Catatan Rizal Effendi
SAYA hampir lupa kalau owner Blue Sky Group Linan Kurniahu berulang ltahun ke-62, Rabu (25/5) lalu. Syukurlah saya sempat kirim ucapan selamat lewat WA. Sudah lama saya tak berkomunikasi intensif dengan Pak Linan. Tapi waktu anggota DPRD Balikpapan0 Johny Ng meninggal dunia, Pak Linan sempat menelepon saya. Dia memberitahu sebenarnya dia mau membawa Pak Johny ke dr Terawan. Sudah janjian tanggalnya, tapi Tuhan menentukan lain Johny lebih dulu meninggal dunia.
Perhatiannya kepada teman tidak pernah luntur. Saya sudah lama kenal dia. Ramah dan bersahaja. Jauh sebelum saya jadi wali kota. Sebagai wartawan, saya sering meliput berbagai kegiatan yang berlangsung di Hotel Blue Sky. Terkadang liputan tentang Blue Sky sendiri. Jadi saya terbilang akrab dengan Pak Linan, bahkan dengan ayahnya Linan Eko Putra semasa hidup.
Ultah Pak Linan berlangsung sederhana. Dia didampingi istrinya, Akian meniup lilin ultah yang disediakan para karyawan. Lalu ramai-ramai mendapat ucapan selamat. “Selamat ultah Pak Linan, kami semua bahagia,” kata GM Blue Sky, Danur Effendi.
Linan salah satu pengusaha, yang berkontribusi membawa nama Kaltim khususnya Balikpapan lebih dikenal. Dia juga bukan pengusaha jago kandang, tapi kegiatan bisnisnya sudah melebar terutama dari bandara ke bandara. Maklum salah satu jenis usahanya adalah mengembangkan bisnis di bidang jasa ruang tunggu bandara.
Melalui PT Bumi Liputan Jaya, Linan tidak kurang punya 17 cabang di berbagai bandara utama termasuk di Bandara Aji Sultan Sulaiman Sepinggan dan Bandara Soekarno-Hatta. Malah di Soekarno-Hatta ada dua, di Terminal 2 dan 3. Dan semuanya maju dan berkembang. Juga di Kualanamu Medan, Bandung, Pangkal Pinang, dan Pontianak.
“Kalau orang Kaltim lagi menunggu penerbangan di bandara, lebih baik ke lounge Blue Sky. Seakan sudah berada di rumah atau daerah sendiri. Silakan menjadi member,” kata Linan sedikit beriklan.
Tak seorang pun menyangka Blue Sky berkembang sehebat ini. Ketika didirikan sang ayah, Linan Eko Putra yang akrab dipanggil Om Soen, Hotel Blue Sky hanya bangunan kayu berlantai tiga dengan jumlah kamar 30 unit. Itu terjadi 48 tahun silam atau tepatnya 23 September 1973. Sekarang Hotel Blue Sky Balikpapan memiliki 170 kamar.
Lokasi Hotel Blue Sky sebenarnya tidak terlalu strategis. Tidak di tengah kota, tapi di mulut wilayah Balikpapan Barat yang dulu dikenal agak tersudut. Malah ada yang menyebut itu wilayah “Texas” karena agak keras kehidupan lingkungannya. Tapi Blue Sky beruntung di sampingnya ada kilang minyak Pertamina. Perluasan dan pengembangan kilang itu dari masa ke masa banyak melibatkan perusahaan asing, menjadikan Blue Sky ikut berkembang dan berorientasi internasional.
Itu sebabnya Linan membangun kawasan permukiman khusus, The Hill Residence di dekat kompleks perumahan pejabat Pemkot, Balikpapan Baru. Dulu banyak disewa ekspatriat asing. Jumlahnya 21 rumah. Ketika saya mengikuti Pilgub, harus mengungsi dari rumah dinas, saya sempat hijrah ke sana selama 3 bulan.
Cucu saya suka tinggal di sana. Maklum tiap rumah ada fasilitas kolam renangnya. Di atas bukit. Suasananya sangat asri dan penuh pepohonan. Malah di situ masih banyak monyetnya, terkadang masuk sampai ke halaman rumah.
Karena banyaknya tamu asing, salah satu yang menjadi andalan Blue Sky adalah suguhan makanannya. Dia berhasil menggaet juru masak atau chef yang andal. Maka salah satu yang membuat Blue Sky disukai adalah menu makanannya terutama jenis makanan bergaya Eropa dan China. Tapi juga ada masakan Jepangnya, Kaizeki Restaurant yang segera reopening.
Sekarang Blue Sky sudah menjadi hotel berbintang 4 dengan berbagai fasilitas modern. Ada Garden Resto, Golden Palace, fasilitas kebugaran, kolam renang, dan piano lounge. Bekerjasama dengan Pemprov Kaltim, Blue Sky juga mengembangkan aset Pemprov di Jakarta menjadi Hotel Blue Sky Petamburan dan Pandurata berbintang 3.
SPESIALIS MANTAU
Dalam hal makanan, Blue Sky juga membuat legacy yang melegenda. Dia berhasil memperkenalkan roti mantau jadi populer. Rasanya tidak ada roti mantau selezat di Blue Sky. “Pokoknya ini roti mantau yang paling enak di dunia,” kata Pak Dahlan Iskan lahap menikmati ketika singgah di Balikpapan.
Mantau atau roti sepan sebenarnya adalah makanan khas dari Tiongkok. Tapi sudah melalui proses akulturasi sehingga sekarang menjadi makanan khas dari Balikpapan. Bentuknya seperti bakpao atau roti basumap, kata orang Banjar. Cuma bedanya tidak diisi daging, cokelat, inti, atau apa pun seperti bakpao.
Roti mantau Blue Sky
Mantau hanya roti murni yang terbuat dari tepung pilihan, sehingga menciptakan tekstur yang lembut. Selain itu mantau tidak dikukus seperti bakpao, melainkan digoreng. Jadi mirip dengan untuk-untuk, juga wadai banjar.
Dulu sebelum ada larangan, mantau dimakan dengan daging payau (rusa) lada hitam. Luar biasa cita rasanya. Dan tidak ada di tempat lain. Sekarang sudah diganti dengan daging sapi atau kepiting lada hitam.
Karena banyaknya permintaan untuk dibawa pulang atau dibawa terbang, Blue Sky membuka konter di Bandara Sepinggan. Orang bisa beli paket roti mantau, apa mau digoreng atau yang masih mentah.
Berkat roti mantau Blue Sky, sekarang banyak tumbuh warung atau depot makanan di Balikpapan menyajikan salah satunya menu roti mantau. Ada Mantau Fya Oleh-oleh Khas Balikpapan, yang sudah diberi pewarna dan variasi isi. Ada juga Depot Straat Mantau di pertokoan Balikpapan Baru, khusus café dengan menu utama roti mantau.
Satu lagi yang khas dari Hotel Blue Sky, yaitu sajian live music-nya. Lastarsardo. Sepertinya sudah dikontrak seumur hidup grup musik akustik dengan personel orang Batak. Sangat enak didengar karena suaranya yang merdu dan melengking terutama vokalis utamanya, Bang Turedo. Terkadang mereka dibon dalam berbagai cara di tempat lain.
Kalau saya datang, Lastarsardo tahu sekali lagu kesukaan saya. Menunggu Kamu dari Anji atau Jaga Selalu Hatimu dari Ifan Seventeen. Kalau sudah dinyanyikan, tidak terasa sudah tiga empat roti mantau saya lahap. (*/bie)