Tulis & Tekan Enter
images

Pembagian daging kurban kepada ketua RT di lingkungan Masjid Agung At Taqwa

Jadi Panitia Kurban

Catatan Rizal Effendi

SEWAKTU saya aktif sebagai wali kota, tugas saya hanya menyerahkan hewan kurban secara simbolis dan membuka acara penyembelihan. Tapi sekarang ini di hari Raya Iduladha tahun 2022, Minggu (10/7), pertama kalinya saya bertugas sebagai panitia kurban. Maklum saya ketua umum Masjid Agung At Taqwa, masjid utama di Balikpapan.

Ternyata tidak gampang jadi panitia. Banyak hal harus dipersiapkan. Mulai urusan pengumpulan hewan kurban, pembagian kupon, pemotongan sampai bagian terakhir yang sangat krusial, yaitu pembagian daging kurbannya.

Panitianya cukup banyak. Sekitar 150-an orang. Saya sebagai penanggung jawab, Pak H Nanang Zamzam (ketua RT setempat) sebagai ketua dan wakilnya Pak Slamet Djunaidi, mantan kepala Bagian Humas & Protokol Pemkot Balikpapan. Kami sering ketemu untuk mematangkan persiapan, terkadang sampai tengah malam.

Metode pengumpulan hewan kurban dilakukan dua cara. Ada yang melalui surat permohonan kepada berbagai pihak. Ada yang melalui program patungan antarjamaah. Panitia menetapkan satu ekor sapi untuk 7 orang dengan dana patungan Rp 2.750.000 per orang. Jadi totalnya Rp 19.250.000. Sedang harga seekor kambing Rp 3.500.000.

Karena sapinya dibeli ke pedagang sapi, apalagi ada isu penyakit mulut dan kuku (PMK), membuat harga sapi dan kambing mendadak naik. Nilai uang Rp 19 juta lebih tadi tidak mencukupi untuk seekor sapi yang memadai. Begitu juga kambing yang melonjak di atas Rp 5 juta.

Tahun depan sepertinya dana kumpulan harus di atas Rp 3 juta per orang dan kambing minimal Rp 5 juta. Itu kalau kita ingin mendapatkan hewan kurban yang berdaging.

Presiden Jokowi menyerahkan sapi kurban jenis limousin

Perlu juga dipertimbangkan kumpulan hewan kurban jenis sapi bangkok atau limousin seperti kurbannya Presiden Jokowi. Kenapa disebut sapi limousin karena sapi itu pertama kali dikembangkan di Prancis tepatnya di daerah Limousin dan Marche. Limousin juga kita kenal sebagai salah satu mobil sedan mewah di dunia. Saya pernah nyewa mobil itu waktu singgah di Hawaii, masih sebagai wartawan. Waktu itu saya sempat bertemu petinju legendaris Muhammad Ali di bandara Los Angeles.

Sapi termahal di dunia namanya sapi Missy Madison. Pernah dilelang tahun 2009 harganya 1,2 juta US dolar atau jika dikonversi senilai Rp 17 miliar. Hingga kini belum ada yang bisa mengalahkan rekornya. Misssy adalah sapi Holstein berwarna hitam putih asal Kanada.

Bayangkan sapi limousin yang dibagikan Presiden ke 34 provinsi bobotnya mencapai 950 kg. Memang harganya juga beberapa kali lipat dari harga sapi biasa atau sapi simmental. Antara 50 sampai 100 juta rupiah per ekor, bahkan lebih.

Seingat saya Masjid Istiqamah dan Dewan Masjid Pertamina membuat program yang bagus ditiru. Mereka membina sejumlah peternak daerah. Bibit sapi betina diberikan dan dipelihara peternak. Kalau melahirkan, anaknya dibagi sama. Lalu dipelihara menjadi hewan kurban. Peternak juga mendapatkan keuntungan dari bagiannya.

Dulu Dinas Pertanian saya minta membina peternak sapi di Teritip. Lalu setiap menjelang Hari Raya Iduladha saya ikut memasarkan agar warga memprioritaskan pembelian hewan kurban milik petani Teritip, tidak semuanya membeli dari pedagang yang mendatangkan hewannya dari luar daerah. Sapi dari Teritip terbilang lebih sehat karena setiap saat dipantau oleh petugas.

Sambil menghimpun dermawan hewan kurban, saya juga harus menghitung berapa banyak calon penerima. Jangan sampai kupon yang dibagikan lebih banyak dari daging yang dibagi. Pasti jadi keributan. Tahun lalu katanya, sampai jatah panitia dibeli lagi karena ada pemegang kupon tidak dapat.

Saya sempat menegur anggota panitia karena memfotokopi kupon dengan alasan tidak cukup tanpa dimusyawarahkan lebih dulu. Sebab kalau ada yang tahu bisa difotokopi, nanti yang lain bisa ikut-ikutan. Apa tidak kewalahan waktu pembagian?

Dari perhitungan saya terakhir, calon penerima daging mencapai 2.600 orang. Kuponnya disebar kepada pemilik hewan kurban, kepada 32 RT tetangga Masjid At Taqwa, kepada fakir miskin dan kepada pengurus dan petugas.

