Catatan Rizal Effendi
PERNAH makan jukut atau iwak biawan? Saya dikabari teman-teman, yang baru saja mengunjungi Danau Semayang. Di sana lagi musim jukut biawan. Jukut bahasa Kutai dan iwak bahasa Banjar. Artinya sama, yaitu ikan. Jadi nelayan di sana lagi banjir ikan biawan.
Melihat foto dan videonya saya jadi ngiler. Saya jadi pengen makan jukut biawan. Coba lihat, satu perahu isinya jukut biawan semua. Padahal di sana ada ratusan perahu miliki nelayan setempat. Itu buktinya memang di sana lagi panen ikan tersebut.
Biawan adalah salah satu jenis ikan tawar, yang banyak berenang di Sungai Mahakam terutama di Danau Semayang. Kenapa dia suka di danau? Karena biawan jenis ikan bentopelagik, yaitu hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan. Suka di arus tenang dan banyak terdapat tanaman air. Situasi itu ada di danau.
Danau Semayang luasnya 13 ribu hektare, sebelah kiri Mahakam. Berseberangan dengan Danau Melintang yang berada di sebelah kanan. Kedua danau ini masuk wilayah Desa Semayang, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kukar. Untuk sampai ke sana, bisa jalan darat atau melalui sungai.
Yang hebat, Danau Semayang kaya dengan keanekaragaman hayati dan plasma nuftah. Di sana selain ikan biawan, juga toman (Snake head/chana SP), gabus atau haruan (Chana striata), lais (Krytoterus SP), jelawat (Laptobarbus hoeveni), pepuyu (Anabas testudineus), baung (hemibragus), serta udang galah (Macrobrancium rosenbergii).
Satu perahu isinya ribuan jukut biawan
Saking banyaknya populasi ikan di Danau Semayang, maka tak heran bila hidup juga di sana pesut mahakam (Orcaella brevirostris), yang dikenal sebagai lumba-lumba air tawar. Maklum dia tak pernah kelaparan tinggal di danau tersebut. Ikannya sangat banyak.
Biawan dalam bahasa latinnya disebut Helostoma temminckii. Ikan ini berasal dari wilayah tropis, Asia Tenggara. Ikan ini awalnya dari Indonesia dan Thailand, akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia.
Uniknya ikan ini juga disebut gurami pencium karena kebiasaannya mencium saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama. Ada yang bilang ikan tambakan, ikan bawan atau biawan. Ada juga yang menyebutnya ikan samarinda. Tak jelas kenapa disebut ikan samarinda. Mungkin orang yang memberi nama, pernah makan di Samarinda.
Biawan memang banyak di pasar Samarinda. Biawan hidup bisa dibeli di Pasar Pagi atau Pasar Segiri. Selain biawan segar, juga ada biawan yang sudah diasinkan. Warung-warung makanan juga banyak yang jualan ikan biawan, mau yang digoreng atau yang dibanam alias dibakar. Terutama warung masakan banjar atau kutai. Harga ikan biawan segar, asin dan telurnya bervariasi antara 50 sampai 100 ribu rupiah per kilogram.
Ikan biawan yang dijual di Samarinda memang datangnya dari hulu Mahakam. Sesekali ada juga yang tembus sampai ke Balikpapan. Tapi jarang sekali saya temukan di Pasar Klandasan. Paling banter ikan haruan dan pepuyu. Karena kedua ikan ini lebih tahan hidup dibanding ikan tawar lainnya. Ikan biawan tidak bisa dipancing, seperti juga ikan sepat.
Dibanding pepuyu, biawan tidak terlalu bertulang. Lezat sekali kalau dibakar. Lalu diulakkan sambal ampalam atau mangga. Sayurnya sayur asam. Wah ibaratnya ibu mertua lewat, kita bisa tak sadar.
Biawan makin istimewa jika musim bertelur. Oleh para nelayan telur biawan dikumpulkan lalu diasinkan. Telur biawan asin tahan berbulan-bulan dan laku dijual ke mana-mana. Telur biawan asin yang dijual di Balikpapan kabarnya sebagian dari Banjarmasin. Nanti dimasak menjadi sambal goreng telur biawan asin. Cita rasanya memang luar biasa.
Saking populernya ikan biawan, ada nama Jalan Biawan di Samarinda. Jalannya berada di kawasan Sidomulyo. Ada juga warung sate Biawan di sana. Untuk anak muda mangkal dan ngopi, ada juga berdiri Kedai Teras Biawan.
MENURUNKAN KOLESTEROL
Selain dikonsumsi, ikan biawan ternyata juga bisa menjadi ikan hias. Maklum bentuk tubuhnya yang agak pipih sehingga penampilannya jadi menarik. Tapi saya sangat jarang melihat orang mengoleksi ikan biawan menjadi ikan hias. Dulu Gubernur Kaltim Suwarna AF malah mengoleksi ikan pipih atau belida (Notopterus notopterus).
Ikan biawan berkembang biak di kisaran umur 12 hingga 18 bulan. Musim perkawinan ikan ini terjad pada bulan Mei hingga Oktober. Masa panen ikan ini hanya 15 bulan serta dapat berkembang biak dua kali lipat dari populasi awalnya.
Dulu hampir semua ikan biawan segar yang dijual di pasar-pasar adalah hasil tangkapan nelayan di danau. Tapi belakangan ada juga hasil dari budi daya. Biawan dapat memakan segala jenis pakan karena sifatnya yang omnivora.
Menyiangi jukut biawan untuk diasinkan
Ikan biawan memiliki banyak sekali kandungan nutrisi yang baik untuk dicerna manusia. Dalam 1 kg daging ikan biawan terdapat 250 sampai 300 kilo kalori. Tentu sangat baik untuk menambah tenaga dan memperlancar proses metabolisme.
Setidaknya ada 15 manfaat dan khasiat jika kita mengonsumsi ikan biawan. Di antaranya bisa mencegah penyakit kardiovaskuler, menurunkan kolesterol tinggi, mengandung makronutrisi, membantu meregenerasi sel, mencegah stroke, mencegah obesitas, mencegah kanker leher rahim, mencegah penyakit Alzheimer dan juga mengobati flu.
Ketika saya menulis artikel ini, ada yang mengirimi saya pantun jukut biawan. Kalau etam mudik di Sungai Mahakam, jangan lupa makan jukut biawan. Kalau etam mau banyak kawan, jangan lupa traktir makan. Nah sekarang aku tunggu kabarnya sampai malam. He…he.(*)