Kaltimkita.com, BALIKPAPAN – Dalam menghadapi peningkatan curah hujan di akhir tahun, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Drainase dan Bozem Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Balikpapan memperkuat program normalisasi dan pemeliharaan saluran air di seluruh wilayah kota. Upaya ini dilakukan sebagai langkah antisipasi dini untuk mencegah terjadinya genangan dan banjir, terutama di titik-titik rawan.
Kepala UPTD Drainase dan Bozem DPU Balikpapan, Rahmad Sukiman, mengatakan pihaknya telah mengintensifkan kegiatan pembersihan dan normalisasi saluran di sejumlah lokasi strategis. Kegiatan ini mencakup saluran primer, sekunder, hingga tersier di lingkungan permukiman warga.
“Kegiatan normalisasi sudah kami lakukan di Jalan A. Yani, MT Haryono, hingga kawasan Sepinggan sekitar tiga minggu lalu. Selain itu, setiap hari tim kami berkeliling membersihkan saluran drainase agar tetap lancar,” ujarnya, Minggu (2/11/2025).
Menurut Rahmad, pemeliharaan harian menjadi kunci untuk memastikan saluran tetap berfungsi optimal. Petugas UPTD dibagi dalam dua hingga tiga tim yang bergerak di berbagai kecamatan untuk mengangkat sampah, lumpur, sedimen, dan material lain yang kerap menyumbat jalur aliran air. “Saluran kami bersihkan setiap hari, karena jika dibiarkan, sampah akan menumpuk di jaring-jaring yang sudah kami pasang. Sama seperti rumah, kalau tidak disapu dan dibersihkan, lama-lama akan kotor dan tidak nyaman,” jelasnya.
Selain melakukan pembersihan manual, UPTD juga menggunakan alat berat dan armada truk sedot lumpur di titik-titik yang mengalami pendangkalan cukup parah. Beberapa bozem penampungan air sementara juga dipantau secara berkala untuk memastikan kapasitasnya masih memadai menahan limpasan air saat hujan deras.
Rahmad menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam penanganan drainase bukan hanya soal pembersihan, tetapi juga perubahan pola curah hujan akibat iklim ekstrem. Intensitas hujan yang tinggi dalam durasi singkat membuat saluran cepat penuh, sehingga pencegahan harus dilakukan lebih awal.
Ia juga menyoroti persoalan sampah rumah tangga yang masih banyak ditemukan di saluran. Dalam beberapa kasus, petugas menemukan sampah plastik, kasur bekas, hingga perabot rumah tangga dibuang ke parit dan gorong-gorong. “Kalau masyarakat disiplin menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan, 60 persen masalah drainase sebenarnya bisa teratasi,” tegasnya.
Tak hanya fokus pada perkotaan, UPTD Drainase juga bergerak ke kawasan pantai dan permukiman pesisir yang kerap terdampak sedimentasi. Di daerah tersebut, sedimentasi menjadi faktor utama penyebab penyempitan saluran.
Sementara itu, Kabid Sumber Daya Air (SDA) DPU Balikpapan, Jen Supriyanto, menambahkan bahwa sedimentasi merupakan tantangan jangka panjang yang tidak bisa hanya diselesaikan dengan pembersihan rutin. Diperlukan sinergi dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti kolam retensi, sumur resapan, dan peningkatan kapasitas saluran.
“Penumpukan sedimentasi memang terus terjadi, terutama di kawasan pantai. Area dekat permukiman yang rutin kami bersihkan misalnya di BJBJ, karena sering terdampak genangan saat hujan,” ujarnya.
Jen mengatakan, pendekatan penanganan banjir kini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah dan memperhatikan sistem pembuangan air di rumah masing-masing sangat diperlukan. DPU juga sedang mengkaji penambahan perangkap sampah (trash trap) di beberapa titik aliran air yang terhubung ke sungai dan pesisir. Upaya ini tidak hanya untuk menjaga fungsi drainase, tetapi juga mencegah pencemaran laut akibat sampah yang terbawa arus.
Ia berharap, warga semakin peduli menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim hujan ketika potensi sampah terbawa air jauh lebih besar. “Kami berharap masyarakat dapat mendukung dengan menjaga lingkungan, agar bersama-sama kita bisa menciptakan kota yang bersih dan bebas banjir,” pungkasnya. (rep)


