Catatan Rizal Effendi
SAYA dapat undangan menonton konser tunggal Tulus. Manggungnya Jumat (8/7/2022) sore di BSCC Dome Balikpapan. Saya senang sekali bisa melihat penyanyi yang satu ini. Latar belakang pendidikannya arsitek, tapi dia lebih dikenal sejak 2011 sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu. Tidak saja di kancah negeri sendiri tapi juga sudah mampu merambah ke beberapa negara.
Hebat bukan?? Barangkali ilmu arsitek sangat bermanfaat mengonstruksi sebuah lagu jadi bagus. Padahal awalnya dia tak punya ilmu musik. Tulus mengaransir melodi dengan intuisi. Sedang lirik lagu ia terinspirasi gaya pantun dan bentuk puisi lama di Minangkabau.
Tulus yang memiliki nama lengkap Muhammad Tulus Rusydi memang urang awak. Ia dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat 20 Agustus 1987. Bakat nyanyinya sudah terlihat sejak kelas 3 SD di Payakumbuh. Makin terasah ketika dia pindah ke Bandung. Dia sempat bergabung dalam Sikuai Band.
Bayangkan dari album perdana “Tulus” sampai album terbaru “Hati-hati di Jalan” dan “Manusia” yang baru dirilis di tahun 2022, semuanya enak di telinga dan meraih rekor pendengar luar biasa.
Lewat album perdananya, Tulus dianugerahi Editor’s Choice: Rookie of The Year pada 2013 oleh majalah Rolling Stone Indonesia. Album keduanya “Gajah” sempat masuk dalam daftar “Top 10 Best Selling Album” di iTunes Asia.
Kepopuleran lagu-lagu Tulus membuatnya memenangi piala Anugerah Planet Musik 2014 sebagai “Male Single of The Year.”
Dalam kurun waktu hanya satu bulan setelah dirilis, Hati-hati di Jalan meraih 994 ribu like dari 54 juta kali ditonton. Itu pertanda jutaan pendengarnya terutama anak-anak muda merasa pas dengan lagu tersebut.
Selama lebih 10 tahun berkarier, lebih 60 penghargaan yang diraih. Pada tahun 2017, Tulus merebut 5 piala AMI Awards dari album Monokrom.
Tulus juga diberi kehormatan untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya pada upacara pembukaan Asian Games ke-18 tahun 2018, di Gelora Bung Karno, Jakarta, yang dibuka langsung oleh Presiden Jokowi. “Kehormatan yang luar biasa buat saya dari Negara,” katanya bangga.
Ribuan penonton terhipnotis dengan penampilan Tulus kemarin sore. Dia tampil hitam-hitam dengan sepatu kets putih. Tubuhnya jangkung. Maklum tingginya 185 cm. Dia tampil lengkap dengan bandnya, yang diperkuat 8 personel. Ada 3 cewek. Memenuhi syarat 30% harus ada peran wanita kalau dalam partai politik.
Istri saya, Bunda Arita bersama Ibu Ani Adam, istri anggota DPRD Kaltim Ir Adam Sinte dan Kepala Dispora dr Ratih Kusuma luar biasa menikmati penampilan Tulus. “Hati-hati di Jalan…..Hati-hati di Jalan,” teriak Ibu Adam yang datang bersama putrinya.
Lagu Hati-hati di Jalan dinyanyikan Tulus sebagai lagu pamungkas. Liriknya terasa sekali ada bau pantun Minangkabau. “Kukira kita asam dan garam. Dan kita bertemu di belanga.” Selain itu dia juga menyanyikan Kelana, Monokrom, Sepatu, Teman Hidup, Jangan Cintai Aku Apa Adanya dan Swindu.
Sayang Tulus tidak menyanyikan satu lagi lagu kesukaan saya. Memang bukan lagunya Tulus. Andai Aku Bisa, yang sebelumnya dibawakan penyanyi legendaris Chrisye. Saya kerap lewat HP mendengarkan lagu itu, yang dinyanyikan Tulus dengan iringan Erwin Gutawa Orchestra.
Ketika Chrisye tampil di Padang, Tulus kecil menonton. Dan itu salah satu yang mendorong Tulus bersemangat mengembangankan hobi nyanyinya sampai dia pindah ke Bandung.
