Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Komunitas "Semangat Muda Tuli" (Semut) Kota Balikpapan berharap mendapatkan peranan penting sebagai sosok pemuda-pemudi dalam memajukan pembangunan.
Ya, hal tersebut dibahasa isyaratkan oleh Wakil Ketua Semut Balikpapan, Alex yang didampingi Astrid Aldila selaku penerjemahnya.
Alex yang juga merupakan kaum teman tuli menyampaikan, bahwa komunitasnya juga menginginkan kedudukan yang sama dalam memperoleh pekerjaan seperti nondisabilitas lainnya.
"Seperti teman-teman nondisabilitas, kami berharap agar teman-teman tuli bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai kemampuan kami," ungkapnya dalam penerjemahan bahas isyarat.
Ia pun berharap adanya peningkatan pemahaman masyarakat nondisabilitas mengenai kondisi teman tuli, agar kaumnya memiliki banyak akses dalam mendapatkan pekerjaan maupun lainnya.
"Kami perlu memberikan sosialisasi agar kesetaraan bagi teman-teman tuli semakin dipahami, terutama bagi yang belum mengenal atau memahami," jelasnya.
"Semoga lebih banyak akses pekerjaan dan pendidikan tersedia untuk teman tuli, sehingga mereka dapat percaya diri melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi," sambungnya.
Alex menambahkan, pentingnya peran organisasi dan komunitas untuk saling memberikan dukungan kepada sesama teman tuli, supaya angka diskriminasi terhadap difabel bisa berkurang.
"Kami juga ingin agar tidak ada lagi diskriminasi seperti perundungan atau ejekan yang dialami teman tuli," tuntasnya.
Sang penerjemah, Astrid Aldila menyoroti pentingnya meningkatkan aksesibilitas bagi teman tuli di Balikpapan. Ia pun berharap jumlah juru bahasa isyarat di kota Beriman dapat ditambah agar komunikasi menjadi lebih mudah bagi teman tuli yang ingin bersosialisasi.
Selain pendamping juru bahasa isyarat, Astrid juga menyarankan agar fasilitas akses teks, penanda jalan, serta sarana lain di area publik diperbanyak demi memudahkan teman-teman disabilitas dalam aktivitas sehari-hari.
Dia berharap Pemerintah Kota Balikpapan bisa memfasilitasi dan memberikan kebutuhan terkait pemenuhan akses bagi teman tuli serta membantu menghilangkan stigma negatif yang kerap mereka alami.
"Diskriminasi dan stigma masih dirasakan teman tuli di Balikpapan karena banyak yang belum mengenal budaya kami," ucapnya.
Dengan begitu, Astrid mengusulkan adanya kolaborasi antara pemuda tuli dan pemuda nondisabilitas agar tercipta lingkungan yang lebih inklusif, dengan melihat potensi yang dimiliki teman tuli yang tidak berbeda dari teman-teman non-disabilitas lainnya.
"Sehingga teman tuli dapat menjalani kehidupan yang setara, bebas dari diskriminasi, serta memiliki akses yang lebih baik dalam berbagai bidang, termasuk pekerjaan, pendidikan dan sosialisasi sehari-hari," pungkasnya. (lex)