Catatan Rizal Effendi
TOKOH perintis pendidikan Balikpapan, H Muhammad Hasyim Mahmud meninggal dunia dalam usia 91 tahun. Dia adalah tokoh di balik berdirinya Yayasan Airlangga yang banyak membangun lembaga pendidikan termasuk berdirinya Universitas Mulia (UM).
Rektor UM Dr Agung Sakti Pribadi, SH, MH adalah putra Almarhum yang juga salah seorang pendiri Yayasan. Dia pernah bersama-sama saya sebagai wartawan Harian Kaltim Post. Juga menjalani profesi sebagai pengacara.
Saya mendapat kabar duka Kamis (31/8) pagi melalui WA dari M Iqbal dan Suprijadi, dosen UM. Mereka menginformasikan bahwa H Hasyim meninggal dunia dalam perawatan di RS Angkatan Laut Surabaya, Selasa (30/8) pukul 23.15 WIB “Kita kehilangan tokoh yang sangat kita hormati dan sayangi Bapak HM Hasyim Mahmud, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT dan diterima dalam keadaan husnul khotimah,” kata mereka.
Jenazah Hasyim langsung diterbangkan ke Balikpapan, Kamis pagi. Sempat disemayamkan di rumah duka, Jl Pupuk Baru, Balikpapan Selatan. Isak tangis keluarga sontak terdengar saat peti jenazah dibuka. Lalu disalatkan di Masjid Amirulhaq Uniba yang berdampingan dengan rumah duka ba’da dzuhur. Selanjutnya dimakamkan di Pemakaman Pupuk, tak jauh dari kediamannya.
“Maafkan jika Almarhum ada kesalahan selama hidup. Beliau orang tua kami, yang banyak berjuang untuk kepentingan masyarakat dan keluarga terutama di bidang pendidikan,” kata Satria Dharma, anak tertua Almarhum.
H Hasyim Mahmud (berjas) bersama Dahlan Iskan, Rektor UM Dr Agung Sakti Pribadi pada Wisuda pertama Universitas Mulia, 9 November 2019.
Buah perkawinan HM Hasyim Mahmud dengan Hj Hafsah Ismail, mereka dikaruniai 11 anak. Satu di antaranya sudah meninggal dunia. Hj Hafsah sendiri lebih dulu dipanggil Yang Mahakuasa, Senin 24 Januari 2011 di Rumah Sakit Medika Serpong BSD Tangerang. Ibu berusia 76 tahun itu menderita jantung koroner cukup lama.
Menurut Satria, ayahnya beberapa minggu lalu diajak anak-anak jalan-jalan ke Surabaya sekalian berobat. Tapi Allah Swt sudah menentukan jalannya. Ia meninggal dunia ketika dirawat di RSAL Surabaya. “Walaupun kami semua berduka, keluarga ikhlas melepas kepergian Ayahanda seraya berdoa semoga husnul khotimah,” katanya.
Saya sudah lama tak bertemu Pak Hasyim. Tokoh yang satu ini pembawaannya sangat bersahaja. Tak banyak bicara, tapi karyanya jelas dan bermanfaat untuk orang banyak. Pada Hari Jadi ke-118 Kota Balikpapan tahun 2015, saya yang waktu itu masih menjadi wali Kota Balikpapan menganugerahi H Hasyim Mahmud sebagai warga berprestasi di bidang pendidikan.
“Perhatian saya di bidang pendidikan karena saya ingin anak-anak kita semua bisa mengenyam pendidikan dengan baik dan maju. Saya bergerak di pendidikan swasta karena pemerintah punya keterbatasan dalam penyediaan fasilitas pendidikan,” katanya kepada saya waktu itu.
Jenazah almarhum disalatkan di Masjid Uniba.
Yayasan Airlangga didirikan 1 Januari 1993. Pendirinya keluarga Hasyim Mahmud di antaranya Satria Dharma, Agung Sakti Pribadi, Bachriah Wahab, Bachrun Ismail, dan Mulia H Deviyantie. Yayasan ini memiliki 7 divisi pendidikan, mulai sekolah menengah sampai perguruan tinggi.
Ke-7 divisi pendidikan itu ada 5 di Balikpapan, yaitu SMP Plus Airlangga, SMK Airlangga, SMK Kesehatan Airlangga, STMIK Stikom dan Asmi Airlangga. Selebihnya 2 di Samarinda, yaitu SMKTI Airlangga dan STMIK SPB Airlangga.
Belakangan sekolah tinggi yang dimiliki Airlangga, STMIK “Stikom” Balikpapan, STMIK Sentra Pendidikan Bisnis (SPB) Samarinda dan ASMI Airlangga Balikpapan dilebur menjadi Universitas Mulia, yang kampusnya berdiri megah di Jl Letjen ZA Maulani 9, Damai, Balikpapan Kota. UM memiliki program studi di luar kampus utama (PSDKU) yaitu dengan membuka kampus UM di Samarinda.
