Tulis & Tekan Enter
images

Bersama Pak Gub, Wagub, dan Wali Kota di rumah duka

Reuni di Rumah Pak Imdaad

Catatan Rizal Effendi

ALHAMDULILLAH, saya sempat menyalatkan jenazah Pak Imdaad dua kali. Bersama Gubernur Isran Noor, Wagub Hadi Mulyadi, dan Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud, kami sempat menyalatkan di rumah duka, di samping Kantor Wali Kota dipimpin Ketua MUI Habib Mahdar Abu Bakar Al Qadri. Lalu sekali lagi di Masjid Agung At Taqwa dipimpin imam besar KH Jaelani Mawardi.

Wajah Pak Imdaad tampak teduh, seteduh hatinya kepada semua orang. Peti jenazah mantan wali kota Balikpapan dua periode (2001-2011) ini sempat dibuka setelah diterbangkan dari Jakarta, Rabu sore kemarin. Sanak keluarga sambil diiringi isak tangis diberi kesempatan untuk terakhir kalinya melihat wajah orang yang sangat mereka cintai. “Saya bersaksi beliau memang orang baik,” kata Gubernur Isran seraya mendoakan.

Ketika melepas jenazah, Isran mengungkapkan betapa dia berutang budi dengan Pak Imdaad. “Saya pernah diberi uang oleh Pak Imdaad ketika beliau menjadi kepala Biro Humas Pemda Kaltim. Tahun 1976 itu. Sehingga saya mendapat kesempatan berangkat ke Prancis,” katanya.

Seperti kita ketahui, Pak Imdaad Hamid meninggal dunia pada usia 78 tahun 28 hari ketika masih dalam perawatan di RS Siloam Jakarta, Rabu dinihari sekitar pukul 00.30 WIB. Kondisi kesehatan beliau sudah lama menurun semenjak meninggalnya istri tercinta, Aji Syarifah Fauzan Azimah Hanum. Jenazahnya dibawa ke Balikpapan dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Bahagia, Gunung Bakaran.

Saya dan istri bersama Defa, cucu saya berfoto dengan Pak Imdaad.

“Saya belum tidur ketika mendengarkan kabar duka,” kata Pak Isran, yang kebetulan berada di Balikpapan menghadiri pembukaan latihan tentara Indonesia-Amerika Garuda Shield 2022 di Amborawang. Beberapa jam sebelumnya, saya dan Pak Isran sempat berbincang tentang Pak Imdaad dan Pak Awang Faroek tentang semangat dan prestasi kedua tokoh itu dalam membangun Kaltim.

Wagub Hadi Mulyadi ketika menutup kegiatan BBGRM dan Hari Kesatuan Gerak PKK Kaltim di Gedung Dome Balikpapan, mengajak hadirin membacakan surah Al Fatihah. “Pak Imdaad banyak berjasa membangun daerah kita khususnya Balikpapan, kita sangat kehilangan,” katanya.

Hampir semua warga kota menumpahkan perasaannya atas kepergian Pak Imdaad. Jagat media sosial penuh dengan ucapan belasungkawa. “Saya tak bisa melupakan jasa-jasa beliau. Pak Imdaad banyak membimbing kami,” kata Haji Ahmad Asfia, pengusaha yang sangat dekat dengan almarhum.

Pada masa kepemimpinan Pak Imdaad, Haji Asfia mulai merintis usaha hingga sekarang berkembang menjadi kontraktor utama perusahaan tambang batu bara Gunung Bayan. Dia bersama pengusaha lainnya Johny Santoso, Johny Ng, mantan ketua Kadin Zulbahri, dan ketua PP H Syahril HM Tahir diajak Pak Imdaad ikut membangun Balikpapan termasuk ketika mengatasi krisis listrik di kota ini.

“Beliau sangat dekat dengan kita semua dan memperlakukan kita tanpa perbedaan. Saya menitikkan air mata ketika menerima kabar duka pukul 03.00 dinihari. Kita bersaksi beliau orang baik. Saya banyak diberi kesempatan oleh beliau,” kata Pak Sarjono, ketua Baznas dan mantan ketua Bappeda selama 7 tahun mendampingi Pak Imdaad.

KH Jaelani Mawardi juga mengenang betapa dekatnya almarhum dengan para alim ulama dan tokoh agama termasuk dengan Pesantren Syekh Muhammad Arsyad Albanjari di Km 19. Apalagi ketika masih hidup pendiri pondok, yang juga Ketua MUI, Prof KH Syarwani Zuhri, yang akrab dipanggil Buya. KH Jaelani bergegas meninggalkan pondok kemarin, khusus untuk bisa menjadi imam menyalatkan jenazah Pak Imdaad.

“Pa Rizal, sampaikan dukacita saya kepada keluarga Almarhum. Beliau sudah menghadap Sang Pencipta. Beliau banyak meninggalkan yang baik. Tentu manusia tidak ada yang sempurna. Mari kita lanjutkan perjuangan beliau untuk kota, bangsa, dan negara,” kata Pendeta Elmun Rumahorbo, yang sekarang bertugas di Pontianak, Kalbar.

“Kami semua merasa kehilangan atas berpulangnya Pak Imdaad. Sampaikan salam dukacita kami kepada keluarga,” kata T Hendri Tatang MBA, ketua Paguyuban Pintu Mas dan salah seorang pengurus Mahavihara Budhamanggala di Jl MT Haryono.

“Sampaikan dukacita mendalam dari saya kepada keluarga. Pak Imdaad orang pintar dan baik. Saya bangga dengan Almarhum,” kata mantan gubernur Suwarna AF dari Bogor, yang baru saja menjalani operasi tulang belakang. Pak Suwarna termasuk orang yang banyak memberikan dukungan kepada Pak Imdaad.

