KaltimKita.com - Sebanyak 17 perwakilan organisasi masyarakat (Ormas) di Australia Barat menerima bantuan dari warga Australia Barat. Nantinya, bantuan tersebut akan disalurkan sebanyak 70 persen dari total bantuan ke Indonesia.
Tercata ada lima kota yang akan mendapatkannya. Yakni Bangka Belitung, Bali, Jogjakarta, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Hal ini diungkapkan salah satu perwakilan ormas, Firdaus Rofiansyah.
Ia melakukan penandatanganan surat perjanjian tersebut bersama Save The Children dan Pemerintah Australia Barat, Senin (13/9/2021).
”Kerjasama ini dilakukan bersama Save the Children, Organisasi non-profit antar negara berumur lebih dari 100 tahun dengan performa kinerja diatas rata-rata,” ujar Firdaus Rofiansyah.
Dikatakan Save the Children mempunyai 15,085 orang yang sudah membantu di Indonesia sampai hari ini dan sudah berkerja di Indonesia semenjak tahun 1976.
”Ini sekaligus bentuk kepedulian terhadap anak di Indonesia. Karena Indonesia termasuk yang tertinggi penularan nya untuk anak-anak di dunia. Tercatat sekira 270.000 anak terkonfirmasi positif. Dan lebih dari 700 anak telah meninggal akibat COVID 19 di Indonesia, setengah dari mereka berusia di bawah lima tahun,” jelas pria kelahiran Balikpapan ini.
Selain risiko kesehatan langsung, Save the Children sangat prihatin dengan anak-anak yang dibiarkan tanpa pendamping karena kehilangan orang tua mereka akibat Covid-19. Hal ini menempatkan mereka pada risiko eksploitasi dan pelecehan yang lebih besar, di atas tekanan psikologis yang sangat besar.
Pemuda asal Balikpapan, Firdaus Rofiansyah yang turut hadir dalam penandatanganan surat perjanjian.
Menanggapi wabah terbaru, Save the Children akan menyediakan tenda di luar rumah sakit di Jakarta dan Bandung untuk menampung limpahan pasien COVID-19, karena rumah sakit membentang hingga titik puncaknya. Organisasi ini juga menyediakan alat pelindung diri bagi petugas kesehatan. Untuk menyumbang ke Save the Children Covid-19, kunjungi: www.savethechildren.org.au/covid19.
Sementara, Kepala Bidang Kemanusiaan dan Ketahanan di Save the Children di Indonesia, Dino Satria mengatakan pihaknya sudah mendengar laporan dari seluruh keluarga, termasuk anak-anak usia muda, yang terinfeksi Covid-19 yang telah ditolak dari beberapa rumah sakit. Hal ini karena mereka tidak dapat menerima pasien lagi.
Tentu, sistem kesehatan berada di ambang kehancuran, pasokan oksigen hampir habis dan setiap hari lebih banyak anak dan bayi meninggal karena strain Delta baru yang sangat menular dan sangat berbahaya ini.
”Kami sangat membutuhkan lebih banyak vaksin untuk mengubah gelombang infeksi. Kami berharap masyarakat internasional mendengarkan. Tanpa tindakan segera, lebih banyak lagi yang akan mati,” ujar Dino Satria.
Direktur Program Internasional Save the Children Australia Archie Law mengatakan pekan lalu lalu Pemerintah Australia mengumumkan 2,5 juta dosis vaksin untuk Indonesia. Termasuk oksigen, peralatan medis, dan tes cepat.
Bantuan ini datang pada saat yang kritis dan merupakan awal yang disambut baik. Australia menghadapi krisis hak-hak anak di ambang pintunya dan perlu segera meningkatkan responsnya.
”Jika kita memiliki kesempatan untuk mengatasi krisis ini, kita pada dasarnya melihat sesuatu yang setara dengan tanggapan seperti Aceh dari masyarakat internasional selama beberapa minggu dan bulan mendatang. Kita perlu menyadari dampak mendalam dari krisis ini terhadap kesehatan mental anak-anak dan memastikan dukungan psikososial menjadi pusat dari rencana respons,” tambah Archie Law. (and)