Tulis & Tekan Enter
images

Membawa G20 ke Kaltim

Catatan Rizal Effendi

MENINDAKLANJUTI instruksi Presiden Jokowi, Bank Indonesia (BI) aktif melakukan diseminasi soal hasil-hasil G20 di Bali, 15-16 November lalu. Karena itu pekan lalu, saya sebagai ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Balikpapan diundang melakukan napak tilas ke lokasi para pemimpin dunia itu berhimpun sambil mendapat penjelasan hasil-hasil yang dicapai mereka.

Tidak saya saja. Dari Kaltim ada Ketua ISEI Kaltim Dr Aji Sofian Effendi, yang juga akademisi Universitas Mulawarman (Unmul) dan Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UINSI Samarinda Dr H Moh Mahrus, S Ag. Lalu ada dua wartawan daerah yaitu Duito Susanto (wakil Pimred Kaltim Post) dan Roshan Fauzi dari Balikpapan Pos.

“Dalam rangka sosialisasi hasil-hasil G-20 ke daerah termasuk Kaltim, BI memang mengundang wakil ISEI, akademisi, dan unsur pemerintah serta wartawan dari berbagai daerah,” kata pejabat BI Balikpapan Bambang Saputra dan Iwan Kurniawan dari BI Kaltim, yang mendampingi kami terbang ke Bali.

Bersama peserta dari daerah lain (sekitar 100-an orang), acara dua hari itu (7-8/12) dipusatkan di Bali Intercontinental Resort, Jimbaran. Sekalian kami menginap di situ. “Ini salah satu hotel bersejarah yang kita gunakan untuk merumuskan sebagian hasil-hasil kesepakatan G20,” kata Dr Muhammad Hadianto, salah seorang pembicara.

Hadianto adalah anak buah Menteri Keuangan Dr Sri Mulyani, yang dipercaya menjadi Sekretaris Sherpa G20 Indonesia. “Buat saya, Bali ini sudah bukan tempat rekreasi lagi, tapi jadi tempat kami bekerja,” katanya, yang berhari-hari bahkan berbulan-bulan bertugas di Pulau Dewata meninggalkan anak dan istri.

Dia menjelaskan peta koordinasi Presidensi G20 di Indonesia terdiri dari jalur keuangan (Finance Track) dan jalur Sherpa atau Sherpa Track. Istilah Sherpa terinspirasi dari Suku Sherpa, yang dikenal sebagai pemandu hebat para pendaki puncak gunung Mount Everest di Pegunungan Himalaya.

Pengambilan nama suku Sherpa ini untuk menggambarkan cara para Sherpa G20 dalam membuka jalan menuju Konferensi Tingkat Tinggi atau summit meeting para pemimpin G20. Yang dibahas terkait isu-isu ekonomi non-keuangan.

Sedang Finance Track membahas isu-isu kebijakan ekonomi dan keuangan global. Para pemimpin dunia memercayakan pembahasan soal ini kepada para menteri keuangan dan gubernur Bank Sentral. Karena itu Menteri Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo, yang juga ketua Umum ISEI Pusat terlibat aktif dan supersibuk mengkoordinasikannya.

Seperti kita ketahui, G20 adalah forum kerjasama dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Terdiri dari negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis menuju pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Karena itu anggota G20 tidak saja negara besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, Prancis, Jepang, Korsel, dan Arab Saudi. Tapi juga negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu juga Afrika Selatan, Argentina, Australia, Brasil, dan Turki.

Kebetulan sebagian juga negara peserta Piala Dunia 2022 di Qatar. Sayang hampir semuanya tersingkir, tinggal Timnas Prancis, sang juara bertahan yang lagi menuju ke babak final kalau berhasil mengalahkan Maroko, yang lagi on fire di arena empat tahun sekali itu. Kalau Prancis kalah, maka Maroko seolah-olah mengalahkan semua anggota G20. He he.

G20 tentu saja dianggap mewakili negara-negara di dunia karena merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Jadi keputusan G20 dinilai bisa mewakili atau memengaruhi keputusan dunia secara keseluruhan.

Seyogianya G20 tahun 2022 ini berlangsung di negeri Shahrukh Khan, aktor terkenal India, yang sangat saya gemari. Tapi karena adanya beberapa hal pertimbangan akhirnya diputuskan di Indonesia. Kebetulan Indonesia juga mengajukan diri. Baru tahun 2023 nanti dilaksanakan di India. Karena itu ketika Presiden Jokowi menutup pertemuan G20, Rabu (16/11), dia sekaligus menyerahkan palu presidensi kepada Perdana Menteri Narendra Damodardas Modi.

