KaltimKita.com, JAKARTA - Mantan Hakim Agung yang kini menjabat anggota Dewan Pengawas KPK, Artidjo Alkostar wafat siang ini. Saat menjadi Hakim Agung, Artidjo dikenal sangat berintegritas tinggi. Bahkan, dia sempat hampir menendang kursi orang yang hendak menyuapnya.
Artidjo percaya bahwa kejujuran bisa dihidupkan. Dia menganjurkan tiap orang untuk bergaul dengan orang bijak. "Kejujuran tidak bisa diajarkan, tapi bisa dihidupkan, karena itu sudah diinstall oleh Allah SWT, hati yang bersih. Bagaimana cara menghidupkannya? Bergaullah kamu dengan orang bijak sehingga kejujuran akan tumbuh," ucap Artidjo di gedung Pusat Edukasi Antikorupsi (ACLC), Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (25/2/2020).
Hal itu disampaikan Artidjo saat menjadi pemateri dalam acara Diklat Persiapan Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi. Acara tersebut diikuti sejumlah penyuluh antikorupsi dari beberapa kementerian/lembaga. Sebab, menurut Artidjo, korupsi merupakan penyakit batin. Karena itu, ia mengatakan untuk membersihkan penyakit itu harus memiliki hati yang bersih.
"Penyakit korupsi itu penyakit batin. Jadi untuk itu, supaya negara kita dihuni oleh orang yang hatinya bersih jernih, perlu saling mengingatkan," ujarnya.
Lalu Artidjo menceritakan pengalamannya ketika menjadi hakim agung di Mahkamah Agung (MA). Menurutnya, banyak orang mencoba melobinya agar dijatuhi hukuman yang ringan tapi dia tidak mau terpengaruh. "Banyak orang datang ke saya, Pak Artidjo yang lain sudah, loh apa ini? Ya tampangnya sih pengusaha dari Surabaya. (Saya bilang) detik ini Anda keluar, kalau tidak kursi Anda saya terjang atau saya suruh tangkap. Keluar dia," kata Artidjo menceritakan pengalamannya.
Menurutnya, pihak yang berperkara yang mencoba melobinya itu biasanya memang memiliki kedekatan dengan para pegawai di MA. Bahkan, Artidjo mengaku pernah ditawari cek kosong hingga dimintai nomor rekening. "Tidak mempan sudah tahu saya begitu, saya dikirimi fotokopi cek. Pak Artidjo nomor berapa rekening, Pak Artidjo ini untuk Pak Artidjo, saya bilang dengan pedas saya terhina dengan saudara itu. Jangan dilanjutkan lagi, kalau dilanjutkan urusannya menjadi lain. Saya akan memakai cara-cara, kalau saudara masih memaksakan. Saya ancam," kata Artidjo.
"Saya pernah ditanya (wartawan), Pak Artidjo, sering mau disogok berapa jumlahnya? Satu perkara yang tidak bisa saya sebutkan, orang itu pengacaranya kenal sama saya, karena saya dulu orang LBH. Bilang sama orang MA, tolong saya dipertemukan dengan Artidjo. Tidak bisa bertemu, lalu dia datang ke ponakan saya di Situbondo, bilanglah ke Pak Artidjo. Loh tidak ada yang berani, nggak pernah ada orang yang berani berhubungan, takut semua sama Pak Artidjo. Sudah tulis saja cek ini, berapa maunya," lanjutnya. (det/bie)