Tulis & Tekan Enter
images

Surya Tanpa Mahar

Catatan Rizal Effendi

SAYA bahagia di rumah besar Partai Nasdem. Soalnya ada payung teduh di sana. Adalah Surya Paloh orangnya. Ketua Umum DPP Partai Nasdem ini dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (Dr HC) bidang sosiologi politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) Malang, Jawa Timur.
“Ini gelar Dr HC pertama yang diberikan FISIP UB kepada seorang tokoh seperti Bapak Surya Paloh. Dia sarat akan sumbangsih bagi masyarakat dan bangsa Indonesia,” kata Dekan FISIP UB Dr Sholih Muadi.

Tepuk tangan diberikan kepada Surya Paloh seusai dia menyampaikan orasi ilmiahnya bertema “Meneguhkan Kembali Politik Kebangsaan.” Lalu dia diberikan kalung kehormatan universitas tanda resminya gelar kehormatan.
Acara yang berlangsung di Gedung Samantha Krida UB, Senin (25/7) lalu itu dihadiri sejumlah tokoh. Ada mantan wakil presiden Jusuf Kalla (JK), yang juga sahabat Surya. Para petinggi Nasdem, yang juga duduk di sejumlah lembaga di antaranya Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel, Menteri Kehutanan Siti Nurbaya, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Hadir juga Wakil Ketum Nasdem Ahmad Ali.
Dari kampus UB, Ketua Senat Akademik FISIP UB Prof Dr Ir Darsono Wisadirana, ratusan sivitas akademika serta undangan lainnya. Saya sempat mengirim bunga ucapan selaku ketua Dewan Pertimbangan Nasdem Balikpapan.

“Sebuah kehormatan yang tak terhingga saya bisa menerima penghargaan gelar doktor honoris causa dari salah satu kampus ternama di Tanah Air ini. Kampus yang namanya mengingatkan kita pada kebesaran salah satu kerajaan di Nusantara: Majapahit,” kata Surya, yang 16 Juli lalu tepat berusia 71 tahun.

UB yang memiliki sekitar 70 ribu mahasiswa, didirikan 5 Januari 1963. Nama Brawijaya itu diberikan langsung oleh Presiden Soekarno dengan harapan mampu gemilang seperti Raden Wijaya (Brawijaya), pendiri Kerajaan Majapahit.
Menurut Dekan Dr Sholih, gelar Dr HC pantas dianugerahkan kepada Surya Paloh karena rekam jejaknya yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia, baik sebagai pemimpin media, pengusaha maupun ketua partai politik.

Surya Paloh memberikan sumbangsih besar dalam kehidupan politik di Tanah Air dengan mencetuskan ide Restorasi Indonesia. “Beliau juga pencetus ide politik tanpa mahar. Beliau juga pencetus ide satu gagasan tentang sosiologi politik kebangsaan di mana bangsa ini perlu mendapatkan pemahaman tentang politik kebangsaan,” kata Sholih.

Tokoh Surya juga dinilai memiliki nilai kemanusiaan sangat tinggi. Di antaranya aktif dalam misi kemanusiaan ikut membantu proses pembebasan 10 warga Indonesia yang disandera kelompok militan Filipina Abu Sayyaf pada 2016 di Pantai Parang, Sulu, Mindanao Selatan.

JK mengaku bangga berteman dengan Surya Paloh. “Beliau merupakan pribadi yang konsisten memberikan seluruh hidupnya untuk bangsa dan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi,” tandasnya.

Pertemanan JK dan Surya berlangsung cukup lama. Mereka sempat sama-sama di Partai Golkar. Saling bercanda dan bisa saling memarahi. “Hanya saya yang bisa memarahi Wapres,” kata Surya. Begitu juga JK.

Pengamat Hukum Tata Negara, Refly Harun sempat menyebut duet JK dan Surya Paloh cukup masuk akal jika tampil pada kontestan Pilpres 2024. Tapi sepertinya kedua tokoh bangsa ini lebih suka tampil sebagai Bapak Bangsa, yang memberi tuntunan agar kita memilih pemimpin yang tepat.

Saat ini Surya Paloh mendapat amanah besar dari Rakernas Nasdem untuk menentukan satu dari 3 nama yang disodorkan kepadanya. Ketiga nama bakal calon presiden itu adalah Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa.

Ketika berada di Balikpapan, saya pernah diajak Surya Paloh sarapan pagi bersama. Dia banyak bercerita tentang gagasan-gagasan besarnya untuk memajukan bangsa. Saya sempat ditantangnya, jika berhasil mencapai target Nasdem di daerah ini, dia akan memajukan saya sebagai kandidat duta besar (Dubes). “Kita butuh semangat besar untuk memajukan bangsa ini,” kata Surya Paloh kepada saya.

Kebesaran Surya Paloh saat ini dilengkapi dengan megah dan kukuhnya Nasdem Tower di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Tidak saja kader Nasdem, para tokoh yang diundang ke sana memuji bahwa Nasdem Tower membangkitkan kebanggaan berpolitik bagi Bangsa Indonesia.

TIDAK MARAH-MARAH

Dalam orasi ilmiahnya, Surya Paloh menyebutkan sejumlah kriteria ideal bagi calon presiden, yang akan maju pada Pemilu 2024. Ia sangat berharap sosok yang maju dan terpilih bisa memberikan semangat pengorbanan yang tinggi untuk memajukan Indonesia.

Selain itu, juga memiliki sikap rendah hati, yang tercermin dalam kehidupan keseharian. “Perilaku keseharian ada kerendahan hati, bukan rendah diri, bisa merakyat, dan menawarkan pemikiran-pemikiran dengan banyak tersenyum, bukan marah-marah,” ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat Indonesia saat ini rindu atas kehadiran sosok yang ramah untuk memimpin bangsa. Selain itu, tentunya ada kriteria lain seperti parameter asas kepantasan dan kepatutan untuk menjadi calon presiden.

“Sosok yang penuh ramah tamah itu bagian yang dibutuhkan sekarang ini. Ketika semua kencang, pemimpin-pemimpin, elite partai kencang, dan marah-marah, saya pikir rusak semua kehidupan ini,” ujarnya.

Ia berharap para calon presiden yang akan berkontestasi pada Pemilu 2024 tidak menyebarkan kemarahan dan saling merendahkan satu sama lain. “Bukan dengan caci maki dan saling merendahkan. Kita harus mendukung suasana lebih lebih kondusif agar bangsa ini bergerak maju ke depan,” tandasnya.

Surya Paloh mengingatkan kita semua, kalau pemilu hanya diwarnai kemarahan dan caci maki saja, yang akhirnya berujung pada perpecahan bangsa, lebih baik Pemilu tidak diselenggarakan.

Banyak pihak yang memuji pemikiran dan gagasan besar Surya Paloh. “Beliau orang hebat, saya suka Pak Surya Paloh, karena beliau tidak ambisi mau jadi presiden. Itu sikap guru bangsa yang baik,” kata Pak Maskur, seorang warga.(*)


TAG

Tinggalkan Komentar