Catatan Rizal Effendi
SEBELUM Presiden Prabowo datang, saya lebih dulu mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN), hari Sabtu (14/12). Saya datang bersama keluarga Pj Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Zainal Arifin, yang datang dari Jakarta. Mereka satu saudara juga dengan dr M Noor Khairuddin, mantan direktur RS Pertamina Balikpapan.
Karena datang dengan pengawalan, mobil bisa langsung masuk ke kawasan inti IKN, depan Istana Negara. Pengunjung biasa hanya sampai di rest area, lalu naik bus yang disediakan Otorita. Istana Negara dan Istana Garuda tidak dibuka untuk umum. Pengunjung hanya boleh berfoto ria di depan pagar Istana.
Tapi sebelum sampai ke IKN saya sempat berhenti di kawasan jalan, yang di kiri kanannya banyak berkeliaran kawanan monyet liar. Tak jauh dari persimpangan Samboja menuju Sepaku. Saya sengaja ingin melihat dari dekat. Ada yang bilang itu “monyet Nusantara.” Soalnya dekat dengan iKN.
Ternyata kawanan monyet itu tidak kabur. Malah mendekat ke mobil saya. Rupanya mereka menduga mobil yang datang pasti membawa makanan. Itu sebabnya mereka berani mendekat bukan sebaliknya kabur ke dalam hutan.
Monyet liar di kawasan Samboja menuju IKN Sepaku.
Lebih 10 ekor monyet yang datang mendekat. Lucu juga. Ada yang bersama anak-anaknya. Saya lihat ada yang jenis beruk (Macaca nemestrina), ada juga monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Beruk berbadan lebih besar, jadi kelihatan lebih berkuasa dan dominan dibanding monyet ekor panjang.
BPSI LHK Samboja yang bertugas mengelola kawasan hutan Samboja, tempat monyet itu berkeliaran sudah lama mengimbau masyarakat yang lewat tidak memberi makanan. Sebab tindakan terkesan baik itu, justru bisa mendatangkan dampak buruk baik bagi monyet maupun manusianya.
Kawanan monyet itu jadi malas mencari makan ke dalam hutan secara mandiri. Jadinya dia bisa beringas kepada orang, jika tak diberi makanan. Ada juga monyet yang mati terlindas mobil karena berebut makanan. Sebaliknya bisa jadi juga pengendara motor mengalami kecelakaan gara-gara serangan monyet.
Jika terjadi interaksi orang dengan monyet liar, ada risiko penyakit zoonosis yang mengancam. Orang bisa tertular penyakit yang secara alami ada pada hewan. Di antaranya Avian influenza, rabies, anthrax dan lainnya.
Saya sendiri tak berani membuka kaca mobil terlalu lebar. Takut monyet liar itu tiba-tiba melompat atau menerjang ke dalam mobil. Kawanan monyet itu berkeliaran di sekitar mobil dan bahkan ada yang sampai naik ke atas mobil. Dikiranya saya membagi makanan.
Tempo hari ada rencana Otorita IKN ingin memindahkan kawanan monyet itu ke kawasan yang lebih aman. Salah satu pilihannya di Pulau Benawa, karena di situ ada makanan dari mangrove dan beberapa buah hutan lainnya.
“Memang waktu itu sudah dibicarakan. Kalau beruk itu mengganggu, maka kita pindahkan saja ke kawasan lain. Apalagi primata ini bukan termasuk hewan yang dilindungi,” kata Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air OIKN, Pungky Widiaryanto.
Beberapa langkah lain juga dilakukan OIKN untuk menunjukkan pembangunan infrastruktur IKN ramah lingkungan termasuk melindungi satwa liar. Di antaranya di beberapa titik jalur pembangunan tol Balikpapan-IKN dibangun terowongan atau perlintasan satwa. “Biar satwa tidak melintas di jalan tol yang bisa ketabrak kendaraan yang lewat,” kata Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti ketika datang meninjau.
Kawanan angsa putih di kolam depan Istana Negara IKN.
Di kawasan inti pusat pemerintahan (KIPP) IKN saya tak menemukan kawanan monyet liar. Soalnya di sana hanya ada ribuan pohon eucalyptus dari program hutan tanaman industri (HTI). Jadi hampir tak ada satwanya.
