Catatan Rizal Effendi
WARGA di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) ada yang murung menyambut Iduladha 1444 H, Kamis (29/6). Mereka sebenarnya berharap Presiden Jokowi mengirim sapi kurban. Apalagi sapinya Presiden jenis “sapi raksasa,” yang populer disebut sapi jenis limosin. Sapi unggul seperti itu belum pernah dilihat langsung oleh warga setempat. Sayangnya harapan itu belum menjadi kenyataan.
“Ya kami agak iri melihat acara penyerahan sapi kurban Presiden di televisi. Seharusnya warga di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) juga mendapat jatah satu,” kata Pak Roso menyampaikan aspirasinya penuh semangat.
Pada Iduladha tahun ini, Jokowi membagikan 38 ekor sapi kurban kepada masyarakat di 38 provinsi se-Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur mendapat jatah satu ekor. Diserahkan Gubernur Isran Noor kepada pengurus Masjid Raya Darussalam Samarinda diwakili pembinanya, H Farid Wadjdy, yang juga mantan wagub sehari sebelum Lebaran.
Sapi kurban Jokowi itu beratnya 834 kilogram. Presiden membelinya dari Prayitno, warga Makroman Samarinda. Itu desa transmigran yang dibuka tahun 1970-an. Harga sapinya Rp 84 juta. “Alhamdulillah, sapi saya yang dibeli Bapak Presiden. Berkah…berkah,” kata Prayitno bangga dan haru.
Penyerahan sapi kurban keluarga besar Otorita IKN ke warga Sepaku.
Pengadaan sapi kurban Jokowi memang diupayakan dibeli dari peternak setempat. Tapi syaratnya bobot sang sapi harus di atas 800 kg. Sukasno, peternak asal Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah sempat viral gara-gara sapinya nyaris tak jadi dibeli Presiden. Dia kecewa dan sempat jadi topik pemberitaan. Akhirnya sapi bernama Bima milik Sukasno tetap dibeli Istana. “Alhamdulillah perasaan saya lega (sapi saya) sudah dibeli Bapak Presiden,” katanya tersenyum.
Tampaknya sapi kurban Presiden yang terbesar adalah yang diserahkan ke pengurus Masjid Istiqlal Jakarta. Beratnya 1,2 ton. Lebih berat 100 kg dari sapi kurban Wapres KH Ma’aruf Amin yang juga diserahkan ke Istiqlal. Kontan kedua sapi itu menjadi tontonan dan objek foto oleh para jamaah masjid. Harganya tidak tanggung-tanggung. Sekitar Rp 100 juta per ekor. Kedua sapi itu disembelih Sabtu kemarin.
Menurut Pak Roso, seharusnya masyarakat sekitar IKN mendapat perhatian khusus dari Jokowi. Bukankah IKN program istimewa Presiden? Apalagi IKN itu wilayah setingkat kementerian dan boleh dibilang bukan wilayah Kaltim lagi. “Jadi seharusnya kita juga mendapat satu ekor kurban dari Pak Jokowi,” ucapnya.
Kepala Otorita IKN Bambang Susantono bersama tokoh dan ulama Sepaku seusai salat Iduladha.
Terlepas tidak adanya sapi Jokowi, keluarga besar Otorita IKN pada Iduladha 1444 H menyerahkan 5 ekor sapi kurban dan 5 ekor kambing kepada warga sekitar wilayah IKN di Sepaku. Penerimanya masyarakat Desa Bukit Raya, Bumi Harapan, Karang Jinawi serta Kelurahan Sepaku dan Pemaluan.
“Kepala Otorita IKN Pak Bambang Susantono juga mengajak tokoh masyarakat dan ulama setempat bersama para pekerja melaksanakan salat Id bersama di lokasi Hunian Pekerja Konstruksi (HPN). Alhamdulillah suasananya sangat akrab diakhiri makan bersama,” kata Kustaman, mantan Sekcam Sepaku yang bergabung ke Humas Otorita IKN.
IKUT NYEMBELIH
Sebagai ketua umum Masjid Agung At Taqwa Balikpapan, saya juga sibuk mengurusi pelaksanaan penyembelihan hewan kurban di masjid tersebut. Acara dilaksanakan seusai salat Iduladha. Salatnya berlangsung lancar. Sambutan Wali Kota disampaikan Wakil Ketua DPRD Sobari. Imamnya ustaz M Rifaat Jailani, putra imam besar KH Jailani Mawardi yang masih kuliah di Yaman. Sedang bertindak sebagai khatib Ketua PC NU KH Muslih Umar, S.Pdi
Pada Iduladha tahun ini jumlah kurbannya meningkat. Ada 24 ekor sapi dan 8 ekor kambing. Di antaranya kurban dari Wali Kota Rahmad Mas’ud, Danlanal Balikpapan, Bankaltimtara Syariah, PT Gunung Bayan, PT Kutai Refinery Nusantara (KRN), H Asfiah, H Amran, Hj Jumiati S Martin, Ibu Kati, Radio Onix, Toko Jempol Jaya, Happy Puppy, dan sejumlah kumpulan arisan jamaah.
Penyembelihan sapi kurban di Masjid Agung At Taqwa.
Ketua panitia pelaksana kurban At Taqwa H Anshori, SH didampingi Slamet Djunaidi, M.Si pensiunan sekcam dan kahumas. Meski didukung 98 personel, tidak gampang juga melaksanakan penyembelihannya. Ada saja kekurangannya termasuk ada sapi yang stres.
Saya sempat didaulat ustaz Hari Supriyono menyembelih seekor sapi. Padahal seumur-umur saya belum pernah melakukan itu. Dengan mengucapkan asma Allah dan takbir saya melaksanakan tugas itu. Alhamdulillah berjalan lancar, meski saya sempat deg-degan juga. “Wah, Kai sudah lulus jadi panitia kurban,” kata cucu saya Defa dan Dafin, yang datang menyaksikan.
Setelah itu hampir tiga jam saya ikut berdiri menimbang dan mengemasi daging kurban. Maklum Masjid Agung At Taqwa menyebar 2.600 kupon, baik untuk warga di sekitar lingkungan masjid, maupun kepada warga lainnya yang berhak menerima. “Luar biasa Pak Ketua terjun langsung,” kata Pak Nanang Syarifuddin, ketua RT yang jadi petugas masjid juga.
Sejumlah wartawan menanyai saya soal tas plastik yang digunakan karena tidak ramah lingkungan. Panitia memang belum mendapatkan kantong kresek pengganti. Saya tahu ada bioplastik, kemasan yang terbuat dari bahan kimia alami dan mudah terurai. Mudah-mudahan tahun depan sudah dapat dipergunakan.
Meski antreannya cukup panjang, kegiatan pembagian daging hewan kurban berjalan lancar. Apalagi dibantu Babinkabtimas Aiptu Parman. Sempat datang juga memantau Lurah Klandasan Ulu Ibu R Novi Invani. Dan pemeriksaan kesehatan hewan dari tim dokter Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Balikpapan.
Malamnya kaki saya pegal luar biasa. Tapi saya bahagia dan bersyukur bisa terlibat dalam pelaksanaan penyembelihan hewan kurban. Mulai mengirim surat permohonan hewan kurban kepada shohibul qurban atau muqorib, mendata penerima terutama warga sekitar masjid dan fakir miskin, ikut menyembelih sampai menimbang dan mengemasi.
Ada warga yang datang meminta kepalanya. Saya tanya untuk apa? “Saya mau buat konro kepala sapi. Silakan Bapak datang kalau sudah masak,” katanya mengundang saya.(*)