Kaltimkita.com, BALIKPAPAN — Menyadari bahwa masa remaja merupakan fase transisi yang rawan terhadap berbagai bentuk kekerasan, penyimpangan perilaku, hingga masalah kesehatan mental, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan memperkuat upaya perlindungan melalui program edukasi dan konseling yang menyasar 60 sekolah menengah di kota ini.
Tahun 2025, program tersebut diprioritaskan bagi siswa tingkat SMA/SMK dengan fokus peningkatan kapasitas Guru Bimbingan Konseling (BK) sebagai garda depan yang paling dekat dengan siswa di lingkungan sekolah. Guru BK dinilai memiliki peran strategis dalam deteksi dini, pencegahan, hingga pendampingan awal terhadap potensi kekerasan dan permasalahan remaja.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose, menyampaikan bahwa sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademik, namun juga ruang pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Karena itu, lingkungan sekolah harus diperkuat sebagai ruang aman bagi tumbuh kembang remaja. “Sekolah memiliki peran strategis dalam membentuk karakter anak. Karena itu, kami mengundang Guru BK untuk mengikuti edukasi dan penguatan kapasitas agar mereka lebih siap menghadapi dinamika permasalahan remaja di sekolah,” ujarnya, Sabtu (8/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan DP3AKB dalam membangun pemahaman bersama antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya pola asuh yang baik serta lingkungan yang aman bagi anak dan remaja. Meskipun belum dapat menjangkau seluruh sekolah sekaligus karena keterbatasan anggaran, DP3AKB memastikan pelaksanaan program berjalan bertahap dan berkesinambungan.
“Guru BK sebenarnya sudah memiliki kapasitas yang baik. Namun, perkembangan zaman, media sosial, dan terbukanya akses informasi membuat tantangan dalam mendidik remaja semakin kompleks. Karena itu, kemampuan pendampingan psikologis dan penanganan kasus perlu terus diperkuat,” tambah Nursyamsiarni.
Program ini tidak hanya berisi pembekalan materi terkait perlindungan anak dan pencegahan kekerasan, tetapi juga menjadi ruang komunikasi, informasi, dan edukasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. DP3AKB mendorong agar sekolah tidak bekerja sendiri, melainkan bersinergi dengan orang tua, komite sekolah, dan lingkungan masyarakat. “Pendidikan anak bukan hanya tanggung jawab sekolah. Orang tua, guru, dan masyarakat harus saling mendukung agar anak tumbuh di lingkungan yang aman, nyaman, dan positif,” tegasnya.
Nursyamsiarni juga menekankan pentingnya fondasi nilai moral dan agama sebagai benteng karakter remaja dalam menghadapi derasnya arus informasi digital. Menurutnya, kecerdasan emosional dan spiritual perlu berjalan seimbang dengan kecerdasan akademik agar remaja mampu mengambil keputusan yang tepat.
“Kita perlu membangun anak-anak dengan pondasi moral dan agama yang kuat agar mereka mampu memilih yang benar dan menjaga dirinya dari pengaruh negatif,” ujarnya menutup.
Melalui program ini, DP3AKB berharap terbangun ekosistem perlindungan remaja yang berkelanjutan, di mana sekolah menjadi zona aman, guru menjadi pendamping terpercaya, dan keluarga menjadi tempat kembali yang penuh dukungan. (rep)