Cerita lagu itu tak ada hubungan dengan perjalanan hidup saya. Tapi sungguh saya bisa menghayati lagu yang ditulis Dhani Ahmad dan Bebi tersebut. Nada dan liriknya luar biasa. “Andai aku bisa. Memutar kembali. Waktu yang telah berjalan. ‘Tuk kembali bersama. Di dirimu s’lamanya.”
Konser yang digagas Live Pandira dengan tema Musik Sunset Experience itu berjalan lancar. Penonton luar biasa membeludak. Lebih 2.500 orang. Saya lihat juga nonton Rudi Dandito, owner Kepiting Dandito. Juga Danlanal dan istri. Konon harga tiket juga melonjak di luar gedung. Ini boleh dibilang konser musik ketiga di Balikpapan pasca Covid-19 setelah Rossa dan Budi Doremi.
“Alhamdulillah konsernya berjalan sukses. Yang penting penonton puas, tujuan kami tercapai,” kata Sani Gazali, penanggung jawab acara dari Musik Sunset Experience. Sebelumnya di pantai Kilang Mandiri mereka pernah memanggungkan Payung Teduh, Sheila on 7, Firsa Bersari dan Kahitna. Kebetulan saya hadir terus. Maklum dikaitkan dengan hiburan HUT Kota Balikpapan dan saat saya masih menjabat wali kota.
Menurut Sani, Musik Sunset adalah event platform yang fokus pada festival musik atau konser musik tematik dengan membawa narasi isu lingkungan sebagai pembeda dari event sejenisnya.
Penyelenggaraan Musik Sunset bertujuan untuk menghidupkan dan meningkatkan kegembiraan masyarakat kota yang inklusif, saling peduli, adil dan sejahtera, serta peduli akan kelestarian lingkungan hari ini dan masa depan.
EKSPANSI KE JEPANG
Perlu kita ketahui Tulus bukan jago kandang. Tahun 2015, dia sudah berani ekspansi ke Jepang. Diawali dengan merilis lagu berbahasa Jepang. Judulnya Kutsu, terjemahan dari lagu Tulus, Sepatu. Pada tahun ketiga perjalanan musiknya di Negeri Matahari itu, Tulus didaulat sebagai Duta Besar 60 tahun Persahabatan Indonesia – Jepang.
Dia juga mendapatkan kesempatan untuk tampil di showcase perdananya di San Fransisco, Amerika Serikat pada awal Oktober 2016. Tajuknya : Tulus Live ini San Fransisco. Pada acara yang berlangsung di Social Hall – The Regency itu, Tulus menyanyikan 14 lagu karyanya. Sangat memukau.
Dari sana, dia merambah ke negeri jiran, Malaysia. Tulus menggelar konser mini perdananya pertengahan September 2018, yang digelar di Istana Budaya, Kuala Lumpur. Sebanyak 1.200 tiket terjual habis dalam pertunjukan tersebut.
Tulus mendapatkan kesempatan lagi ke Jepang. Dia manggung di kota Hamamatsu sebagai pembuka di festival musik jazz berskala internasional. Namanya, International Jazz Festival in Hamamatsu. Genre musik Tulus dasarnya memang jazz, swing jazz. Selain sophisti pop, funk, R&B.
Dari data yang ada, lagu-lagu Tulus telah didengarkan sebanyak 97 juta kali lewat layanan digital streaming, Spotify. Tulus juga menjadi musisi Indonesia pertama yang berhasil meraih 1 juta pelanggan di layanan digital tersebut. Memiliki 425 ribu lebih pelanggan di kanal Youtube. Musik Tulus di seluruh video telah disaksikan sekitar 224 juta kali.
Hebatnya lagi, Tulus juga mengembangkan kemampuannya di luar musik. Dia melakukan kolaborasi dengan berbagai macam profesi di antaranya ilustrator, desainer grafis, art performer, videographer dan fotografer. Ini semua memang masuk dalam keluarga ekonomi kreatif, yang sekarang sangat berkembang pesat.
Beberapa penonton di Dome mengaku kagum dengan kedahsyatan penampilan Tulus. “Saya menonton Tulus dengan setulus hati. Saya senang banget, sesuatu banget,” kata Wida mengungkapkan perasaannya berbunga-bunga.
Saya yakin karya Tulus masih terus berlanjut. Jangan-jangan sepulang dari Balikpapan, dia membuat album baru judulnya “Titik Nol.” Terinspirasi Titik Nol di lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), yang ramai dikunjungi. Apa tidak bertambah fulusnya Tulus.(*)