Catatan Rizal Effendi
AKHIR bulan Mei, tanggal 31 adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Sejak tahun 1987 Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkannya. Peringatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran kita akan bahaya produk tembakau bagi manusia dan lingkungan. Pengertian hari tanpa tembakau itu sama dengan hari tanpa merokok.
Bayangkan, gara-gara tembakau menyebabkan 8 juta orang di dunia meninggal setiap tahun. Di Indonesia, ada lebih dari 230 ribu orang bernasib sama setiap tahun. Merokok tidak saja mengancam jiwa orang yang merokok, tapi juga kesehatan keluarga, teman, dan orang-orang sekitarnya.
Yang membuat kita tambah waswas lagi, kebiasaan merokok tidak hanya merupakan masalah orang dewasa, tapi juga di kalangan anak-anak dan remaja. Itu terbukti dari meningkatnya prevalensi merokok di populasi usia 10-18 tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar mengungkapkan bahwa prevalensi merokok penduduk usia 10 tahun dari tahun 2013 hingga 2018 meningkat 10 persen. Karena itu, Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok aktif terbanyak ketiga di dunia setelah India dan China. Berdasarkan data BPS, persentase penduduk Indonesia berumur 15 tahun ke atas yang merokok sebanyak 28,96 persen pada 2021. Perokok aktif adalah orang yang mengonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apa pun kendati hanya 1 batang dalam sehari. Sedang perokok pasif adalah orang yang berada di sekitar perokok. Risiko kesehatannya sama seperti perokok aktif.
Rokok mempunyai dua sisi, yang membuat orang ada yang merokok, ada yang tidak. Memang hampir semua orang tahu merokok sangat berbahaya. Makanya sampai WHO mengampanyekan program jangan merokok. Selain kanker paru-paru, merokok juga menyebabkan kanker mulut, laring (saluran ke tenggorokan), oro dan hifoparing (bagian tenggorokan), esophagus (bagian saluran pencernaan), lambung, pankreas, hati, usus besar, ginjal, kandung kemih, testis, serviks, dan leukemia.
Selain segudang penyakit yang bisa muncul karena merokok, ada juga yang melihat merokok ada manfaatnya bagi kesehatan. Ini dilansir oleh lifescience, yang mengungkapkan bahwa merokok di antaranya mengurangi parkinson, cepat sembuh dari penyakit jantung, mencegah asma dan alergi, lalu nikotin membunuh kuman penyakit TBC dan menekan risiko obesitas.
Menurut penelitian, ibu hamil di Swedia yang merokok 15 batang per hari ternyata melahirkan bayi dengan risiko menderita asma dan alergi yang lebih rendah. Hasil studi dalam jurnal Physicology and Behavior oleh peneliti dari Yale University, mengungkapkan bahwa orang-orang yang berhenti merokok akan mengalami kenaikan berat badan secara drastis.
Meski merokok mengempiskan kantong perokok, cukai yang masuk ke negara cukup besar. Kabarnya mencapai sekitar Rp 150 triliun. Pemilik perusahaan rokok Indonesia juga sangat makmur dan termasuk orang terkaya di negeri kita. Bayangkan omzet bisnis rokok mencapai Rp 500 triliun. Ini juga menyangkut nasib petani tembakau yang hidupnya tergantung hasil penanaman tembakau. Belum lagi dari sisi penyerapan tenaga kerja.
Kementerian Perindustrian mencatat total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,98 juta orang. Terdiri dari 4,28 juta pekerja di sektor manufaktur dan distribusi, serta sisanya 1,7 juta bekerja di sektor perkebunan tembakau.
VAPE DAN SHISHA
Ada kalangan anak muda yang mencoba ngeles. Karena merokok dengan tembakau berbahaya, mereka beralih ke rokok elektrik atau vape. Pemakainya merasa lebih keren, walau harganya lebih mahal. Sejak ditemukan pada 2003, rokok elektrik telah digunakan oleh sekitar 68,1 juta orang di seluruh dunia pada 2020. Sedang di Indonesia menurut Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) telah mencapai 2,2 juta orang dengan jumlah toko ritel mencapai 5 ribu sebagai pengecer.
Banyak pengguna vape mengaku menggunakannya untuk membantu berhenti merokok atau sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok biasa. Apakah seperti itu manfaatnya? Walaupun rokok elektrik dikatakan relatif tidak berbahaya karena tidak menggunakan tembakau, akan tetapi rokok elektrik juga tetap mengandung beberapa agen kimia beracun seperti nikotin, aerosol, dan partikel toksik halus lainnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker.
