Kaltimkita.com, KUTAI KARTANEGARA - Kasus demam berdarah di Kutai Kartanegara (Kukar) meningkat dalam tiga bulan terakhir.
Dinas Kesehatan Kukar memiliki data sejak Januari ada 73 kasus, Februari 54 kasus dan Maret 20 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Supriyadi menyebut, kasus DBD sudah menjadi ritme tahunan yang terjadi di awal tahun. Kasus biasanya akan kembali mereda pada bulan Juni atau Agustus.
“Data saat ini menunjukkan angka kematian masih nol, semoga selalu nol sampai akhir tahun. Kejadian seperti ini biasanya akan meredanya di akhir tahun, atau sekitar september ke atas,” kata Supriyadi.
Guna Mencegah penyebaran DBD, Dinkes Kukar tengah menjalankan Promosi Kesehatan (Promkes), yang dijalankan oleh Bidang Kesehatan Masyarakat. Bentuknya promosi yang dilakukan seperti cara pemberantasan sarang nyamuk dengan menerapkan 3M, yakni menguras, menutup penampungan air, mendaur ulang barang bekas di berbagai media massa.
Selain itu, mengantisipasi adanya kematian seperti tahun lalu, Dinkes Kukar juga memberikan dukungan ke semua Puskesmas untuk melakukan Rapid Diagnostic Test (RDT).
RDT ini adalah tes DBD, atau penunjang diagnosis dini DBD pendahuluan penyakit demam berdarah dengue. “Tahun kemarin lima kasus kematian. Nanti semua pasien yang terindikasi suspeknya dilakukan tes RDT, kemudian sampel dikirim ke lab,” ungkapnya.
“Jadi begitu RDT positif, walaupun hasil lab negatif, tetap mereka harus ikuti tata laksana DBD biar tidak ada kejadian meninggal atau terlambat penanganan,” imbuhnya.
Menurut Supriyadi, bila seluruh tata laksana tersebut dilakukan, maka kita berharap tidak ada lagi kasus kematian. Untuk DBD sendiri, biasanya banyak terjadi karena cenderung ada banyak genangan air. Terlebih, curah hujan terbilang intens beberapa bulan terakhir.
Untuk diketahui, kasus DBD terbanyak saat ini berasal dari Kecamatan Tenggarong Seberang. Sebelumnya, Muara Badak juga menjadi penyumbang tingginya kasus DBD di Kukar. “Di wilayah hulu malah tidak ada,“ tutupnya. (Ian)