Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Komisi II DPRD Kota Balikpapan mendorong lahirnya Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) pasca-2026.
Langkah ini dimulai melalui kajian akademik dan penyusunan naskah akademik yang digelar di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Selasa (7/10/2025).
Anggota Komisi II DPRD Balikpapan, Suwanto, mengatakan penyusunan Raperda ini menjadi penting untuk memperkuat arah pembangunan pariwisata kota yang dinilai memiliki potensi besar dari keberagaman masyarakatnya.
“Balikpapan ini daerah heterogen. Justru itu harus kita jadikan potensi wisata. Pembangunan pariwisata ke depan harus menyesuaikan dengan karakter dan kondisi sosial masyarakat Balikpapan,” ujar Suwanto.
Ia melanjutkan, dalam proses penyusunan kajian tersebut, Komisi II melibatkan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) serta dinas terkait untuk memberi masukan. Langkah ini diharapkan mampu melahirkan kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai kebutuhan daerah.
Suwanto menilai, hingga kini dukungan terhadap sektor pariwisata di tingkat komunitas masih terbatas, terutama bagi Pokdarwis yang sebagian besar mengandalkan dana pribadi.
“Bantuan dari pemerintah ke Pokdarwis masih minim, biasanya hanya sebatas pelatihan. Padahal mereka punya peran besar dalam menarik wisatawan,” ungkapnya.
Sebab, kata dia, peningkatan jumlah wisatawan akan berdampak langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) ke Kota Balikpapan, melalui tingkat hunian hotel, restoran, dan sektor jasa lainnya.
“Semakin banyak wisatawan datang, baik lokal maupun mancanegara, otomatis mereka menginap, makan, dan berbelanja di Balikpapan. Dari situ PAD kita meningkat,” jelasnya.
Suwanto menambahkan, pada tahun 2024 lalu, kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD Balikpapan mencapai sekitar Rp6 miliar. Melalui penyusunan Raperda tersebut, ia berharap potensi keberagaman masyarakat Balikpapan dapat menjadi identitas sekaligus daya tarik wisata budaya yang unik.
“Kalau di Jawa atau Sulawesi itu masyarakatnya relatif homogen. Sementara Balikpapan justru kuat karena heterogen. Inilah yang harus kita angkat menjadi kekhasan budaya kota,” tutup Suwanto. (lex)