Di kolam buatan di seberang lapangan Istana Negara, saya melihat ada puluhan ekor angsa putih. Mereka asyik berjemur. Tak jauh dari situ ada seekor burung bangau. Aneh juga kok burung bangaunya cuma sendirian.
IKN TETAP RAMAI DAN BERDEBU
Suasana pembangunan infrastruktur di IKN ternyata masih tetap ramai. Ratusan truk besar membawa material berseliweran setiap saat. Debunya juga beterbangan di mana-mana. Termasuk di jalan-jalan dan perkampungan di Sepaku.
Saya khawatir kondisi kesehatan pekerja dan warga setempat di kemudian hari. Saya lihat para pekerja IKN banyak yang tidak menggunakan alat pelindung seperti masker, topi dan sarung tangan. Juga nasib kehidupan warga setempat. Pasti debu masuk ke dalam rumah, tempat penampungan air dan makanan. Termasuk warung makan.
Deputi Sarana dan Prasarana OIKN Danis Hidayat Sumadilaga, yang juga ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN membantah pembangunan IKN melambat di era Presiden Prabowo. “Tidak melambat, kami masih mengerjakan penyelesaian pembangunan IKN dengan semangat dan sesuai target yang ditetapkan,” katanya seperti diberitakan Kompas.com.
Kereta otonom tanpa rel yang akan dikembalikan ke China.
Menurut Danis, untuk mengejar target tersebut, terutama penyelesaian ekosistem perkantoran eksekutif, pekerja konstruksi yang dikerahkan saat ini mencapai 26.189 orang. “Tak ada kendala yang berarti, kecuali hal-hal teknis seperti clash antarpekerja, dan masalah pembebasan lahan,” tambahnya.
Saya sempat singgah di kompleks perkantoran Bank Indonesia (BI), yang tak jauh dari Istana. Saya lihat gedungnya dengan desain bertema Garuda Vittaraksha Rupa hampir rampung. Saya teringat Gubernur BI Perry Warjiyo, yang juga ketua umum ISEI. Kebetulan saya ketua ISEI Balikpapan.
Pembangunan Istana Wapres juga terlihat dikebut termasuk kantor IKN dan Masjid Nusantara yang diperkirakan sudah bisa dipergunakan untuk salat Idulfitri awal April 2025. Bandara VVIP IKN juga dijadwalkan selesai dalam waktu dekat ini.
Di waktu ke depan ini Presiden Prabowo meminta segera dibangun ekosistem gedung perkantoran untuk lembaga legislatif dan yudikatif. Dia menargetkan sudah ada di tahun 2028 atau 2029, di saat dia sudah berkantor di IKN.
Saya sempat berfoto di depan kereta otonom tanpa rel yang sudah tidak beroperasi lagi. Menurut Kepala OIKN Basuki Hadimuljono, kendaraan modern itu akan dikembalikan ke China karena belum memenuhi standar layak pengoperasian.
Penjual es sepeda di Kawasan IKN.
Ketika melintas di depan Istana Negara, saya sempat dicegat ibu-ibu yang mengenakan seragam berwana biru. Ternyata mereka guru-guru SD No 3 Balikpapan yang lagi berkunjung. Mereka mendaulat saya ikut berfoto bersama.
Dari catatan OIKN, ada 3 sampai 5 ribu pengunjung tiap hari datang ke IKN. Mereka dari berbagai penjuru termasuk dari luar Kaltim. Kawasan IKN saat ini menjadi destinasi wisata baru yang berdampak kepada perekonomian daerah dan lokal.
Sayang di kawasan inti tak ada pedagang kaki lima berjualan makanan. Kecuali ada café Excelso yang nempel di kantor Menko. Tapi saya kaget di depan proyek kantor BI ada penjual es sepeda melayani beberapa pekerja dan petugas.
Keluar dari kawasan inti IKN, saya sempat singgah di Warung Makan Koh Acang. Tadinya dia jualan di Gunung Sari Balikpapan. Sekarang hijrah ke IKN menangkap peluang. Sayang ketika saya datang dia lagi berbelanja bahan dan ikan di Pasar Klandasan. “Makan aja,” katanya lewat HP. Saya dimasakkan saus udang dan ikan plus tumis toge. Mantap!!!.(*)