Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Komisi III DPRD Balikpapan, menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP), Selasa (27/4/2021) kemarin pagi m diruangannya bersama dengan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pemeliharaan Gedung dan Bangunan, serta UPT Pemeliharaan Jalanan dan Jembatan, terkait pengelolaan Aset milik negara.
Adapun RDP dengan UPT Pemeliharaan Gedung dan Bangunan meliputi pembahasan yang diantaranya Islamic Center, Stadion Persiba, Dome, Tenis Squash, Discapil dan Dispenda.
Ketua Komisi III Alwi Al Qadri mengungkapkan, bahwa selama RDP dirinya merasakan adanya kejanggalan, dimana bengkaknya segi biaya anggaran dikesemua sektor pemiliharaan aset gedung milik negara.
Dijelaskannya, sebelum pandemi ditahun 2019 biaya anggaran pemeliharaan mencapai kurang lebih sekitar 22 Milyar, pada tahun 2020 memang adanya penurunan menjadi 14 Milyar mengingat dampak pandemi, hingga ditahun 2021 masih menyentuh diangka 13 Milyar.
"Kami merasa ada yang janggal, kenapa dia tidak memberikan data per item saja, tetapi malah memberikan data keseluruhan. Contoh pemelihaan stadion itu meliputi apa-apa saja. Nah kami disini merasa adanya pengaburan, "cetus Alwi.
Menurutnya, seperti halnya Stadion Persiba yang pemakaian listriknya secara abonemen kurang lebih Rp 114 juta sebulan. Dan kenyataannya selama pandemi sudah tidak ada kegiatan pertandingan resmi di waktu malam.
"Saya juga tidak tau benar apa tidaknya diangka segitu, tapi laporannya demikian. Saya menganjurkan, kenapa selama covid tidak ada melakukan nego kepada PLN untuk diberikan keringanan pemotongan abonemen sebanyak 50%. Seharusnya mereka lebih berinisiatif agar tidak ada pemborosan, "ungkap Alwi.
Alwi melanjutkan, bahwa dirinya menegaskan untuk segera diberikan laporan pengeluaran data per item gedung bangunan selama seminggu, dari keseluruhan data pemeliharaan aset milik negara.
"Nanti kami juga akan melakukan sidak, apa benar sesuai laporan yang mereka berikan ke kami. Dan informasi yang kami dapat, bahwa pengelolanya juga hasil dari penunjukkan, dan mohon maaf ini ada apa-apanya jadinya, "tegas politkus golkar ini.
Sementara untuk UPT pemeliharaan jalan, dirinya menyinggung masalah penggunaan bahan dasar jalan yang lebih efisien, dan menyarankan menggunakan bahan cosmix daripada hotmix.
"Setau saya Cosmix ramah lingkungan dan lebih murah, yang hanya menggunakan 1 sampai 2 Centi saja. Sedangkan Hotmix 5 sampai 6 Centi lebih boros, dan lebih rumit karna menggunakan pemanas lagi, "paparnya.
Alwi juga menyoroti tambal sulam jalan, dimana hanya bertahan selama 3 bulan saja setelah itu mengalami kerusakan kembali. Dan tidak adanya pengawasan dan konsultan didalam pemeliharaan pengerjaan.
"Kalau tidak ada pengawasan dan konsultan, ini rentan sekali untuk penyalahgunaan anggaran. Ini menimbulkan kecurigaan, apalagi anggarannya kurang lebih 4 Milyar. Ya kita ambil contoh, misalnya selama sebulan diatas kertas mereka menggunakan 10 ton, tapi dilapangan mereka menggunakan 5 ton, kan kita tidak tahu, "tutupnya. (lex)