Tulis & Tekan Enter
images

Meneruskan mandat bupati non aktif Ismunandar melalui Ketua KONI Heriansyah Masdar kala itu, maka Kidang resmi dilantik sebagai ketua KONI Bengalon

Cinta Tradisi Luhur Besarkan Cabor Sumpit, Kidang Didaulat Ketua KONI Kecamatan Bengalon

KaltimKita.com, BENGALON – Sebelum mengupas tuntas cabor olahraga sumpit berikut latar belakangnya terkait cabor sumpit Sumpit, sangat lekat dengan kebudayaan Dayak.

Zaman dahulu, sumpit dipergunakan masyarakat suku Dayak untuk berburu dan berperang. Pria dewasa suku Dayak jaman dulu, harus bisa menyumpit dengan tepat. Kepiawaian tersebut dijadikan penanda, seorang pria telat melewati fase remaja.

Alat senjata pertahanan suku dayak baik saat masih jaman penjajahan untuk berperang hingga berburu remi senjata sumpit ini demi pelestariannya tetap bertahan sebagai warisan anak bangsa di NKRI, seperti yang dilansir di salah satu media nasional sumpit mulai diperlombakan pada ajang Pekan Gawai Dayak 20-26 Mei 2012 Silam.

Tampak anggota dewan kutim Kidang saat menerima plakat dari Dispora Kutim disaksikan ketua KONI Kutim Heriansyah Masdar

Dengan digelarnya ajang Pekan Gawai Dayak dan diinsiatori langsung oleh Leo Dedy Andjioe, Pria yang juga dosen di bidang mesin ini, bahkan telah membawa sumpit ke kancah internasional, resmi menjadikan alat sumpit sebagai sarana cabor.

Dia mengatakan, jaman dulu masyarakat Dayak Taman, yang mendiami tujuh kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu, terkenal piawai menggunakan sumpit. Lantas bagaimana dengan di Kabupaten Kutai Timur? Khususnya pada cabor sumpit di Kecaamatan Bengalon.

Olah raga sumpit turut dibudidayakan oleh putra kelahiran daerah asal Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon, Kutim sekaligus ketua PAC Pemuda Pancasila Bengalon dan anggota DPRD Kutim dari fraksi Berkarya Masdari Kidang.

Tampak segenap kepengurusan KONI Bengalon di bawah binaan Kidang

Walau berdarah Kutai Tulen namun Kidang tetap terpanggil mempertahankan keberadaan alat sumpit melalui beragam ajang kompetisi olah raga di tingkat kecamatannya itu.

“Yah sebelumnya kita ketahui sumpit dulunya dalam sejarah budaya dikenal sebagai senjata suku asli khas dalam suku dayak (borneo) di Tanah Kaltim hingga tanah melayu Serawak negara Malaysia.Walau saya ini kelahiran Kutai artinya masih saudara serumpun juga dari suku dayak, jadi demi pelestarian alat sumpit senantiasa saya suport “Insya Allah,” terang anggota dewan ini saat di wawancarai melalui ponselnya.

Anggota dewan Berkarya inj juga mengungkapkan tergeraknya dirinya memperlombakan event sumpit, jauh sebelum terpilih sebagai anggota DPRD Kutim pada pileg 2019 lalu. Dirinya mulai membudidayakan cabor sumpit sejak 12 tahun lamanya menakhodai organisasi nasional Ketua DPP Pemuda Pancasila Yapto besutan anak kolong (purn TNI) julukan bagi para putra maupun cucu pensiunan maupun veteran Tentara Nasional Indonesia / AKBRI diera itu, melalui PAC Pemuda Pancasila Bengalon Kidang pertama kalinya memperlombakan cabor sumpit.

“Selama 12 tahun hingga sekarang turnamen sumpit itu rutin saya gelar sebagai ajang event tahunan PP cup ranting Bengalon. Yang mana turut mendapatkan support stake holder (perusahaan) termasuk kemitraan dengan Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur,” ulas Kidang.

Maka tak heran di era masa pemerintahan bupati (non aktif) H Ir Ismunandar, MT melalui ketua KONI Kabupaten Kutai Timur, Heriansyah Masdar, sangat beralasan mengapa kiprah seorang Kidang dilirik organisasi yang mewadahi cabang olah raga di kutim.

Hal ini dikarenakan mantan kepala daerah Kutim non aktif melihat potensi, kepedulian seorang Kidang yang juga putra daerah Kutim dalam menjaga seni budaya dan adat melalui pelestariannya.

Berkat mandat (petisi) bupati non aktif Ismunandar tanpa mengurangi rasa hormat atas dedikasi kepada kepala daerah sebelumnya yang selalu mendorong serta mengangkat budaya daerah maka beberapa bulan lalu Kidang resmi dilantik sebagai ketua pengurus KONI ranting kecamatan Bengalon. (tim)


TAG

Tinggalkan Komentar