KaltimKita.com, BALIKPAPAN- Puluhan mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) menggelar aksi di depan gedung utama kampus ITK, Senin (9/5/2022). Aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap postingan Prof.Budi Santosa Purwakartiko yang merupakan Rektor ITK.
Dalam aksi damai mahasiswa menuntut pada Prof.Budi untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Rektor ITK. Yustiadi Sampe Manggoali selaku Presiden Mahasiswa ITK mengaku postingan yang dibuat Prof.Budi berdampak pada mahasiswa.
"Meminta dia (Prof.Budi) memundurkan diri dengan tenggat waktu 7x24 jam. Kami menuntut kepada pihak berwenang untuk mencabut jabatannya sebagai Rektor ITK," tegas Yustiadi di sela aksi.
Tak hanya meminta untuk mundur dari jabatannya, mahasiswa juga menuntut Prof.Budi segera mengklarifikasi dan memohon maaf secara terbuka kepada mahasiswa dan seluruh masyarakat Indonesia.
"Mahasiswa ITK merasa tidak nyaman. Kami merasa dirugikan. Nama baik kami dipertaruhkan. Kami menuntut kepada Prof.Budi untuk meminta maaf," tambah Yustiadi.
Sementara itu Ketua Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan ITK, Ardiansyah Fauzi menerima aspirasi mahasiswa. Hanya saja dia menegaskan bahwa saat ini Prof.Budi sedang tidak ada di tempat. Melainkan berada di Surabaya untuk memenuhi panggilan audiensi dengan dewan kehormatan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Beliau sedang audiensi terkait masalah ini, postingan beliau. Pada intinya bahwa, apa yang ditulis beliau merupakan pendapat pribadi beliau. Tidak mewakili institusi kami. Bukan mewakili ITK," terang Ardiansyah mewakili pihak kampus ITK.
Prof.Budi yang menjabat sebagai Rektor sejak 2018 lalu itu pun sudah memberikan klarifikasi secara internal ITK. Ardiansyah menjamin bahwa pada Selasa (10/4/2022) Prof.Budi sudah bisa ditemui di ITK. Adapun terkait postingan beliau diklaim tidak merugikan ITK.
"Saat ini memang tidak ada dampaknya dengan ITK. Dampaknya memang di media sosial. Kalau soal tuntutan mundur dari Rektor ya kita lihat saja prosesnya," tambah Ardiansyah.
Sebelumnya diketahui, terdapat tulisan Prof.Budi Santoso Purwokartiko di laman Facebook pribadinya yang kontroversial yakni:
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa.
Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100).
Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati.
Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek.
Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi. (dil)