Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Tak banyak orang yang berani melebarkan sayap usaha ke luar pulau hanya berbekal naluri dan pengalaman. Tapi bagi Win Puspita, perempuan asal Kelurahan Sepinggan Raya, Kecamatan Balikpapan Selatan ini, keputusan membuka usaha laundry di Bali bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang berani ia wujudkan.
Berbekal pengalaman menjalankan berbagai lini usaha di Balikpapan, mulai dari penyedia barang ke perusahaan, rental unit, hingga layanan laundry untuk perusahaan tambang dan swasta, Win yang juga aktif sebagai anggota HIPMI Balikpapan memutuskan menambah cabang usahanya di luar Kalimantan. Pilihannya jatuh ke Denpasar, Bali.
“Awalnya saya sering bolak-balik ke Bali sejak 2021. Tapi waktu itu Cuma untuk liburan. Nah, di awal 2025 saya berpikir, daripada bolak-balik tapi nggak menghasilkan apa-apa, kenapa nggak sekalian buka usaha saja di sini,” ujar Win saat berbincang di kafe Lexa, Balikpapan Baru, Kamis (7/8/2025).
Sebelumnya, Wanita berusia 37 tahun ini sempat mencoba bisnis kafe di Balikpapan, namun mengakui bahwa bidang F&B memiliki tantangan tersendiri.
“Saya nggak cukup expert di sana (usaha kafe, red), ternyata nggak sesederhana kelihatannya. Jadi saya kembali ke bidang yang memang sudah saya kuasai, yaitu laundry,” katanya.
Keputusan membuka Meidira Laundry di Bali muncul setelah secara tak sengaja ia menemukan lokasi strategis yang dekat dengan area perumahan dan guest house.
“Kebetulan banget, harganya pas di budget. Saya pikir, kenapa nggak dicoba saja,” tambahnya.
Berbeda dengan pasar di Balikpapan yang mayoritas pelanggannya berasal dari kalangan lokal dan perusahaan, Win menemukan bahwa pelanggan di Bali lebih beragam.
“Banyak foreigners juga, turis asing. Jadi ritme kerjanya beda. Kita dituntut lebih perhatian ke kualitas, karena banyak juga laundry di sana yang kualitasnya turun karena overload,” jelas Ibu anak satu ini.
Win mengaku, meski tarif laundry di Bali cenderung lebih murah yakni sekitar Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram, dibandingkan Balikpapan yang bisa mencapai Rp7.000 hingga Rp8.000, Win melihat peluang omzet yang lebih besar karena volume permintaan yang tinggi.
“Di Bali, sehari bisa dapat 50 kilogram dari perorangan saja. Kalau di Balikpapan, jumlah itu biasanya dari kerja sama dengan perusahaan,” ungkapnya.
Win menyadari bahwa usaha di Bali masih tergolong baru dan belum mencapai titik balik modal (BEP). Namun ia optimis dalam jangka 1,5 hingga 2 tahun, investasinya akan terbayar.
“Baru lima bulan buka, jadi belum bisa bicara soal cuan. Tapi trennya positif,” kata wanita yang gemar olahraga itu.
Selain fokus pada laundry, Win mengaku sempat belajar serius tentang bisnis kopi, termasuk mengenali jenis biji kopi dan proses roasting. Meski kafenya di Balikpapan sempat tutup, ia pantang menyerah, Win menyimpan niat untuk membuka kafe baru lagi, dan kemungkinan di Bali.
“Saat ini saya lagi fokus pada kerja sama baru dengan BUMN dan swasta. Tapi ke depan, kalau semua sudah stabil, saya juga kepengen buka coffee shop lagi. Tapi kayaknya nggak di sini (Balikpapan), mungkin juga di Bali,” tutupnya optimis. (lex)