Vape dinyalakan dengan menggunakan baterai, tapi tabungnya berisi cairan nikotin, perasa buah, dan bahan kimia lainnya seperti glikol dan gliserin. Nikotin melepaskan dopamin yang membuat seseorang merasa hangat dan puas. Rasa nyaman ini membuat seseorang terdorong untuk mengonsumsi nikotin kembali. Apabila jumlah nikotin tidak terpenuhi, tubuh akan mengalami gejala-gejala withdrawal syndrome atau sakau. Inilah yang membuat seseorang sulit berhenti merokok.
Bagaimana denga shisha atau model merokok orang Timur Tengah? Shisha digunakan dengan cara dihisap seperti vape. Bedanya, shisha membutuhkan pipa dengan ruang asap, cairan shisha dan selang. Cairan shisha ini mengandung tembakau dengan tawaran berbagai rasa.
Shisha sama dengan merokok. Malah jumlah asapnya yang dihirup lebih banyak lagi. Saya sering melihat orang mengisap shisha di restoran makanan Arab, Laziz di kawasan Damai, Jl MT Haryono Balikpapan. Bahkan ada cewek yang saya lihat sangat menikmati. Mungkin menurut dia sangat keren sambil menghirup Kahwa, teh hijau Arab yang mengandung sejumlah rempah.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, CDC, dalam satu jam orang menghirup shisha, sama saja dengan menghirup asap dari 200 batang rokok biasa. Sementara itu, jumlah asap yang dihirup dalam satu kali shisha adalah sekitar 90 ribu mililiter (ml) dibandingkan dengan rokok biasa yang asapnya kita hirup sekitar 500-600 ml. Apalagi kalau menghirup shisha bersama teman-teman, bayangkan berapa banyak asap yang terhirup.
Banyak penelitian menunjukkan asap dan arang yang digunakan untuk memanaskan tembakau dapat meningkatkan risiko kesehatan dengan menghasilkan karbon monoksida, logam berat, dan zat karsinogen yang tinggi. Sehingga shisha juga dihubungkan dengan kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung dan lainnya.
Ada yang berpikir bahwa air pada shisha dapat menyaring zat beracun dalam asap tembakau, tetapi ternyata anggapan itu salah. Air tidak dapat menyaring zat beracun tersebut. Shisha juga dapat menyebabkan ketergantungan nikotin. Pipa shisha bisa menjadi alat penyebaran penyakit menular.
Jadi kesimpulannya, merokok dengan tembakau atau menggunakan cara vape dan shisha tetap sama-sama tidak dianjurkan dan berbahaya. Artinya kita jauh lebih sehat jika tidak melakukannya. Merokok dan sejenisnya, lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
Saya sejak kecil tidak merokok. Karena itu kebijakan saya ketika menjadi wali kota berusaha keras tidak mengizinkan kampanye rokok secara masif. Melarang even olahraga dengan sponsor rokok termasuk konser. Baliho iklan rokok juga sangat dibatasi. Alhamdulillah, beberapa pejabat Pemkot yang perokok aktif bisa berhenti di antaranya Pak Sayid Fadli (Sekkot), Pak Chaidar (kadis Pertanian) dan pejabat lainnya. Yang paling berat saya hadapi Ketua DPRD Andi Burhanudin Solong (ABS). Hanya memimpin sidang saja atau naik pesawat dia tidak merokok. Kalau di ruang kerjanya atau di tempat lain meski ber-AC tetap merokok. Belakangan dia berhenti juga merokok setelah kondisi kesehatannya sempat mengkhawatirkan.
Memang tidak gampang menghentikan kebiasaan orang yang sudah ketagihan merokok. Ada joke di bulan Ramadan. Ini cerita suami yang perokok berat. Setiap buka puasa, dia tidak makan yang lain-lain, tapi hanya minum dan langsung merokok. Istrinya sering mengomel tapi tak digubris. Suatu saat sang istri bilang begini, “Coba sesekali Bapak berhenti merokok, kalau buka cukup minum teh dan sebiji kurma.” Sang suami menjawab: “ Aku sudah coba dengan kurma tapi tak mau menyala, jadi ya kembali aku merokok lagi,” katanya tanpa ekspresi.
Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tanggal 31 Mei 2022 jatuh hari Selasa. WHO menyerukan kepada perokok aktif untuk melakukan aksi tidak merokok selama 24 jam. Syukur-syukur bisa berhenti sama sekali. Saya doakan yang berhasil melaksanakan aksi kemanusiaan ini, selamat di dunia dan selamat di akhirat. Dan juga selamat orang yang di sekitarnya. Aamiin. (*/bie)