Tulis & Tekan Enter
images

Rivi menceritakan sejarah terbentuknya brand Pangesthi's dalam popcast garapan Radio Smart FM Balikpapan.

Olahan Kepiting Pangesthi’s, Cita Rasa Khas Balikpapan yang Tumbuh dari Ketekunan

Kaltimkita.com, BALIKPAPAN - Berawal dari keisengan seorang ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luang, kini Rivi Nursyepha berhasil menjadikan olahan kepiting kreasinya sebagai salah satu kuliner khas yang banyak diburu pecinta kuliner di Balikpapan.

Rivi, yang juga Ketua RT 21 Kelurahan Gunung Sari Ulu, merupakan pemilik brand Pangesthi’s. Nama itu ia ambil dari nama panjang sang ibu, sementara huruf “S” di akhir merupakan inisial mendiang ayahnya. 

“Brand ini saya jadikan bentuk penghargaan untuk kedua orang tua saya,” ujar Rivi, Minggu (26/10/2025).

Perjalanan usahanya dimulai pada 2016. Saat itu, setelah anak-anaknya berangkat sekolah, Rivi merasa memiliki banyak waktu luang. Ia kemudian bergabung dalam kegiatan UMKM yang difasilitasi Dinas terkait yang sekarang bernama Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian (DKUMKMP) Kota Balikpapan. 

“Awalnya saya belum tahu mau jual apa. Produk pertama saya cuma kacang goreng yang saya bungkus kecil-kecil dan dijual di pasar,” kenangnya tersenyum.

Dari situ, ide besar mulai tumbuh. Rivi menyadari bahwa Balikpapan identik dengan kepiting, kuliner pesisir yang selalu diburu wisatawan. Ia pun teringat kebiasaannya dulu menjual kepiting rendang kepada kerabat dekat. 

“Saya pikir, kenapa tidak fokus ke olahan kepiting saja? Tapi saya juga ingin membuat produk yang praktis dan tidak merepotkan seperti kepiting utuh yang harus dipukul-pukul untuk dimakan,” ujarnya.

Dari hasil riset kecil-kecilan lewat internet, Rivi akhirnya menemukan ide memanfaatkan daging dan capit kepiting sebagai bahan utama olahan. Ia mulai berkreasi dengan berbagai bumbu khas hingga lahirlah tiga produk andalan B’Palit Sambal Kepiting, Soewir Kepiting, Abon kepiting dan Capit Kepiting (Cakep).

“Awalnya saya coba-coba bikin sambal dari suwiran daging kepiting. Setelah beberapa kali eksperimen, ternyata rasanya justru unik dan banyak yang suka. Dari situ lahir juga produk turunannya akhinya saya munculkan,” tuturnya.

Kendati begitu, Rivi tak menampik adanya tantangan utama mengolah kepiting, yaitu tingkat penyusutan daging yang tinggi. Dari satu kilogram daging kepiting, hanya sekitar 200 gram yang bisa digunakan. “Itulah kenapa olahan kepiting tergolong mahal. Tapi saya tetap bertahan karena ini adalah ciri khas Balikpapan,” katanya optimis.

Kini, produk Pangesthi’s tak hanya dikenal di Balikpapan, tapi juga mulai dilirik pasar luar daerah. Ia aktif mengikuti berbagai pameran dan kegiatan UMKM yang difasilitasi pemerintah kota. 

“Alhamdulillah, binaan dari DKUMKMP sangat membantu saya mengembangkan usaha. Dari pelatihan, promosi, sampai pengemasan produk,” ujarnya.

Berkat ketekunan dan semangatnya, Rivi sukses mengubah ide sederhana menjadi bisnis kuliner khas yang turut mengharumkan nama Balikpapan. 

“Saya hanya ingin berbagi manfaat dari apa yang saya kerjakan. Kalau bisa mengangkat potensi lokal dan memberdayakan orang sekitar, itu sudah cukup membahagiakan,” tutupnya bangga. (lex)


TAG DKUMKMP

Tinggalkan Komentar

//