Kaltimkita.com, JAKARTA- Sebuah surat kabar Israel bernama Maariv menyebutkan dalam beberapa jam setelah serangan besar-besaran Iran, banyak warga Israel yang mengalami gangguan psikologis. Dilaporkan jumlah warga Israel yang mencari dukungan psikologis meningkat drastis sebesar 350 persen.
Laporan tersebut mengutip data dari Asosiasi Pusat Trauma Israel yang memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami trauma mental terkait perang.
Direktur Jenderal pusat tersebut, Elfrat Shafrut menuturkan warga Israel di seluruh wilayah ‘membanjiri’ saluran bantuan. Warga di Israel menunjukkan gejala seperti serangan panik, gemetar, menangis, kecemasan ekstrem, dan detak jantung meningkat.
“Orang-orang menelepon dan mengatakan mereka kehilangan kendali dan terlalu ketakutan untuk keluar dari tempat perlindungan,” kata Elfrat dikutip dari Tasnim, Sabtu (21/6/2025).
Analis berpendapat intensitas dan skala operasi Iran telah menciptakan dampak psikologis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini merupakan pertama kalinya sejak tahun 1948 warga Israel mengalami serangan misil langsung dan terus menerus di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Israel juga melaporkan adanya 4,7 ribu panggilan hotline dari masyarakat yang mencari pengobatan kesehatan mental. Menteri Uriel Busso telah memberlakukan protokol darurat untuk memperluas akses layanan ke kementerian sepanjang hari.
Mereka juga meluncurkan layanan dukungan emosional melalui sesi terapi secara online melalui zoom. Evaluasi dilakukan psikolog secara langsung dan ‘protokol kecemasan’ juga dilaksanakan secara gratis bagi mereka yang berada di lokasi terdampak misil Iran.
Protokol tersebut dilaksanakan untuk mencegah krisis kesehatan mental langsung dan efek jangka panjang dari sindrom stres pasca-trauma pada penduduk Israel. (det/bie)