Banyak yang minta kupon kepada saya. Tapi saya menyilakan mereka menghubungi Pak Slamet, saya sengaja tak pegang kupon. Maklum tak gampang urusan yang satu ini. Saya bisa kewalahan. “Pak Rizal, minta kupon nah,” begitu setiap saya ada di sekretariat.

Tadinya setiap orang bakal menerima daging seberat 6 ons plus tulang-tulang dan potongan jeroan. Tapi saya hitung ternyata tidak cukup. Terpaksa kita turunkan jadi 5 ons atau setengah kg. Itu kita perhitungkan dengan jumlah sapi yang terkumpul sebanyak 22 ekor. Jika tiap ekor menghasilkan 60 kg daging, maka totalnya menjadi 1.320 kg.

Sapi kurban saya terima di antaranya dari pengusaha H Achmad Aspia, dari Danlanal, dan Wali Kota, dari proyek RDMP Pertamina, H Karmin (pengusaha yang juga ketua Partai Berkarya Kaltim), Krisna Galih dan Radio ONIX (Makanja Café), dari PT Gunung Bayan dan PT KRN, H Amran, Rusna dan Toko Jempol. Ada juga 7 ekor dari kumpulan jamaah.

Karena daging kambing per ekor tidak terlalu banyak. Dan hanya ada 5 ekor. Panitia memutuskan sebagai penambah saja. Langsung dicampur dengan daging sapi.

KHAWATIR TERTUKAR

 Saya khawatir sapi-sapi kurban itu tertukar. Maklum panitia yang bertugas awalnya hanya menandai berdasarkan ingatan. Saya minta ditandai dengan nomor, supaya mudah diingat dan mengaturnya dalam penyembelihan. Soal ini juga harus menjadi perhatian pada tahun-tahun mendatang.

Juru sembelih kita tetapkan para ustaz Masjid Agung At Taqwa yang sangat berpengalaman. Ada Ustaz Gazali, Ustaz Harry Supriyono, Ustaz Aulia Rachman, Ustaz Ansyori, Ustaz Khairul Budiman, dan Ustaz H Asrulloh.

Proses penyembelihan berlangsung lancar. Maklum cukup banyak petugas dan berpengalaman. Sekali tarik, sang sapi langsung terbaring. Diiringi suara takbir, hewan kurban disembelih. Lalu dikuliti dan dipotong-potong sampai proses penimbangan.

Yang masih sulit soal kemasan. Keinginan kita tidak tergantung dengan plastik belum terwujud. Karena belum dapat kemasan pengganti yang sama praktis dan murahnya seperti plastik. Ada besek, ya tetap saja perlu plastik untuk membawanya.

Menjelang pembagian, sempat terjadi kehebohan. Karena ada anggota panitia minta segera dibagi. Padahal saya sudah wanti-wanti komandan lapangan hanya ada dua, yaitu ketua Pak Nanang atau wakilnya Pak Slamet. Jangan ada perintah dari yang lain. Usul tentu boleh, tapi yang memutuskan mereka berdua.

Syukur situasi cepat reda. Pembagian bisa dimulakan dengan lancar. Prioritas pertama kepada RT-RT, karena nanti mereka membagi lagi kepada warganya yang sudah ditentukan. Juga kepada keluarga pihak sohibul kurban. Baru kepada warga fakir miskin dan pemegang kupon lainnya. Babak terakhir baru kepada panitia dan pengurus masjid.

Alhamdulillah, sekitar pukul 17.00 Wita, proses pembagian berlangsung lancar dan selesai. Daging yang tersedia cukup untuk semua pihak penerima. “Hanya sekitar 8 kupon yang belum diambil,” lapor Pak Slamet kepada saya.

Begitu mau pulang, saya mendapat telepon dari Pak Basir, ketua Partai Nasdem Balikpapan. Dia juga baru selesai penyembelihan hewan kurban. Termasuk di kecamatan. Dia bilang di rumahnya ada masakan coto makassar. Wah, saya bersama sahabat saya Pak Zaenal langsung bergerak ke sana. Kebetulan lapar banget. Selesai makan, saya juga dititipi daging kurban. “Ini daging has,” kata Pak Basir.

Tiba-tiba saya dikirimi Pak Helmi, kepala Disdukcapil dua gambar menarik lewat WA. Sebelah kiri foto menu tanggal 10-13 Zulhijjah di antaranya sate, gulai kambing, kari daging dan sambal goreng hati. Sebelah kanannya foto menu tanggal 14 Zulhijjah dan seterusnya. Di antaranya Lipitor, Simvastatin, Captopril, dan Allopurinol. Itu semua obat menurunkan kolesterol, tensi darah, dan asam urat.

“Supaya nikmat makannya, lupakan foto sebelah kanan. Yang penting berolahraga dan jangan lupa ketika mengonsumsi ingat saya juga..he..he,” kata dr Ratih Kusuma, mantan direktur RSUD Beriman, yang sekarang jadi kepala Dispora.(*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


TAG

Tinggalkan Komentar