Tulis & Tekan Enter
images

Prof Misna Ariani menyampaikan pidatonya setelah dikukuhkan menjadi guru besar Uniba.

IKN dan Profesor Wanita Pertama Uniba Balikpapan

Catatan Rizal Effendi

WISUDA Universitas Balikpapan (Uniba) di BSCC Dome, Kamis (16/10) kemarin sangat menarik. Selain menyaksikan 847 mahasiswa yang diwisuda, ada dua agenda lain yang sangat ditunggu-tunggu dan istimewa.

Yang pertama orasi ilmiah. Soalnya yang tampil adalah Dr Basuki Hadimuljono, yang akrab dipanggil Pak Bas. Dia adalah Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). Pak Bas duduk sebagai Menteri PUPR era Presiden Jokowi, yang terlibat sejak awal pembangunan IKN.

Setelah berpuluh tahun tinggal di Jakarta, Pak Bas sekarang banyak berdiam di IKN. Karena itu judul orasi ilmiahnya adalah “Dari Jakarta ke Nusantara.” Memaparkan proses akan berpindahnya ibu kota negara dari Jakarta ke IKN Sepaku.

Ketua OIKN Basuki Hadimuljono mendapat plakat dan pin dari Pimpinan Uniba Dr Rendy dan Dr Isradi.

Menurut Pak Bas, tinggal di IKN Sepaku terasa nyaman. Air minumnya yang keluar dari kran bisa langsung diminum. Pagi hari masih bisa menikmati embun tebal yang menyelimuti kawasan IKN. Kelak dengan konsep forest city, orang yang tinggal di IKN lebih berumur panjang. Life time-nya bisa bertambah 5 tahun seperti orang tinggal di Busan, Korea Selatan.

Kedua, dikukuhkannya seorang dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Uniba sebagai guru besar Uniba. Dia adalah Prof Dr Dra Hj Misna Ariani, MM. Boleh dibilang dia wanita pertama kelahiran Balikpapan yang meraih gelar guru besar bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

Sekarang dia juga satu-satunya dosen di Uniba bergelar profesor. Sebelumnya ada dua mantan rektor Uniba dengan gelar yang sama. Yaitu Prof Dr Suhartono, yang sekarang menjadi Rektor STIE Balikpapan dan Prof Dr Eliano, yang sudah almarhum.

Wisudawan Uniba berbalik ke belakang menyapa orangtuanya atas “perintah” Ketua OIKN.

Tepuk tangan membahana ketika Rektor Uniba Dr Isradi Zainal menyerahkan SK Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi sekaligus memasang selempang di pundak Prof Misna. “Saya mengucapkan terima kasih atas semua dukungan yang diberikan kepada saya sehingga akhirnya saya bisa meraih gelar terhormat ini,” kata wanita berusia 62 tahun itu.

Misna membutuhkan waktu 11 tahun untuk meraih prestasi itu setelah dia meraih gelar doktor dari program pascasarjana FEB Universitas Brawijaya pada tahun 2014. Gelar sarjana S1 diraihnya dari almamaternya, FEB Uniba, kemudian lanjut mengikuti program S2 di FEB Unmul.

Ada tamu khusus yang diundang menyaksikan pengukuhan Misna. Yaitu Kaprodi Pasca Sarjana FEB Unibraw Prof Eko Ganis Sukoharsono dan dua dosen wanita FEB Unmul, Prof Dr Hj Syarifah Hidayah, SE (mantan Dekan FEB) dan Prof Dr Rachmawati Thaha.

Ucapan selamat bertubi-tubi diberikan kepada Prof Misna. Mulai dari Ketua Yayasan Uniba Dr H Rendy Ismail, ketua senat Dr Jepri Nainggolan, para wakil rektor dan dekan, termasuk juga Kepala OIKN Basuki Hadimuljono dan Kepala LLDIKTI XI Dr Muhammad Akbar, M.Si.

Kepala OIKN Basuki Hadimuljono dan Ketua LLDIKTI XI Dr Muhammad Akbar bersama Senat dan Pimpinan Uniba.

Hadir di kursi undangan sejumlah perwakilan dari Forkompida Kota Balikpapan, Kodam dan Polda Kaltim. Tapi tak kelihatan wakil dari Pemkot Balikpapan. Ada juga pimpinan perguruan tinggi di antaranya Direktur Eksekutif Universitas Mulia Dr Agung Sakti Pribadi dan perwakilan PT Gunung Bayan Resources Tbk H Syahbuddin Noor.

“Keberhasilan Prof Misna menunjukkan kualitas dosen di Uniba tidak kalah dengan universitas terbaik lainnya di Tanah Air,” kata Rendy sambil mengucapkan terima kasih atas dukungan berbagai pihak termasuk PT Bayan, yang memberikan beasiswa kepada sejumlah dosen Uniba.

Dalam kesempatan itu, Rendy juga mengungkapkan hasil perjuangan Uniba membuka fakultas kedokteran. Rencananya akan dibangun kampus Fakultas Kedokteran di Penajam Paser Utara. “Biar lebih dekat lagi dengan IKN,” katanya.

