Kaltimkita.com SAMARINDA- Dinas Kesehatan Kalimantan Timur mencatat angka kematian ibu sepanjang Mei 2025 sebanyak 26 kasus di seluruh wilayahnya dan menjadi alarm serius bagi pemerintah daerah.
Ironisnya, di tengah gencarnya upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, data ini justru menunjukkan tantangan yang masih terus ditingkatkan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin di Samarinda, Sabtu (7/6/2025), menegaskan bahwa setiap kasus kematian ibu adalah kehilangan yang tak ternilai dan cerminan langsung dari kualitas pelayanan kesehatan di daerah.
"Ini adalah indikator kritis yang harus kita hadapi," ujarnya.
Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjadi dua daerah dengan catatan paling suram, masing-masing menyumbang enam kasus kematian ibu.
Disusul Balikpapan dengan empat kasus, serta Paser, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu masing-masing dua kasus. Sementara Kutai Timur mencatat kurang dari tiga kasus, dan Berau satu kasus. Bontang dan Penajam Paser Utara tidak mencatat kasus kematian ibu sama sekali pada periode ini.
Di balik angka 26 kasus kematian ibu di Kaltim selama Mei 2025, terkuak fakta mengejutkan mengenai penyebab utamanya. Data terkini Dinkes Kaltim menunjukkan bahwa komplikasi non-obstetrik mendominasi dengan 42 persen dari total kasus, mengalahkan dugaan umum seperti perdarahan.
Disusul oleh hipertensi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 38 persen, serta perdarahan obstetrik 12 persen.
Jaya menjelaskan bahwa data ini krusial untuk evaluasi mendalam dan penyusunan strategi yang lebih tepat sasaran. "Ini adalah peta jalan kami untuk merumuskan perbaikan," katanya.
Fokus pada komplikasi non-obstetrik mengindikasikan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam perawatan kehamilan, tidak hanya terfokus pada masalah-masalah kebidanan semata.
Dinkes Kaltim telah mengoptimalkan berbagai program strategis, mulai dari pemeriksaan kehamilan rutin, peningkatan akses dan kualitas pelayanan persalinan, hingga penguatan sistem rujukan terpadu. Salah satu program andalan adalah Audit Maternal Perinatal Surveilans Respons (AMP-SR).
Program ini tidak hanya mencatat kasus kematian ibu dan bayi, tetapi juga menganalisis penyebabnya secara komprehensif untuk merumuskan rekomendasi perbaikan. (fan/adv/diskominfo kaltim)