Tulis & Tekan Enter
images

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo bersama Gubernur Isran Noor, Kapolda Kaltim dan Bupati PPU Hamdam

Jadi Mabes Polri Kedua

Catatan Rizal Effendi

JADI polisi sekarang benar-benar bukan polisi tidur. Sebab, kerjanya hampir full 24 jam. Hampir tak pernah tidur. Bukan saja sibuk menjalankan tugas pokok, tapi tugas-tugas baru yang unik dan khas. Misalnya dalam penanganan Covid-19. Tidak ada seorang pun membayangkan, tugas polisi ikut menangani Covid. Sangat aktif lagi terutama mencari dan memvaksin warga.

Suasana seperti inilah yang dihadapi polisi Indonesia menyambut hari jadinya ke-76, Hari Bhayangkara pada tanggal 1 Juli 2022. Sibuk dan makin luas tugas mengabdi untuk bangsa. “Ini saatnya kita menjadi polisi beneran. Betul, ibaratnya kita tak bisa tidur,” kata seorang polisi kepada saya.

Karena tugas polisi yang makin luas dan dinamis itu, maka tema HUT ke-76 Bhayangkara tahun ini adalah “Polri yang presisi mendukung pemulihan ekonomi dan reformasi struktural untuk mewujudkan Indonesia Tangguh-Indonesia Tumbuh.”

Presisi adalah visi Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Itu akronim dari kata prediktif, responsibilitas, transparansi, dan berkeadilan. Maksudnya, biar pelayanan kepolisian lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat.

Dengan Presisi, Listyo semakin tegas terhadap jajarannya yang tidak bisa mengemban tugas Polri dengan baik. “Kalau tidak mampu membersihkan ekor, maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi,” kata-katanya yang terkenal.

Memang tidak gampang mewujudkan visi Kapolri. Perlu kerja keras dan konsistensi. Apalagi di tengah tantangan zaman yang sangat kompleks. “Tantangan tugas Polri ke depan memang semakin berat dan kompleks, tapi kita tak boleh gentar dan harus bisa mengatasinya,” kata Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs Imam Sugianto, MSi membuka rakernis Polda beberapa waktu lalu.

Kapolda Kaltim Irjen Pol Drs Imam Sugianto, MSi menyambut Presiden Jokowi meninjau IKN

Tugas jajaran Polda Kaltim pada era Imam sangatlah prestisius. Selain tugas-tugas umum, Imam juga mengemban amanat menjaga dan mengamankan kelancaran pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Ada yang bilang Markas Polda Kaltim itu seperti Mabes Polri kedua karena seringnya menjaga Presiden Jokowi ke lokasi IKN. Apalagi nantinya Mabes Polri juga boyongan ke Kaltim.

Saya tak sempat bertemu Irjen Imam dalam kedinasan. Ketika dia dilantik menjadi kapolda Kaltim pada akhir Desember 2021, saya sudah tidak bertugas lagi sebagai wali kota. Tapi teman-teman wartawan Kaltim merasa surprised dengan Imam karena dia secara khusus datang ke markas Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim di Samarinda.

Menurut Ketua PWI Kaltim Endro S Efendi, Kapolda datang ke PWI rasanya baru pertama kali terjadi. Itu pertanda Kapolda sangat menghargai tugas-tugas awak media. “Bagi saya wartawan itu sangat penting, mari kita bersama-sama membangun narasi positif untuk membangun keamanan dan ketertiban masyarakat,” kata Imam, yang pernah bertugas sebagai ajudan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Saya dulu berjuang dalam penanganan Covid bersama Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Turmudi. Dia sekarang pindah ke Polda NTB. Sempat mengarang lagu Covid. Kami sempat mendampingi Kapolda Irjen Pol Herry Rudolf Nahak membagi-bagi masker, vaksinasi, dan bantuan serta operasi Prokes di Pasar Balikpapan Permai dan berbagai tempat. Saya sempat bertemu pengganti Turmudi, Kombes Pol Thirdy Hadmiarso, yang juga semangat menjaga Balikpapan.

Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas pokok Polri ada tiga. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Menegakkan hukum. Dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Ketika wabah Covid merajalela dalam dua tahun terakhir, Polri tampil luar biasa dengan mengetengahkan aspek pelayanan kepada masyarakat. Saya dan masyarakat menyaksikan Kapolri Listyo Sigit dan seluruh jajarannya jatuh bangun menyelamatkan warga. “Kita sendiri hampir lupa dengan keluarga sendiri,” kata beberapa polisi.

Presiden Jokowi sangat mengapresiasi peran Polri selama pandemi. “Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kerja keras jajaran Polri dalam menangani pandemi Covid-19,” kata Presiden pada HUT ke-75 Bhayangkara di Istana Negara tahun lalu.

“Dengan mengerahkan kekuatannya mulai Polda, Polres sampai Polsek, Polri sangat sukses membantu penanganan Covid-19,” kata Hery Sucipto, direktur eksekutif Moya Institute.

Berkat perannya yang luar biasa itu, hasil survei Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis November tahun lalu mengungkapkan kepercayaan publik terhadap Polri mencapai angka 80,2 persen. Itu angka tertinggi sepanjang delapan tahun terakhir. Data tahun 2020 misalnya, tingkat kepercayaan publik baru 72 persen. Suatu kenaikan yang sangat menakjubkan.

Wabah Covid-19 sudah mulai mereda. Berbagai pembatasan mulai dilonggarkan. Presiden Jokowi mulai mengarahkan seluruh kekuatan untuk pemulihan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat. Itu sebabnya tema HUT Bhayangkara tahun ini mengarah ke sana.

Tanggal 1 Juli sebagai Hari Bhayangkara atau hari Kepolisian Nasional diambil momentumnya ketika dikeluarkannya Peraturan Presiden No 11 Tahun 1946 oleh Presiden Soekarno.

Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara. Pada tanggal 1 Juli 1946 begitu keluar Perpres No 11, Djawatan Kepolisian bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Sejatinya pada 1 Juli 1946 bukanlah pertama kalinya terbentuk korps polisi di Indonesia, melainkan penyatuan warga Bhayangkara yang berada di daerah-daerah menjadi satu kesatuan Kepolisian Republik Indonesia. Perjalanan kepolisian di Indonesia telah berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda.

Nama Bhayangkara adalah istilah yang digunakan Patih Gadjah Mada dari Majapahit untuk menamai pasukan keamanan, yang ditugaskan menjaga raja dan kerajaan kala itu. Karena itu patung Gadjah Mada dibangun di depan Mabes Polri.

Selama 76 tahun, jabatan Kapolri sudah berganti 26 kali. Mulai Komjen Pol Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo sebagai kapolri pertama tahun 1945 sampai Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, yang mulai menjabat awal Januari 2021 sampai sekarang.

Tetap banyak harapan warga kepada Polri, baik dalam penegakan hukum maupun sebagai pengayom dan pelayan masyarakat. Soal pengamanan distribusi minyak goreng, BBM, pimjol, penipuan investasi sampai soal pengeksploitasian sumber daya alam termasuk batu bara. Juga yang tidak gampang mengamankan Pemilu 2024. Maklum Pemilu kali ini untuk pertama kali serentak, mulai pemilihan presiden, pemilihan legislatif sampai pemilihan kepala daerah.

 

Kapolresta Balikpapan Kombes Pol Thirdy Hadmiarso di markasnya yang belum rampung.

Ketika memperingati Hari Bhayangkara, saya jadi teringat “utang” saya kepada Polresta Balikpapan. Pemerintah Kota waktu itu berkomitmen ikut membantu membangun Markas Polresta Balikpapan di Jl Jend Sudirman secara bertahap. Juga Markas Kodim 0905 yang sudah selesai, menyusul Kantor Kejaksaan Negeri.

Pembangunan dirancang sejak Kapolresta Balikpapan Kombes Jeffri Dian Juniarta, Kombes Wiwin Firta dan Kombes Pol Turmudi. Insyaallah pada era Thirdy sekarang dengan tetap mendapat dukungan dari Pemkot, Markas Polresta Balikpapan segera bisa rampung. Biar polisi di kota ini bisa bekerja lebih maksimal lagi. Selamat Hari Bhayangkara. Maju terus mengabdi untuk bangsa.(*/bie)

 

 

 

 

 


TAG

Tinggalkan Komentar