Catatan Rizal Effendi
HARI Minggu (16/11) saya menghadiri acara milad pertama Perkumpulan Silaturahmi Urang Banjar (SUB) Kalimantan di Balikpapan. Yang mengundang pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang diketuai Hairul, sekretaris Yuliansyah dan ketua panitia B Ariswan NRP.
Acara berlangsung di aula rumah dinas Wakil Wali Kota Balikpapan di Jl ARS Muhammad, RT 29 No 01. Dihadiri Asisten I Drs Zulkifli, M.Si dan wakil Forkompida Kaltim dan Balikpapan. Ada sejumlah tokoh Banjar di antaranya Pak Andin Syamsir, dr Hakim, dan Ardiansyah.
Sekitar 15 tahun lalu saya sempat tinggal di sana ketika menjadi Wawali mendampingi Wali Kota Imdaad Hamid. Tak banyak perubahan rumah dinas itu. Wawali Balikpapan sekarang, Bagus Susetyo belum bisa tinggal di sana karena kondisi bangunannya belum memungkinkan. Anehnya kenapa tidak direnovasi sebelum wawali baru dilantik. Jadi Bagus masih disewakan di The Hill Residence, dekat perumahan Balikpapan Baru (BB).
Saya baru tahu ada organisasi SUB Kalimantan. Setahu saya selama ini perkumpulan orang (urang) Banjar itu adalah Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) yang berpusat di Kalsel dengan ketuanya Paman Birin. Sedang yang di Kaltim akrab disebut KBBKT. Ketuanya Irianto Lambrie, mantan gubernur Kaltara dan di Balikpapan, H Redy Asmara, yang baru saja berakhir masa baktinya.

Pasangan baju adat urang Banjar di acara Milad SUB Kalimantan di Balikpapan.
Tapi baik saja ada SUB Kalimantan. Sebab tak ada larangan membuat organisasi. Sepanjang tujuannya baik dan tidak melanggar aturan. Apalagi DPP-nya berpusat di Balikpapan. Saya juga baru tahu dengan sang ketua, Hairul. Dia urang Banjar berdarah Amuntai, yang sehari-hari aktif bajualan. Sedang sekretarisnya, Yuliansyah, ketua RT di Batu Ampar.
Acara milad SUB Kalimantan ditandai berbagai acara menarik. Ada maulid Habsy pimpinan Guru Yusuf, acara prosesi Piduduk Urang Banjar dirangkai pengukuhan pengurus DPP SUB Kalimantan 2025-2030, ada madihin, kuntau (silatnya urang Banjar) dan tari japin. Selain itu ada pemberian laung tanjak sasirangan untuk sejumlah tamu istimewa.

Asisten I Pemkot Balikpapan Zulkifli bersama tokoh Banjar dan pengurus SUB Kalimantan.
Menurut Hairul, organisasinya mewadahi urang Banjar di Kalimantan, baik bubuhan Banjar Kalua maupun Banjar Pahuluan. Didirikan 10 November 2024 lalu dengan visi keagamaan, sosial kemasyarakatan, seni dan budaya. Sedang misinya untuk menyambung tali silaturahmi tanpa batas dan tanpa memandang status apa pun.
Yuliansyah menambahkan, karena DPP sudah dibentuk, selanjutnya akan menyusul dibentuk pengurus DPD dan DPC di setiap daerah. “Kami juga akan konsultasi dan meminta nasihat dulu dengan para sesepuh,” jelasnya.
Wali Kota Rahmad Mas’ud menyambut baik kehadiran SUB. “SUB selain wadah silaturahmi antarurang Banjar, tetapi juga dapat berkontribusi dalam menjaga kerukunan, semangat gotong royong dan kepedulian warga,” begitu sambutan Wali Kota yang dibacakan Zulkifli.
Menurut Andin, urang Banjar adalah suku asli Kalimantan Selatan yang memiliki kebudayaan unik hasil perpaduan budaya lokal (seperti Dayak Kaharingan) dengan unsur Melayu dan Islam. Ciri khas kebudayaannya meliputi arsitektur tradisional (rumah Banjar), seni tutur (Madihin dan Lamut), keahlian mengolah lahan pasang surut, serta nilai-nilai hidup yang kuat seperti baiman (beriman) dan cangkal (rajin).
Untuk diketahui, jumlah urang Banjar di Kaltim diperkirakan sekitar 500 ribu orang atau sekitar 12 persen dari jumlah penduduk Kaltim yang tercatat sekitar 4 juta jiwa. Jumlah sebanyak itu berada di urutan ke-3 setelah suku Jawa (30,24 persen) dan Bugis (20,81 persen).
“KADA RUKUN DI KBBKT”
Kehadiran SUB Kalimantan seperti menggugah keberadaan KBBKT yang saat ini terkesan dalam kondisi tidak baik-baik saja alias kada rukun.
Ketidakrukunan itu sepertinya buntut dari Pilgub 2024. Saat itu para pengurus KBBKT terpecah. Sebagian mendukung pasangan Rudy Mas’ud-Seno Aji dan sebagian lagi mendukung pasangan Isran Noor-Hadi Mulyadi. Ketua Umum BPW KBBKT Irianto Lambrie berada di kubu Rudy-Seno.
Belakangan Irianto mengambil beberapa kebijakan yang terkesan meminggirkan para pengurus yang pro Isran-Hadi. Di antaranya Redy Asmara (Wakil Ketua Umum II) dan H Edy Kuswadi (Wakil Ketua Umum V) digusur jadi anggota Dewan Penasihat.

