Tulis & Tekan Enter
images

Gede Widiade

Tegas, Bos Persiba Gede Widiade Nilai Format Kompetisi Liga 2 Tak Ideal

Kaltimkita.com, JAKARTA – Format baru yang akan diadopsi operator PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk diterapkan pada Kompetisi Liga 2 musim 2021-2022 langsung mendapat respons dari Bos Persiba Balikpapan, Gede Widiade. Format baru tersebut dinilai Gede Widiade, tidak ideal.

Seperti diketahui, Liga 2 2021-2022 yang akan digelar dua pekan setelah kick-off Liga 1, bakal diikuti 24 klub yang dibagi menjadi empat grup berbeda dengan format bubble atau home tournament. Grup tersebut akan ditempatkan di daerah yang ditentukan pada drawing atau penunjukkan. Selain itu, kompetisi akan menggunakan format round robin ganda (setiap klub bertemu dua kali). Sehingga jika total diikuti 24 klub, maka satu grup berisi enam tim dan akan memainkan 10 pertandingan.

"Bayangkan kalau main di empat grup dengan enam klub, berarti hanya 10 pertandingan. Berarti hidupnya kan ditentukan dengan 10 pertandingan," ungkap Gede Widiade di Jakarta, Jumat, (4/2021).

"Apabila gagal, tinggal nunggu degradasi atau tidak. Bayangkan mereka yang punya klub sudah berdarah-darah puluhan miliar hanya ditentukan oleh 10 pertandingan," lanjutnya.

Format kompetisi baru itu memang diusung PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB). Perubahan format dilakukan dengan dalih kompetisi digelar masih dalam masa pandemi Covid-19. Namun, Gede menilai jika format itu tidak ideal dan justru akan merugikan klub. Pasalnya, sebagai pemilik klub, investasi yang dikeluarkan untuk pengelolaan klub tidaklah sedikit.

"Kita mengelola klub ini bukan satu-dua rupiah, tapi puluhan miliar. Kalau hidup kita hanya ditentukan oleh 10 pertandingan lalu terdegradasi, jangan bilang nasib. Bayangkan 10 pertandingan itu paling cuma satu-dua bulan. Lah kontrak kita (pemain, pelatih, staf) berapa lama? Tolong diperhatikan ini," tuturnya.

"Tolong Pak Jarno (Sudjarno, Direktur Operasional LIB) Pak Dirut (Akhmad Hadian Lukita, Direktur Utama LIB), buka hati bapak-bapak. Kami sudah keluar darah dan uang, perhatikan, yang fair saja (format kompetisi), kalah-menang itu urusan pertandingan, yang fair," sambung Gede.

Tak hanya soal finansial, format baru di kompetisi liga pun menurutnya sudah menghilangkan esensi pembinaan pemain. Jika kompetisi digelar dengan format bubble dan hanya berjalan singkat (sekitar lima bulan), tentu akan berdampak kepada kualitas pemain.

"Kompetisi ini tujuannya adalah pembinaan, esensinya adalah pembinaan. Ujung pembinaan adalah menelurkan pemain yang baik, pemain yang baik akan mencapai kepada Timnas yang baik," terang mantan Dirut Persija Jakarta itu.

"Kalau klub dan kompetisinya enggak bagus, hasilnya pemainnya pasti enggak bagus. Kalau pemainnya enggak bagus, berarti Timnas-nya enggak akan bagus. Jadi menurut saya, iklim atau tren positif di sepakbola harus diimbangi oleh perubahan-perubahan ke arah positif dari federasi maupun dari operator," tutupnya. (bie)


TAG

Tinggalkan Komentar