600 MAHASISWA BARU
Setelah melayat ke rumah duka bersama istri Bunda Arita dan Zainal, sorenya saya berada di Kampus UM menyambut kehadiran 600 lebih mahasiswa baru, yang selesai mengikuti program Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Panitia meminta saya memberikan sambutan di acara inaugurasi, biar mahasiswa baru UM lebih semangat lagi dalam memajukan diri dan kampusnya.
Acara berlangsung meriah. Ada penampilan musik dan nyanyi dari anak-anak UM berbakat. Ada juga “pidato politik” yang berkesan dari Nabila, mahasiswa baru jurusan manajemen. Gaya dan intonasi Nabila boleh juga. “Acara ini sampai malam,” kata Riski Zulkarnain S.Pd, M.Pd, Kabag Kemahasiswaan yang menjadi ketua panitia.
Acara inaugurasi mahasiswa baru Universitas Mulia.
Saya jadi teringat bos saya, Dahlan Iskan ketika menyampaikan orasi pada Dies Natalis, Wisuda ke-1 Universitas Mulia di Hotel Novotel, Sabtu 9 November 2019. Waktu itu saya masih menjadi wali kota Balikpapan.
Dahlan bilang, ada tiga modal yang dimiliki para mahasiswa jika sudah selesai di bangku kuliah. Kapasitas berpikir yang besar, logika berpikir yang bagus serta memiliki metodologi dan sistematika yang baik.
Dengan modal kapasitas yang besar, maka lulusan perguruan tinggi dapat dikembangkan. Sangat besar sehingga mereka dapat menerima perubahan dan tidak menolak. “Sekarang ini era pengembangan kapasitas. Nanti akan terbentuk. Kita baru bisa melihat dalam rentang waktu 5 tahun ke depan,” tandasnya.
Menurut mantan menteri BUMN dan pimpinan media Jawa Pos Group ini, yang paling menentukan adalah logika berpikir yang bagus. Cara berpikir seperti itu, cenderung menggunakan nalar yang berdasar pada realitas bukan perasaan. Sehingga banyak orang yang sukses. Apalagi ditambah dengan kemampuan menggunakan metodologi dan sistematika yang baik.
Dahlan juga mendorong mahasiswa dan lulusan UM menjadi generasi yang punya karakter yang kuat untuk membangun, Kesempatan maju terbuka lebar. Tinggal mau cepat atau lambat. Jika ingin cepat, ya harus kerja keras. Apalagi anak muda didukung dengan fisik yang prima.
Saya juga mengutip pandangan Prof Rhenald Kasali, pakar manajemen dan praktisi bisnis dari Universitas Indonesia. Salah satu buku karyanya yang terkenal berjudul “Strawberry Generation” alias Generasi Stroberi. Yaitu generazi Z, seperti usia para mahasiswa baru sekarang ini.
Dia bilang generasi stroberi itu adalah generasi yang memiliki ide dan kreativitas yang tinggi dan cemerlang, namun saat diberi sedikit tekanan mereka mudah hancur layaknya buah stroberi. “Jadi mudah menyerah, mudah sakit hati, lamban, egois, serta pesimis terhadap masa depan,” ujarnya.
Rhenald memberi beberapa tip agar generasi stroberi menjadi generasi yang tangguh. Karena modal lain dari generasi stroberi adalah kecakapan dalam menggunakan teknologi yang menjadikan mereka lebih mudah beradaptasi dengan perubahan teknologi yang signifikan.
Beberapa tips itu di antaranya membekali diri dengan literasi digital yang baik, pola asuh dan dukungan orangtua yang mampu menjadi role model serta sistem pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan sikap eksploratif yang dimiliki oleh generasi stroberi.
Seusai sambutan, saya sempat diantar para pembina mahasiswa keliling sekitar tenant-tenant yang menjajakan makanan dan minuman buat para mahasiswa. Kebanyakan jualan makanan gorengan. “Yang jualan semua mahasiswa karena sambil belajar menjadi entrepreneur,” kata Mundzir, S.Kom, MT, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Inkubator Bisnis bersama Riski Zulkarnain, Yustian Servanda (Biro Kemahasiswaan) dan Sumardi (Kabag Kerjasama).
Beberapa mahasiswa baru meminta saya foto bersama. “Dulu nggak sempat, baru sekarang ada kesempatan foto bersama Pak Rizal,” katanya bersemangat. Saya oke saja. Hitung-hitung sekalian mencari suara untuk pencalegan saya sebagai anggota DPR RI. Kapan lagi ada mantan wali kota bisa menjadi wakil mereka di parlemen.(*)