Helmy berpesan agar kita tak minder dengan tradisi. Ciri dan karakter harus kuat agar perbedaan antara satu budaya dengan yang lain bisa terlihat secara nyata.
Terakhir, untuk kesekian kalinya kita diperlihatkan lagi, bahwa pejabat-pejabat di tingkat pusat memang masih belum bisa memisahkan Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara (PPU), padahal PPU merupakan anak dari Paser yang lahir pada 2002 lalu. Kali ini Menteri Sandiaga Uno yang secara nyata perlu diberitahu bahwa Paser bukan PPU.
Sandiaga sempat bertanya apakah Kres_AP dari Paser Penajam. Dia juga berpesan agar Kres_AP persiapkan diri untuk jadi artis ibukota.
Dari 9 catatan ini, bisalah disimpulkan bahwa penampilan Kres_AP di malam puncak Lomba Cipta Karya Lagu Nusantara dengan tema “Karya Musik Anak Komunitas (Kamu Aku) bukan datang dengan tiba-tiba melainkan melalui perjuangan yang panjang. Kalaupun kita baru tahu pada malam penampilan mereka, itu artinya jadi introspeksi agar ke depan bisa lebih perhatian pada karya anak bumi pertiwi, terutama bagi komunitas-komunitas yang lahir dari rahim Bumi Daya Taka. (*)