Pertunjukan kuntau, model silat urang Banjar.
Sedang H Ahmad Jubaidi (Wakil Ketua Umum III), H Rachmadansyah (Ketua II), H Achmad Sopiyan (Ketua VI), Riduansyah (Sekretaris IV) dan Artha Mulya (Sekretaris X) dikeluarkan dari struktur Badan Pengurus Wilayah (BPW) KBBKT.
Anehnya alasan yang dipakai BPW KBBKT karena yang bersangkutan berhalangan tetap yaitu mengundurkan diri dan meninggal dunia. Karena itu mereka yang digusur Irianto sudah mengirim surat ke Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) KBB di Banjarmasin membantah alasan yang dipakai oleh BPW KBBKT. “Kami tak ada yang mengundurkan diri atau meninggal,” kata mereka.
Redy Asmara selain Wakil Ketua Umum II, juga Ketua KBBKT Balikpapan. Masa bakti kepengurusannya berakhir beberapa waktu lalu. Tanpa ada koordinasi baik secara lisan maupun surat, Irianto langsung menunjuk Syaifullah Abdul Munif sebagai Plt Ketua KBBKT Balikpapan menggantikan Redy dan menugaskan mempersiapkan musda untuk memilih pengurus baru.
Sejumlah pengurus KBBKT Balikpapan menyesalkan kebijakan Ketua Umum KBBKT yang tidak menunjukkan sikap kerukunan. Padahal organisasi ini jelas-jelas diberi nama “kerukunan.” “Yang terjadi malah main kekuasaan, dan cenderung terkesan lebih suka perpecahan ketimbang kekompakan,” kata Ibu Titis, Ibu Erna, dan H Syukur.
Mereka mengingatkan Ketua Umum KBBKT bahwa jasa H Redy sangat besar dalam membangun KBBKT. Dia pengusaha yang tak punya kepentingan apa-apa selain tanggung jawab moral sebagai urang Banjar yang dituhakan dan menginginkan ada kekompakan serta majunya urang Banjar di Kaltim.
H Redy sendiri bersikap arif menanggapi kebijakan Irianto. “Beliau tahu siapa saya dan apa yang saya lakukan untuk BPW KBBKT dan KBBKT Balikpapan. Saya tak punya kepentingan apa-apa,” jawabnya tenang.
Banyak yang menyayangkan sikap Irianto. Seharusnya pasca-Pilgub dia mengambil inisiatif untuk merukunkan kembali para tokoh Banjar bukan sebaliknya meminggirkan orang-orang yang dianggap berseberangan. Apalagi pasangan yang didukung Irianto keluar sebagai pemenang. Kenapa masih harus ada kebijakan yang cenderung berbau dendam.(*)


