Tulis & Tekan Enter
images

Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU, Bambang Surijadi.

Pemerintah Rencana Siapkan Lahan Tanaman Pangan di Kawasan IKN Nusantara

Kaltimkita.com, PENAJAM- Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) memiliki tantangan besar untuk pemenuhan pangan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan PPU Bambang Surijadi mengatakan, kemampuan produksi lahan pertanian di Benuo Taka yang telah dikonversi dalam bentuk beras mencapai 32 ribu ton per tahun.

Sedangkan kebutuhan konsumsi dengan jumlah penduduk PPU mencapai 190 ribu jiwa sebesar 16 ribu ton beras per tahun. Artinya, PPU telah surplus beras belasan ribu ton per tahun.

Namun, tantangan terbesar bagi PPU sebagai daerah penyangga IKN dalam hal pemenuhan pangan ketika banyak tenaga kerja infrastruktur IKN dan aparatur sipil negara (ASN) lembaga negara pindah ke IKN.

“Kalau nanti penduduk IKN mencapai 1 juta jiwa, kebutuhan konsumsi 95 ribu ton beras per tahun. Sedangkan kemampuan produksi pertanian kita hanya 32 ribu ton per tahun. Ini tantangan besar bagi kita,” kata Bambang, Kamis (15/12/2022).

Pemenuhan pangan untuk IKN, Pemprov Kaltim juga telah mempersiapkan lahan pertanian di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kabupaten Paser. Selain itu, kebutuhan beras selama ini juga banyak dipasok dari Sulawesi dan Jawa.

“Meskipun PPU surplus beras, tapi banyak beras berbagai merek dari Sulawesi dan Jawa, itu juga kami catat sebagai stok ketahanan pangan,” ujarnya.

Bambang mengungkapkan, pemerintah pusat rencana menyiapkan lahan seluas 10 persen dari total kawasan IKN Nusantara untuk ketahanan pangan.

“Kondisi geografis Kecamatan Sepaku cocok untuk tanaman pangan, tanahnya subur. Jadi, tidak menutup kemungkinan ada percetakan sawah yang baru dan lahan tanaman hortikultura di IKN, karena informasinya 10 persen dari luasan IKN akan disiapkan untuk ketahanan pangan,” bebernya.

Bambang mengungkapkan, PPU memiliki potensi sektor peternakan ayam potong. Karena, selama ini produksi ayam potong telah melebihi dari jumlah kebutuhan.

Berbanding terbalik dengan daging sapi segar, karena belum mampu memenuhi kebutuhan. “Untuk daging sapi segar hanya mampu memenuhi kebutuhan sebesar 30 persen. Tetapi, itu tidak jadi masalah besar di PPU, karena masih banyak penggantinya di sektor perikanan,” tuturnya.

Untuk kebutuhan bawang merah dan bawang putih, kata Bambang, banyak yang dipasok dari Sulawesi maupun dari daerah lainnya. Karena, di PPU sangat sulit untuk mengembangkan tanaman bawang.

“Di Desa Rintik (Kecamatan Babulu) sempat ada petani yang dibina untuk tanam bawang merah. Tapi, hasil panennya tidak menguntungkan bagi petani. Sebab, ongkosnya lebih besar. Selain itu, kualitasnya juga kalah bersaing dengan bawang merah dari Sulawesi,” jelasnya.

Bambang mengungkapkan, pemerintah juga tengah memprogramkan pangan pekarangan lestari (P2L). Program tersebut mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah untuk di tanami sayur mauoun cabai.

“Masyarakat juga diberi pembekalan cara peking dari hasil pengelolaan pangan pekarangan rumah,” tandasnya. (ade)

 


TAG

Tinggalkan Komentar