KaltimKita.com, BALIKPAPAN -Poltekba kembali berkontribusi kepada masyarakat. Kali ini, memberikan rancangan atas pembagunan rumah adat dayak. Ya, diketuai oleh Ferdy Kahandanie, S.T., M.T dan anggota Mahfud s.pd.,M.T dan Dr Sara Wibawaning Respati, ST. M.Sc.
Memang Lamin merupakan adikarya budaya dan identitas masyarakat suku Dayak Kenyah. Arsitekturnya penuh dengan ornamen, motif, dan ragam hias yang memiliki makna tertentu yang mengandung nilai karakter luhur yang sampai sekarang masih menjadi dasar kehidupan seluruh warga suku Dayak Kenyah.
Lamin merupakan rumah adat yang dihuni secara berkelompok, tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan suku Dayak. Panjangnya berkisar antara 100–200 meter, lebar berkisar 15–25 meter, dan tinggi kurang lebih 3 meter dari atas tanah, serta dapat menampung 12–30 keluarga Bangunan rumah lamin adalah jantung struktur sosial kehidupan orang dayak.
Budaya lamin bagi suku dayak merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari hari. Di dalam rumah lamin setiap kehidupan individu dalam rumahtangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat.
Namun sayangnya, Rumah lamin yang merupakan jantung kehidupan soasial bagi masyarakat dayak belum ada di kawasan tersebut. Lamin juga bisa menjadi ikon dan daya tarik bagi masyarakat yang ingin mengenal rumah lamin khas suku dayak.
Ketersediaan akses dan fasilitas yang memadai bagi sarana dan prasarana pendukung dilokasi rencana dilokasi pembangunan juga belum tersedia. Salah satunya adalah tidak tersedianya jaringan listrik, air bersih dan akses jalan yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda 2.
Ukuran ideal dalam pembangunan LAMIN adalah 30 x 15 m, dimana bangunan utama terdiri dari 9 x 15 m dan teras Lamin dibagian depan berukuran 30 x 9 m serta tinggi total bangunan Lamin adalah 12 m. Desain Lamin adalah hasil masukan dari warga, dimana desain ini mengangkat unsur unsur kearifan lokal dengan arsitektur tradisional berbahan dasar utama kayu yang mengambil ciri khas lokal daerah setempat yakni etnik dayak.
Tiap sudut dan pagar bangunan di desain model talawang dengan ukuran panjang 100 cm dan lebar 40 cm. Kemudian ditiang setiang ujung teras bangunan terdapat burung enggang yang merupakan simbol bagi suku Dayak.
Dinding aula menggunakan ornamen khas Dayak Kalimantan timur yang diambil dari ukiran khas dayak kenyah Rancangan Lamin ini merupakan satu-satunya lamin dengan bahan kayu mengunakan unsur-unsur motif lokal yang diambil dari etnik dayak di kota Balikpapan.
Rancangan lamin ini diharapkan menjadi Ikon kebanggaan Kota Balikpapan dimana aula dengan penggunaan bahan kayu pada saat ini sudah sangat jarang ditemui.
Rancangan lamin ini juga diharapkan mampu menjadi salah satu destinasi wisata budaya di kota Balikpapan untuk mendukung program wisata di wilayah IKN. Lamin ini nantinya akan digunakan sebagai secretariat Pemuda Dayak Indonesia sekaligus sebagai tempat di laksanakannya berbagai kegiatan kebudayaan oleh masyarakat Suku Asli Dayak yang ada di Kalimantan Timur. (*/and)