Secara khusus saya dan istri, Bunda Arita sempat menyalami dan menyampaikan dukacita kepada anak dan keluarga almarhum. Di antaranya Reza dan Mba Mirza atau Micha. Dia selama ini merawat Pak Imdaad di Jakarta. Micha pernah bermukim di Amerika dan Singapura, mengembangkan kariernya sebagai pengacara internasional. Saya juga bertemu dengan saudara Pak Imdaad, di antaranya Fadli Hamid, selain Maruji Hamid, teman seangkatan saya waktu kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.

Pak Imdaad bersama para wartawan di Balikpapan.

Pak Imdaad-lah yang memberi kesempatan kepada saya berkarier di pemerintahan. Saya diminta beliau menjadi wakilnya pada tahun 2006, sehingga saya bisa menjadi wali kota definitif selama dua periode. “Saya tak meragukan kemampuan dan komitmen Pak Rizal ikut membangun kota ini,” katanya kepada saya. Padahal waktu itu saya hanya seorang wartawan, yang kebetulan menjadi pimred Kaltim Post.

“Alhamdulillah, saya bangga bisa memperjuangkan Pak Imdaad awalnya jadi sekda mengawal Pak Tjutjup. Saya bersama Pak Adang (Danrem) memberanikan diri mengusulkan Pak Imdaad (saat itu kepala Biro Humas Pemprov Kaltim) kepada Gubernur Ardans. Ternyata tidak salah pilihan kami, sampai beliau jadi wali kota,” kata Pak Harbiansyah, tokoh dan pengusaha Kaltim senior, yang pernah menjadi ketua Kadin, ketua PP, pemilik awal Pusam, dan ketua Nasdem Kaltim.

BANYAK YANG MENDUKUNG

Saya datang melayat ke rumah duka kemarin, hampir bersamaan dengan datangnya gubernur dan wagub. Di tengah duka mendalam, saya bersyukur banyak bertemu para pejabat dan tokoh masyarakat, yang dulu banyak berkomunikasi ketika saya masih menjabat wali kota.

Bersama mantan ketua DPRD Andi Burhanudin Solong (ABS), wakil ketua DPRD Sabaruddin Panrecalle, pengusaha dan ketua Nasdem H Achmad Basyir, Mas Hafni serta wartawan senior Haris Syamtah, kami cukup lama menunggu kedatangan jenazah dari Jakarta. ABS yang garang mengakui dia sangat menghormati Pak Imdaad, yang cerdas, arif dan bersahaja selama memimpin kota.

“Pak Imdaad itu sangat bersahaja. Beliau wali kota yang membawa kursi sendiri ke ruang kerjanya,” kata Haris, wartawan yang banyak meliput agenda kegiatan Pemkot bersama Sofyan Asnawi (almarhum) sejak masa Wali Kota Syarifuddin Yoes dan Pak Tjutjup.

Saya juga bertemu dengan Pj Sekda, Muhaimin, yang di era saya menjadi kepala Dinas Pendidikan. “Waktu saya ketua KNPI, Pak Imdaad juga berjasa mendukung pembangunan Graha Pemuda,” katanya mengenang almarhum.

Di rumah duka juga hadir Mas Farhat Brachma, tim ahli Wapres KH Ma’ruf Amin. Dia dari PDI Perjuangan dan pernah menjadi bagian dari keluarga Pak Imdaad Hamid. “Saya tak pernah melupakan kebaikan Ayahanda Imdaad Hamid,” katanya berduka.

Datang juga Ketua PDI Perjuangan Balikpapan Budiono, yang juga wakil ketua DPRD bersama anggota Dewan lainnya. Saya lihat ada Bu Mieke dan Ketua Demokrat Denni Mappa. “Warga PDIP dan Demokrat mendoakan almarhum husnul khatimah,” kata Budiono dan Denni, yang sama-sama dicalonkan partai menjadi wakil walikota pengganti setelah meninggalnya Thohari Aziz.

Saya lama tidak bertemu para pejabat Pemkot dan beberapa tokoh masyarakat. Kemarin hadir di antaranya Asisten I Pak Syaiful, Kasatpol PP Zulkifli, Kepala DKK Bu dr Dio, Kadis LH Pak Dirman, Staf Ahli Haemusri dan lainnya. Beberapa pejabat pensiunan di antaranya Pak Chaidar, Pak Suriansyah, Pak Yusuf, Pak Daud, Pak Syahrumsyah, dan Pak Asranudin. Banyak lagi, tapi saya lupa, maklum sudah lansia. Ada juga Pak Leo, Ustaz Jaelani, Pak Sugianto, Bu Zainal dan Pak Sabri Ramdani, yang pulang bersama saya.

Alhamdulillah, banyak warga kota yang mendukung usul saya. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, tidak ada salahnya salah satu bangunan atau gedung yang monumental di kota ini diberi nama Imdaad Hamid. Apakah itu, stadion tenis, stadion bola Batakan, Dome atau Islamic Center. Soalnya itu dibangun pada masa kepemimpinan Pak Imdaad. “Kami setuju dan mendukung usul Pak Rizal,” kata warga net bersemangat.

Renovasi bangunan Masjid Agung At Taqwa juga dilaksanakan pada masa Pak Imdaad. Saya bersyukur jenazah Pak Imdaad disalatkan di masjid tersebut. Saya bersyukur sebagai ketua umum masjid, saya masih bisa melakukan terbaik untuk almarhum. Insyaallah seperti doa kita semua, sekali lagi beliau husnul khatimah. “Wangi beliau selalu tercium untuk kita. Al Fatihah,” kata Bambang Saputra, staf Bank Indonesia, yang dekat dengan Pemerintah Kota.(*)

 

 

 

 

 

 

 


TAG

Tinggalkan Komentar