Wajah Presiden Jokowi tersenyum cerah. Tak sia-sia kerja kerasnya. Karena G20 berhasil menelurkan Deklarasi Bali (Bali Leaders Declaration), yang memuat 52 paragraf dan 2 lampiran (annexes) setebal seribu halaman lebih. Sesuatu yang luar biasa karena sebelumnya diprediksi tidak gampang menghasilkan kesepakatan seperti itu.

“Alhamdulillah hari ini kita dapat mengadopsi dan mengesahkan G20 Bali Leaders Declaration. Ini adalah deklarasi pertama yang dapat diwujudkan sejak Februari 2022. Kita memastikan tidak saja bermanfaat untuk anggotanya, namun juga bagi dunia. Let us recover together, recover stronger,” kata Jokowi, yang disambut standing applause dari seluruh kepala negara.

KITA DAPAT APA?

Banyak yang bertanya Indonesia dapat apa dari KTT G20 yang sukses itu? Menurut Hadianto, di antaranya program JETP (Just Energy Transition Partnership). Di sini kita akan meraih investasi 20 miliar US dolar atau sekitar Rp311 triliun untuk transisi energi bersih.

Sebelumnya Menkeu Sri Muyani menjelaskan, dana sebesar itu disampaikan oleh Presiden Joe Biden. Karena AS bersama Jepang akan memimpin negosiasi dengan International Partners Group terkait pendanaan transisi energi di Indonesia, terutama untuk meninggalkan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.

Selain program JETP, ada juga program Indonesia Millenium Challenge Corporation (MCC), yang telah diluncurkan sebesar 689 juta US dolar.

Indonesia juga mendapat prioritas pertama pendanaan Asia Zero Emission Community (AZEC) sebesar 500 juta dolar AS. Kemudian ada 3 program di Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) 620 miliar US dolar dan 300 miliar EUR.

Dari Deklarasi Bali setidaknya ada 5 program yang berkaitan dengan kepentingan Indonesia. Pengumpulan dana pandemi (Pandemic Fund) yang sudah terkumpul 1,5 miliar dolar AS, komitmen untuk pemulihan negara rentan melalui alokasi SDR sebesar 81,6 miliar US dolar, komitmen, dari negara maju 100 miliar US dolar per tahun dari 2020 sampai 2025 (Recalling Glasgow Pact untuk perubahan iklim), kelanjutan komitmen untuk memastikan setidaknya 30 persen dari daratan di dunia dan 30 persen dari laut dunia dikonservasikan dilindungi pada tahun 2038 serta kelanjutan komitmen untuk mengurangi degradasi tanah sampai 50 persen pada tahun 2040 secara sukarela.

Menurut Iis Savitri, direktur Sekretariat Task Force G20 Bank Indonesia, ada 7 produk utama BI pada Presiden G20 Indonesia. Mulai identifikasi policy support dalam mengatasi krisis akibat pandemi, implikasi pemilihan design CBDC, diskusi pemilihan policy mix framework dalam menjaga makro ekonomi dan mendorong pemulihan, rekomendasi untuk mengatasi prosiklikalitas NBFI di sektor keuangan untuk mengatasi debt overhang di perbankan sampai mendorong disclosure yang konsisten dan komparibel, mewujudkan sound data untuk asesmen risiko dan kerentanan terkait iklim, mendorong asesmen sistematis terkait climate related risks, serta mendorong konsistensi pendekatan regulasi dan pengawasan.

Dian Triansyah Djani memastikan semua kesepakatan G20 di Bali segera ditindaklanjuti. “Kita tidak ingin kesepakatan itu seakan seperti kerja mengecat langit. Sia-sia. Jadi harus konkret terutama untuk kepentingan Indonesia,” kata Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim Kemenkeu ini.

Guru besar hukum internasional UI Prof Hikmahanto Juwana memuji pelaksanaan G20 Indonesia berjalan sukses. Indikatornya, hampir semua kepala negara dan kepala pemerintahan serta pimpinan organisasi internasional hadir. Selama KTT berlangsung di Bali berjalan aman dan terkendali. Serta berbagai program dari tiga fokus tema yang diusung Indonesia “Recover Together, Recover Stronger” selama satu tahun berhasil disepakati sebagai terobosan bagi pertumbuhan ekonomi dunia.