DISURUH SAPA ORANG TUA

Penyampaian orasi ilmiah Kepala OIKN berlangsung menarik. Pak Bas datang ke acara wisuda bersama Danis Hidayat Sumadilaga, Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN sejak tahun 2021.

Danis pernah menjadi Dirjen Cipta Karya zaman Pak Bas menjadi Menteri PUPR. Dia insinyur lulusan ITB yang sekarang didaulat menjadi Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia.

Ketika saya ceritakan putri saya, Aisya Febria ikut berkarier di OIKN, dia sempat terkejut. “Ikut CPNS yang kemarin?,” tanyanya. “Ya,” kata saya. Febi alumnus jurusan Hubungan Internasional Fisipol UGM, kampusnya Pak Bas.

Rektor Uniba Dr Isradi Zainal ketika menyematkan selempang guru besar kepada Prof Misna Ariani.

Mengawali orasinya, Pak Bas sempat menyuruh semua wisudawan berdiri dan balik ke belakang. Ternyata dia memerintahkan wisudawan menyapa orang tua mereka. Pak Bas mengingatkan keberhasilan yang dicapai para wisudawan itu tak lepas dari perjuangan dan pengorbanan orangtuanya.

Pak Bas mengungkapkan, ada 3 pilar dalam pembangunan IKN. Yaitu sebagai kota hutan (forest city), kota spons atau kota tangguh air serta kota cerdas (smart city). Dengan ketiga pilar itu, makan IKN akan terwujud sebagai kota maju, modern dan berkelanjutan.

Dia memberikan keyakinan bahwa pembangunan IKN akan terus dipacu menyusul ditandatanganinya Perpes No 79 Tahun 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto, yang menetapkan IKN sebagai Ibu Kota Politik pada tahun 2028.

Ibu Kota Politik itu adalah Ibu Kota Negara di mana pembangunan infrastruktur IKN sudah mengakomodasi ekosistem trias politika yaitu rampungnya pembangunan infrastruktur tidak saja untuk lembaga eksekutif, tetapi juga untuk legislatif dan yudikatif. “Dan itu menjadi tugas saya sekarang ini,” kata Pak Bas.

Anggota DPRD Kaltim H Baba (paling kiri bawah) dan Ketua IWAPI Balikpapan Yuli Shinta (paling kanan bawah) yang ikut diwisuda.

Dia juga menjelaskan pembangunan jalan tol Balikpapan-IKN terus dipacu sehingga rampung sebelum 2028. Jika jalan tol itu selesai, maka jarak tempuh Balikpapan ke IKN hanya sekitar 40 menit saja.

Pihak Otorita IKN juga memberikan kesempatan kepada semua perguruan tinggi di Kaltim termasuk Uniba untuk berkontribusi ke IKN terutama dalam penyediaan SDM, karena IKN memang membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil dan berkualitas.

Sebelum mengakhiri orasinya, Pak Bas sempat menantang wisudawan S1 yang hafal hymne Uniba maju ke depan. Sayangnya tidak ada yang berani tampil. Padahal dia menjanjikan hadiah menarik bisa bergabung ke OIKN atau mendapat beasiswa S2. “Kita harus mencintai almamater. Saya sendiri masih hafal hymne UGM,” kata Pak Bas, yang sekarang ini menjadi Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama).

Dari 800 lebih wisudawan, ada beberapa tokoh yang ikut diwisuda. Di antaranya anggota DPRD Kaltim H Baba dari PDI Perjuangan. Juga Yuli Shinta Novianti, Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Balikpapan.

Uniba menetapkan 12 wisudawan terbaik dengan nilai IPK hampir sempurna. Rata-rata di atas 3,9. Ke-12 wisudawan terbaik itu adalah Zainal Arifin (Ilmu Hukum), Denita Maharani (Manajemen), Jane Monica Devi Alfia Sheren (Akutansi), Ahmad Zaki Syahwaludin (Teknik Mesin), Maha Setya Adi Putra (Teknik Elektro), Putri Nuvira Mada (Teknik Industri), Auliyah Rahmah (Sastra Inggris), Febriani (Teknik Sipil), Avica Widya Anggraeny (Arsitektur), Anabila Cahya Shofiya Junaedi (Pendidikan Matematika), Ririn Suyanti (Pendidikan Ekonomi) dan Sesi Marselina Sinambela (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia).

Sementara itu dari Program Sarjana Terapan terpilih sebagai wisudawan terbaik adalah Achmat Hady Bowo dari prodi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sedang dari Program Pascasarjana terpilih Muhammad Raka Fiqri dari prodi Magister Ilmu Hukum.

Keluar dari Dome, saya dicegat sejumlah fotografer amatir dan penjual buket bunga. Mereka kira saya dari orang tua wisudawan. “Sayang anak pak,” katanya merayu saya. Acara wisuda memang menjadi hari cuannya pemoto komersial dan penjual bunga. “Serasa kaya anak kita yang mau diwisuda,” kata Tina, salah seorang penjual buket bunga tertawa.(*)

 


TAG Uniba

Tinggalkan Komentar

//