Tulis & Tekan Enter
images

Ketua DPRD Paser Hendra Wahyudi

Ketua DPRD Paser Soroti Penurunan Negatif Sektor Pertanian

KaltimKita.com, TANA PASER - Ketua DPRD Paser Hendra Wahyudi menyampaikan data terkait isu pertanian. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Paser pada  2020 dan tahun 2021, sektor pertanian mengalami pertumbuhan negatif.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengatakan hal ini perlu menjadi perhatian bagi perangkat daerah terkait, baik itu sub sektor tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, dan peternakan.

"Tiap OPD perlu melakukan penelaahan terkait permasalahan ini, serta mengambil  langkah-langkah strategis dalam pengembangan sektor pertanian ini," kata Wahyudi saat penyampaian pembukaan Musrenbang RKPD 2024, Kamis (16/2/2023) lalu.

Terpisah Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Paser Erwan Wahyudi mengatakan harapannya badan anggaran (Banggar) DPRD Paser bisa membantu dukungan fasilitas pendukung petani di lapangan. Mulai dari alsintan dan pendukung lainnya. Komoditas ini sangat mempengaruhi inflasi jika terus menurun.

Kondisi Covid-19 sektor pertanian justru tumbuh. Mengapa terjadi penurunan, Erwan mengatakan adanya bencana alam di lokasi sentra pangan utama. Ditambah lagi bantuan keuangan dan bahan produksi dari pusat banyak berkurang.

"Bantuan pembangunan infrastruktur yaitu pembangunan jalan usaha tani yang lumayan cukup banyak dari pemerintah daerah, membuat kami yakin ke depan sektor ini bisa meningkat lagi," kata Erwan.

Erwan menyebut program dinas adalah menambah banyak kampung hortikultura di berbagai kecamatan dan desa agar bisa mandiri pangan. Ini juga bisa membantu meningkatkan pendapatan warga. Misal tiap kecamatan jadi masing-masing sentral pangan, seperti sentral Buah Kelengkeng, Durian dan lainnya.

Program ini juga bisa membantu kemandirian pangan lokal. Selama ini kebutuhan utama sembako dan pangan di Paser masih didominasi dari luar daerah.

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Paser Djoko Bawono mengatakan penurunan di sektor perkebunan karena harga tanda buah sawit (TBS) yang sempat anjlok karena perekonomian global. Saat ini dia bersyukur sudah normal di harga Rp 2.000 per kilogram, dari sebelumnya pernah di kisaran Rp 1.000. "Walaupun juga pernah di naik tinggi di triwulan I dan II mencapai Rp 3.200," kata Djoko. (wir)


TAG

Tinggalkan Komentar