KaltimKita.com, SANGATTA – Patut diapresias kecintaan Kepala Adat Besar Kutai Timur H Sayid Abdal Nanang Al-Hasani melestarikan nilai budaya luhur sebagai warisan budaya melalui suksesnya gelaran pelas tanah memasuki perhelatan ke 5 di Kabupaten Kutai Timur.
Dukungan event pelas tanah didukung penuh oleh pasangan calon bupati Kutai Timur nomor urut 1 H Mahyunadi ST MSi dan H Lulu Kinsu tak perlu menunggu prosesi pelantikan Bupati dan Wabup. Ditengah perjuangan menuju perubahan yang akan dimenangkan sebenarnya, kepentingan masyarakat senantiasa menjunjung tinggi kearifan lokal, seni dan budaya.
“Saya bersama Lulu Kinsu mengapresiasikan kecintaan kepala adat besar Kutim Abdal Nanang sebagai bentuk warisan budaya dalam mempromosikan sektor wisatanya,” ulas Mahyunadi.
Mahyunadi mengungkapkan Kutim kaya akan kebudayaannya, apa yang tidak ada Kutim. Banyak keberagaman budaya dan suku disini, sektor wisata panorma keindahan alamnya seperti gua karst (tapak 5 jari manusia purba) yang masuk dalam National Geographic Internasional, Permandian Air Panas Karangan, air terjun, batu cermin, kejernihan dan keindahan perairan Mangkalihat, Pulau Perancis, Teluk Sangkima, Teluk Lombok serta kekayaan alam lainnya. ”Pun Hasil tambang di sektor batu bara dan hulu migas, perkebunan sawit, karet beragam sektor pertaniannya,”beber Mahyunadi.
Keseriusan bersama untuk perubahan kemajuan seni dan budaya dengan dorong pelestarian warisan budaya majukan promosi wisata melalui erau pelas tanah yang telah ke 5 kalinya terlaksana dibawah pembina kepala adat besar Kutim sekaligus ketua pemenangan MaKin.
Tentunya semua indikator tersebut nantinya apabila Mahyunadi-Lulu Kinsu sebagai pasangan bupati dan wabup Kutim, semua sektor tadi harus tersentuh perubahannya. “Namun sebelum terkelola dan berkembang maju, aset wisata nomor satu yakni jalannya. Harus dibangunkan terlebih dahulu. Melalui sektor seni, budaya, wisata, hasil bumi sangat mendorong geliat ekonomi. Coba jika semua itu dapat berjalan dari sisi wisata misalnya warga dapat meramaikan dengan usaha pedagang kaki lima kuliner, UKM/UMKM, pengelolaan tarif parkir, retribusi tiket masuk di beberapa objek wisata. Mengapa hal itu tidak pernah terpikirkan dalam mendongkrak PAD,” beber Mahyunadi.
Sementara cawabup Kutim Lulu Kinsu menambahkan bagaimana Kutim dapat dikenal akan promosi Kabupatennya melalui seni, budaya serta sektor wisatanya jika Dinas Pariwisata Kutim mati suri, namun bukan berarti tidak ada prestasinya, sejauh ini masih seputar hasil kerajinan. “Akan tetapi peran Dinas Pariwisata lah menjadi sentralnya dalam mempromosikan,” kata Lulu Kinsu.
Untuk itu Mahyunadi menganggap perlu adanya perubahan (Perombakan) jajaran nantinya sesuai dengan keahlian. “Ibarat kata contoh sederhana tukang pisang, tahu, ote-ote, singkong, ubi (gorengan) disuruh masak seafood yang bukan kehaliannya dan bukan koki sebenarnya. Bagaimana rasanya seafood cita rasa pisang goreng, begitupun sebaliknya gorengan bercita rasa seafood. Sama saja seperti jaka sembung bawa golok jadi nggak nyambung deh. Perlu benar-benar penempatan SDM yang memang menguasai bidangnya,” tutup cawabup nomor urut 1 MaKin. (tim)