Oleh: Dr.Isradi Zainal,
Rektor Uniba, Ketua Penjamim Mutu Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Ada rasa kaget saat membaca WA dan Media jika di tanggal 17 Maret 2023 terjadi banjir di Sepaku IKN Nusantara. Kami kaget karena di tanggal yang sama kami bersama puluhan Guru Besar dan sejumlah Pejabat Kementerian PUPR berkeliling dan berdiskusi untuk melihat dari dekat progres pembangunan IKN.
Hari itu kami mendampingi Dirjen Dikti Prof Nizam yang merupakan bagian dari rombongan Guru Besar mengunjungi Bendungan Sepaku Semoi, Intake Sepaku, Hunian Pekerja Konstruksi (HPK), kawasan Istana Presiden, Kementerian Koordinator dan lokasi lain termasuk titik nol IKN. Bahkan di Hunian Pekerja Konstruksi kami sempat shalat Jumat, makan siang dan berdiskusi.
Untuk memastikan kebenaran berita dan video di WA terkait banjir, saya mencoba menghubungi warga dan pejabat terkait yang memang sudah sejak lama tinggal di sana dan paling tahu terkait situasi banjir di Sepaku. Berdasarkan info mereka, kejadian banjir tersebut benar adanya dan menyatakan bahwa kawasan tersebut sudah menjadi langganan banjir jauh sebelum IKN dipindahkan.
Berdasarkan info mereka dan media, di tanggal 17 Maret 2023, banjir melanda Kelurahan Sepaku. Banjir tersebut setidaknya melanda sedikitnya tiga RT. Pada pukul 16.00 WITA, jalan utama di kelurahan tersebut tampak tergenang air berwarna kecoklatan dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter.
Menurut Jaka Santos sekretaris Otorita IKN, banjir di tanggal 17 Maret 2023 disebabkan oleh hujan yang terjadi di bagian hulu dan adanya gorong gorong yang tidak optimal, sehingga meningkatkan air permukaan, lalubada famtor erosi, kemudian sedimentasi dan pendangkalan sungai.
Memang benar, Sejak IKN di umumkan untuk dipindahkan ke Sepaku dan Kutai Kertanegara Kalimantan timur, sejumlah banjir terjadi di kawasan tersebut. Berdasarkan data, banjir di IKN Nusantara sudah terjadi sebanyak 15 kali di beberapa wilayah Sepaku yaitu di desa Suka Raja, Karang Jinawi, Binuang, Kelurahan Sepaku dan Kelurahan Pemaluan.
Selain itu berdasarkan data, tercatat 7 kawasan di Kecamatan Sepaku yang menjadi langganan banjir diantaranya Kelurahan Sepaku RT 07,06,05 dan 04 dengan lama genangan 24 jam, terjadi 2 kali dalam setahun yang diakibatkan oleh bottle neck yang melintang; Desa Sukaraja RT 01 dan 25 dengan lama genangan 6-24 biasanya terjadi dua kali dalam setahun dimana penyebabnya adalah karena meandering sungai; dan Desa Bukit Raya RT 01, 02,06 dengan lama genangan 3-12 jam yang terjadi dua kali dalam setahun yang disebabkan oleh bottle neck dimensi gorong gorong.
Selanjutnya daerah yang menjadi langganan banjir lainnya adalah Desa Karang Jinawi dengan lama genangan 3-12 jam dengan intensitas banjir 2-3 kali dalam setahun yang diakibatkan oleh topografi bergelombang pada alur sungai; selanjutnya Desa Tengin Baru dengan lama genangan 3-12 jam yang terjadi 1-2 kali dalam setahun dimana penyebabnya adalah bottle neck dimensi gorong gorong dan bangunan.
Sedangkan Desa Bumi Harapan lama genangan 3-12 jam, terjadi 1-2 kali dalam setahun yang terjadi karena intensitas air hujan dan terpengaruh oleh air sungai yang sedang pasang. Untuk Kelurahan Pemaluan, lama genangan 3 jam-2 hari dan terjadi 2-3 kali dalam setahun dimana penyebabnya adalah intensiultas hujan yang tinggi dan air sungai pasang.
Dalam upaya mengatasi banjir Sepaku (IKN Nusantara), Sebelumnya Pemerintah Penajam Paser utara telah mengidentifikasi titik banjir dan potensi banjir di Sepaku (Sepaku), selanjutnya kementerian PUPR dan OIKN menyiapkan infrastruktur mitigasi diantaranya dengan membangun bendungan Sepaku Semoi, embung, dan retensi kolam kolam yang saat ini masih berjalan.
Selain itu dilakukan pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan rencana, Bendungan Sepaku Semoi yang saat ini dalam proses penyelesaian akan mereduksi banjir sebesar 52,26%. Sejumlah embung dan kolam retensi disiapkan juga untuk mengatasi banjir.
Menurut Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV Samarinda Harya Mudanto, kolam retensi yang dibangun adalah SG-3,kolam retensi TR-01, dan kolam retensi TR-7 dimana ketiganya dapat mereduksi banjir dan menunjang penerapan Zero delta Q.
Dalam mengendalikan banjir di Sepaku, pihaknya merencanakan hingga tahun 2024 melakukan penurapan dan normalisasi sungai sepanjang 25 kilometer serta memperlancar bottleneck di lima titik sungai yang berdampak pada pemukiman serta jalan protokol Sepaku. "Pengendalian banjir dilakukan juga dengan cara oeninggian tanggul sungai serta membuat bendukungan, "ungkapnya.
Apa yang dilakukan Pemerintah, patut diberikan appresiasi, namun rencana ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa sinerji dengan semua pihak termasuk akademisi/perguruan tinggi dan Asosiasi. Selain itu diperlukan sistem manajemen dalam melakukan pengendalian banjir. Sistem manajemen akan berbicara terkait Plan Do Check dan Action serta akan terdefinisi secara jelas tanggung jawab masing masing pihak.
Terkait Manajemen penanggulangan banjir di IKN, sebenarnya pemerintah sudah menyiapkan, namun sepertinya belum optimal dan kurang tersosialisasi. Salah satu sistem manajemen yang dapat digunakan adalah Framework manajemen resiko untuk penanganan bencana banjir di IKN atau Sepaku. (*)