“Juga Presiden Jokowi mendapat apresiasi soal perang di Ukraina-Rusia. Tidak ada yang kehilangan muka dalam Leaders Declaration meski Rusia dapat kecaman,” kata Hikmahanto, yang sekarang juga menjadi rektor Universitas Jenderal Achmad Yani.

Selama presidensi G20 dipimpin Indonesia, ada ratusan pertemuan berlangsung setahun sebelum puncaknya di Bali. Tapi saya agak kecewa, rasanya tidak ada satu kali pun berlangsung di Kaltim. Padahal Kaltim sekarang ini punya posisi strategis yang masuk dalam bahasan G20 terutama soal krisis energi dan lingkungan. Bukankah hasil migas, kelapa sawit dan tambang batubara dari Kaltim sebagian dipasok untuk kebutuhan dunia terutama negara maju. Termasuk soal lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), yang lagi ditawarkan Indonesia ke investor mancanegara.

Saya sedih juga pulau wisata Maratua di Kabupaten Berau, yang sempat disebut Menteri Pariwisata Sandiaga Uno sebagai salah satu opsi wisata peserta G20, ternyata tidak seorang pun yang terbang ke sana. Padahal total jumlah delegasi G20 sekitar 20 ribu orang. Semua tumplek-blek di Pulau Dewata.

“Ya, tidak ada yang datang dari delegasi G20,” kata Dr Meiliana, ketua Tim Percepatan Pengembangan Maratua. Padahal Mei beberapa hari sebelum puncak G20 mengadakan pertemuan di Bali dengan Duta Besar Negara Seychelles, Nico Barito. Ia juga mengundang pejabat pariwisata Bali untuk memberi masukan.

Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengakui G20 meningkatkan kunjungan orang ke Bali. Sektor pariwisata di Bali melonjak tajam. “Orang Bali senang karena pemulihan ekonomi bisa berjalan,” jelasnya.

Ia menyebut konsumsi domestik yang didorong oleh rangkaian forum G20 diperkirakan naik sampai Rp1,7 triliun, serta menyerap tenaga kerja hingga 33 ribu orang. Mulai di sektor transportasi, akomodasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sampai kegiatan MICE.

Ida Bagus berharap sektor pariwisata daerah di sekitar Bali juga kecipratan seperti Nusa Tenggara dan Banyuwangi serta daerah lainnya. “Kami juga tak inginkan Bali terlalu penuh karena kemacetan terjadi di mana-mana,” jelasnya.

Saya menunjuk pohon mangrove yang ditanam para pemimpin dunia di Tahura Ngurah Rai, di antaranya Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang berdampingan dengan Presiden Jokowi dan PM India Narendra Modi.

Di sela-sela acara diskusi, panitia dari BI mengajak kami napak tilas ke beberapa lokasi acara G20. Di antaranya ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai dan ke lokasi Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Uluwatu, Badung, yang dijadikan tempat jamuan makan malam unik dan penuh kesan oleh Presiden Jokowi.

Saya sempat berfoto di depan pohon mangrove jenis Rhizhopora apiculata yang ditanam para kepala negara terutama di depan plang Presiden AS Joe Biden. Mengingatkan saya ketika masih menjadi wali kota sering menanam mangrove di perumahan atas air Margasari, Margomulyo di belakang SMA 8, dan di Mangrove Center Graha Indah, yang dikelola penerima Kalpataru, Agus Bei.

Tahura Ngurah Rai yang diresmikan sejak tahun 1992 memiliki luas sekitar 1.373,5 hektare. Bali sendiri menjadi pulau dengan ekosistem mangrove terkecil di Indonesia, hanya 1.894 hektare. Sedang luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 3,63 juta hektare atau 20,37 persen dari total di dunia.

“Kita ingin menunjukkan kepada dunia bahwa komitmen kita terhadap lingkungan tetap konsisten dalam menangani krisis iklim,” kata Presiden.

Ketika menuju GWK, kami sempat melewati Jalan Raya Uluwatu, di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron berjalan kaki sepanjang 2 km menyapa masyarakat Bali. Bahkan dia sempat menggendong seorang bayi perempuan memakai penutup kepala berwarna merah marun, yang jadi viral di media sosial.

Ketika pulang dari Bali, saya masih melihat spanduk dan baliho G20 terpasang di daerah ini termasuk di Balikpapan. Tak ada salahnya desiminasi juga dilaksanakan di daerah ini. Karena “kue” hasil-hasil G20 Bali cukup banyak yang bisa ditindaklanjuti di daerah-daerah. Termasuk di Kaltim. Terima kasih, BI.(*)

 

 

 

 

 


TAG

Tinggalkan Komentar