Catatan Rizal Effendi
SEBELUM kembali merintis karier ke belahan dunia, model internasional asal Balikpapan, Laras Sekar Arum sempat mampir di kediaman saya di Balikpapan Regency, pekan lalu. Dia didampingi Ibu Stevani Endah Purworini, guru Laras di SMP Nasional KPS dan Benk Benk, orang yang mengantarnya merintis di dunia modeling.
“Ya, saya sempatkan singgah ke rumah Pak Rizal sebelum saya meninggalkan Balikpapan,” kata model dengan tinggi badan 171 cm ini. Dia pulang kampung dalam rangka Lebaran sekaligus menghadiri acara pernikahan adiknya.
Laras akrab dengan Ibu Stefani, wali kelasnya waktu sekolah di sana. Dia tak menyangka siswi berkulit cokelat itu, ternyata bisa melenggang lenggok di catwalk dunia. Hal yang sama juga dirasakan Benk Benk kepada anak asuhnya itu. “Kami senang banget melihat perkembangan Laras yang mendunia,” kata mereka.
Seperti diberitakan, setelah berjuang jatuh bangun di Jakarta, pada awal 2017 Laras pertama kali diminta tampil di panggung Paris Fashion Week membawakan karya perancang mode terkenal Yves Saint Lorent (YSL).
Setelah itu langkahnya makin terbuka. Dia diundang menjadi model produk L’Oreal Paris Matte Addiction. Pada sesi pemotretan, Laras satu frame dengan model kelas A, Barbara Palvin dan Natasha Poly. Tiga bulan kemudian Laras juga diminta agensi model ternama Strom Models London untuk mengisi panggung model di sana selama sebulan. Laras juga dilibatkan dalam kampanye KKW Beauty X Winnie oleh Kim Kardhashian.
Berkat penampilannya yang sangat ikonik dan menarik, Laras bisa mengalahkan pemodel dunia lainnya. Dia terpilih sebagai Model of The Years pada gelaran Style Awards, yang dilaksanakan majalah mode Elle pada tahun 2018. Sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan.
Saya sendiri menjadi akrab dengan Laras karena bangga ada anak Balikpapan bisa menjadi model dunia. Padahal bisa dihitung dengan jari jumlah pemodel Indonesia yang mampu berprestasi di kancah internasional. Selain Laras, sebelumnya ada Ayu Gani, Kelly Tandiono, Devita Ravani dan Putri Sulistyowati. Ada juga model pria, Raihan Fahrizal.
Dalam buku saya pertama, “Bukan Pak Wali Lagi,” saya menulis tentang Laras setelah ada postingan Ibu Stevani, yang dikunjungi Laras di sekolahnya di Jl Sport No 1 Prapatan, Balikpapan Kota, tahun lalu. Sekolahnya heboh.
Sungguh saya kaget, selama saya memimpin kota, saya tak pernah mendengar kabar kehebatan prestasi Laras. Naluri kewartawanan saya tak sempat membaca. Kalau tidak pasti Pemerintah Kota Balikpapan memberikan penghargaan sebagai warga berprestasi. Bahkan Laras juga sangat layak menerima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Kaltim.
Tapi sesungguhnya saya juga baru pertama kali berjumpa langsung dengan Laras. Ya, ketika dia menyambangi rumah saya. Dia tampil mengenakan celana panjang putih dan baju kaus hitam lengan panjang dengan kerah gaya turtleneck. Rambutnya terurai. Tampak charming. Melihat wajah dan penampilan Laras, saya teringat penyanyi hebat Indonesia, yang juga berkarier di Prancis, yaitu Anggun C Sasmi.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras dan dukungan dari keluarga, guru dan teman-teman semua, saya bisa berkembang seperti ini,” kata Laras.
Dia banyak bercerita perjalanannya yang cukup keras dalam menggapai prestasi. Sesekali disela Benk-Benk, yang sejak awal melihat ada bakat besar dari Laras. Sekarang Laras bergerak terus. Terkadang di Bali dan Jakarta, di Eropa termasuk juga di Jepang. “Saya suka Jepang, Tokyo, di sana sangat aman. Saya suka banget,” katanya bersemangat.
DISERBU UMKM
Saat singgah di rumah saya Laras kaget ada sejumlah ibu-ibu menyerbu dia. Ibu-ibu itu adalah pelaku UMKM, “sahabat” dari istri saya, Bunda Arita. Sayang istri saya tak ada di tempat karena berangkat ke Bogor menemani putri bungsu saya, Feby, yang melahirkan anak keduanya.
Di bawah bimbingan Miss Egi dan istri saya, para pelaku UMKM makanan itu, tengah dipandu untuk mendapatkan sertifikat halal gratis dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Kementerian Agama (Kemenag).
BPJPH pada tahun 2023 melaksanakan Program Sehati, di mana para pelaku UMKM diberikan kesempatan untuk mendapatkan sertifikat halal gratis, yang dibuka sejak awal Januari lalu untuk sejuta sertifikat melalui mekanisme pernyataan pelaku usaha (self declare).
Sesuai UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, maka setelah tanggal 17 Oktober 2024, bagi pelaku usaha makanan dan minuman, hasil sembelihan, serta jasa penyembelihan harus bersertifikat halal. Jika belum bersertifikat halal, maka mereka bisa dikenai sanksi.
Laras mengaku senang bisa bertemu ibu-ibu UMKM Balikpapan. “Ini bukti ibu-ibu penjaga keluarga yang hebat, mulai mengasuh anak-anak, mendampingi suami sampai ikut memperkuat ekonomi rumah tangga,” sanjungnya.
Dia juga mendukung produk UMKM dan ekonomi kreatif dikembangkan terus di Balikpapan. Apalagi Balikpapan menjadi kota penyangga utama Ibu Kota Nusantara (IKN). “Kita jangan kalah bersaing, produk UMKM Balikpapan dan Kaltim harus menjadi tuan rumah di IKN,” kata gadis berusia 24 tahun ini.
Sejumlah ibu-ibu sempat berfoto dengan Laras seraya menampilkan produk UMKM-nya. “Alhamdulillah, mudah-mudahan kita bisa mengembangkan produk UMKM Balikpapan “go international” seperti apa yang dicapai Laras,” kata Bunda Arita dari Bogor.
Ketika pamit, Laras kaget saya beri oleh-oleh hasil kebun mini saya di depan rumah. Ada pisang mahuli, terong dan tomat. “Wah sangat excited. Saya suka sekali,” katanya bersemangat.(*)