Kaltimkita.com, KUTAI KARTANEGARA – Kalau biasanya lomba 17-an bikin peserta ngos-ngosan, di Desa Muara Kaman Ulu justru sebaliknya, peserta ditantang untuk tidak melakukan apa-apa. Dalam rangka HUT ke-80 RI, warga desa ini menggelar Lomba Melamun, sebuah kompetisi yang menuntut ekspresi datar, ketenangan jiwa, dan kemampuan menahan tawa.
Bertempat di Gelora Muso bin Salim, lomba ini menjadi penutup rangkaian acara yang berlangsung sejak 3 Agustus. Wakil Ketua Panitia, Deni Saputra, menyebut lomba ini lahir dari ide spontan saat acara beseprah selesai.
“Peserta duduk diam, ekspresi harus datar. Gangguan boleh, tapi hanya lewat tatapan atau gestur lucu. Tidak boleh menyentuh,” ujar Deni, Sabtu (9/8/2025).
Awalnya, durasi lomba dirancang tiga jam. Tapi setelah diskusi dengan peserta, dipangkas jadi satu jam karena melamun ternyata cukup melelahkan jika dilakukan secara kompetitif.
Penonton tak tinggal diam. Mereka berusaha mengganggu peserta dengan gaya absurd: dari meniru suara ayam, menari ala robot, hingga menatap tajam.
Namun peserta tetap harus bertahan. Tiga juri menilai lewat rekaman video, mencari siapa yang paling konsisten menjaga ekspresi datar. Hadiah jutaan rupiah menanti mereka yang berhasil melamun dengan penuh dedikasi.
Meski hanya dibuka untuk warga lokal berusia minimal 15 tahun, beberapa mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga ikut meramaikan. Total pendaftar sempat mencapai 50 orang, tapi panitia membatasi hanya 36 peserta karena keterbatasan tempat.
“Lomba ini jadi cerita tersendiri. Ada yang ekspresinya mirip patung, ada juga yang seperti sedang menahan kentut,” kata Deni sambil tertawa.
Lomba melamun menjadi penutup yang tak biasa sebelum acara jalan santai, zumba, dan penyerahan hadiah pada 10 Agustus. Di Muara Kaman Ulu, melamun bukan sekadar bengong tapi seni bertahan dalam keheningan. (Ian)