Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Lebih dari satu dekade hadir, Batik Iwatik menjadi salah satu kebanggaan Kota Balikpapan yang mampu bersaing di tengah dominasi batik dari Pulau Jawa. Dengan ciri khas motif dan warna yang berani, batik karya lokal ini kini makin diminati para pecinta batik di berbagai daerah.
Pendiri Iwatik Batik Khas Balikpapan, Sri Sunarti, menjelaskan bahwa Iwatik tidak hanya menjual produk jadi, tetapi juga melayani pesanan khusus sesuai keinginan pelanggan.
“Batik Iwatik yang kami kembangkan bisa dicustom, baik dari motif maupun warna. Jadi setiap kain yang dibuat bersifat eksklusif dan tidak ada duanya,” ungkap Sunarti.
Konsep tersebut diperkuat oleh Yuni Rachmawaty, putri Sunarti sekaligus desainer muda yang terlibat langsung dalam pengembangan produk. Ia menjelaskan bahwa Iwatik tetap menonjolkan warna-warna cerah, namun dikombinasikan dengan bahan berwarna gelap agar lebih fleksibel digunakan berbagai kalangan.
“Banyak pelanggan yang merasa kurang percaya diri memakai warna terang, terutama yang bertubuh oversize. Karena itu, kami kombinasikan warna terang dan gelap agar tetap elegan dan nyaman dipakai,” kata Yuni.
Selain melayani batik tulis, Iwatik juga menyediakan batik printing dengan harga lebih terjangkau agar semua kalangan bisa menikmati keindahan batik khas Balikpapan.
“Batik tulis memang lebih eksklusif, tapi kami juga ingin masyarakat menengah ke bawah bisa mengenakan batik. Karena itu kami sediakan kain printing bermotif batik yang bisa digunakan untuk seragam dengan harga lebih affordable,” jelas Yuni.
"Tapi kalau bisa, jangan ditawar," serunya.
Iwatik juga bekerja sama dengan sejumlah mitra penjahit binaan untuk memproduksi pakaian ready to wear, menyesuaikan dengan tren pasar dan kebutuhan pelanggan. Strategi pemasarannya pun mengikuti perkembangan zaman, dengan memanfaatkan media sosial dan melakukan survei konsumen untuk memahami selera pasar.
“Kami selalu menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar. Misalnya, dari hasil polling atau kuesioner, kami tahu apa yang diinginkan konsumen. Dari situlah inovasi dan keuntungan muncul,” tambah Yuni.
Meski bersaing di tengah maraknya industri batik nasional, Iwatik terus tumbuh. Kini, omzetnya meningkat sekitar 4 persen per bulan, dengan pendapatan mencapai sekitar Rp30 juta setiap bulan.
“Kami percaya, selama menjaga kualitas dan terus berinovasi, batik Balikpapan akan semakin dikenal,” tutup Yuni optimis. (lex)


